Selasa, 25 September 2012

Sholahul Imani El Azmi 1112051000103_KPI 1D_Tugas ke III

Biografi Singkat Karl Marx

Karl Marx, pelopor utama gagasan "sosialisme ilmiah" dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya ahli hukum dan di umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn,juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena.
Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia jurnalistik dan sebentar menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi, pandangan politiknya yang radikal menyeretnya ke dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksanya pindah ke Paris. Di situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels. Tali persahabatan dan persamaan pandangan politik mengikat kedua orang ini selaku dwi tunggal hingga akhir hayatnya.
Marx tak bisa lama tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan mesti menjinjing koper pindah ke Brussel. Di kota inilah, tahun 1847 dia pertama kali menerbitkan buah pikirannya yang penting dan besar The poverty of philosophy (Kemiskinan filsafat). Tahun berikutnya bersama bergandeng tangan dengan Friederich Engels mereka menerbitkan Communist Manifesto, buku yang akhirnya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Marx kembali ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana hanya selang beberapa bulan. Sehabis terusir sana terusir sini, akhirnya  Marx menyeberang Selat Canal dan menetap di London hingga akhir hayatnya.
Meskipun ada hanya sedikit uang di koceknya berkat pekerjaan jurnalistik, Marx menghabiskan sejumlah besar waktunya di London melakukan penyelidikan dan menulis buku-buku tentang politik dan ekonomi. (Di tahun-tahun itu Marx dan familinya dapat bantuan ongkos hidup dari Friederich Engels kawan karibnya). Jilid pertama Das Kapital, karya ilmiah Marx terpenting terbit di tahun 1867. Tatkala Marx meninggal di tahun 1883, kedua jilid sambungannya belum sepenuhnya rampung. Kedua jilid sambungannya itu disusun dan diterbitkan oIeh Engels berpegang pada catatan-catatan dan n askah yang ditinggalkan Marx.


1. Pertentangan Kelas
Perdebatan tentang kesahihan teori kelas sosial Marx telah banyak menjadi objek bahan literature sejak satu abad ini. Satu demi satu perkembangan kelas-kelas menengah, pem-borjuis-an kaum proletar, mobilitas yang kian meningkat, meledaknya (jumlah) kelas buruh dan kemudian penurunannya telah terkuak sehingga teori Marxis tampak sudah usang.
Sebaliknya, hingga 70-an para sosiolog pengikut Marxisme berusaha menjabarkan struktur kelas-kelas sosial dengan mempertimbangkan transformasi-transformasi yang ada di dalamnya. Kita misalnya, bisa mendukung pendapat bahwa ada sebuah kelas rakyat yang terbentuk dari para buruh dan pekerja yang merupakan 65% dari jumlah seluruh populasi penduduk yang aktif bekerja.
Penulis-penulis lain berusaha memperluas model Marxis. Mereka adalah Ralf Dahrendon atau yang lebih baru adalah Eric O. Wright, salah satu teori Marxisme analitik. Tesis-tesis mereka berusaha menelaah stratifikasi sosial, namun tidak lagi berawal dari oposisi yang radikal antara kedua kelas melainkan sebagai sebuah konfigurasi yang kompleks sebagai tempat eksistensi beragam "kelompok sosial".
Kelompok-kelompok ini tidak hanya didefinisikan lewat posisi ekonominya tetapi juga lewat kekuasaan, prestise dan sebagainya. Mereka bisa saja berupa kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, menjalin semacam persekutuan atau malah terlibat konflik. Konflik ini bisa jadi merupakan motor penggerak atau malah menjadi rem terhadap perubahan sosial. Ini bisa menyebabkan timbulnya berbagai krisis sosial yang luas. Namun ada sedikit kemungkinan bahwa mulai saat itu konflik-konflik akan terkristalisasi menjadi sebuah proses revolusi.

2. Agama
Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk agama sebagai candu masyarakat, namun berikut adalah kutipan catatan Marx : "Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat." (Marx, 1843/1970)
Marx percaya bahwa, agama seperti halnya ideologi merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.

3. Modal Produksi
Teori Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi bergantung pada wilayah kekuatan-kekuatan material produksi. Kekuatan tersebut adalah alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya. Dalam Ideologi Jerman (1844-6), Marx dan Engels mengajukan ada empat bentuk moda produksi pokok dalam perjalanan sejarah manusia, yaitu moda kesukuan yang terkait dengan bentuk-bentuk produksi primitif seperti berburu-meramu dan pertanian sederhana, sistem kepemilikan budak Yunani-Romawi Kuno, moda produksi feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi di Perancis dan Inggris sebelum Revolusi Perancis, dan moda produksi kapitalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini