Senin, 08 September 2014

Tugas 1_Teori sosiologi perkotaan_menurut Durkheim, Weber dan Marx

Nama : Abidin

Kelas : PMI 3

NIM : 1113054000005


Teori Sosiologi Perkotaan Menurut Emile Durkheim

Pemikiran Durkheim secara umum memberikan landasan dasar bagi konsep-konsep sosiologi melalui kajian-kajiannya terhadap elemen-elemen pembentuk kohesi social, pembagian kerja dalam masyarakat, implikasi dari formasi social baru yang melahirkan gejala anomie, dan nilai-nilai kolekltif, termasuk juga tentang aksi dan interaksi individu dalam masyarakat.

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi, melainkan lebih kepada penelitian terhadap fakta-fakta sosial, istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Teori Sosiologi Perkotaan menurut Max Weber

Menurut Weber kata "keprilakuan " yang dipakai untuk perbuatan-perbuatan yang bagi si pelaku mempunyai arti subyektif. Dimana si pelaku hendak mencapai suatu tujuan atau didorong motivasi. Artinya, yang menjadi inti dari sosiologi Weber bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun nilai objektif dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan-alasan subyektif. Adanya kemungkinan untuk memahami tindakan seseorang inilaj yang membedakan sosiologi dari ilmu penghetahuan alam, yang menerangkan peristiwa-peristiwa tetapi tidak memahami perbuatan obyek-obyek.

Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola atau bentuk interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Max weber berpendapat bahwa "suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pendalamaan dan di jual belikan di pasar itu. Jadi menurut Max Weber ciri kota adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai system hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat cosmopolitan.

 

 

Teori Sosiologi Perkotaan menurut Karl Marx

Teori Karl Marx menjelaskan tentang teori struktural fungsional. Menurut Karl Marx, stratifikasi yang berbeda-beda itu mempunyai fungsi tersendiri. Teori Marx memandang eksistensi hubungan pribadi dalam produksi dan kelas-kelas social sebagai elemen kunci dalam banyak masyarakat. Marx juga berpendapat bahwa pertentangan antara kelas dominan dan kelas yang tersubordinasi memainkan peranan sentral dalam menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan social. Marx percaya bahwa masyarakat terbentuk di sekeliling kontradiksi-kontadiksi yang hanya bisa di selesaikan melauli perubahan sosial yang aktual. Salah satu kontradiksi mendasar yang di lihat

Karl Marx memandang perkotaan sebagai "persekutuan" yang di bentuk guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat mempertahankan diri". Perbedaan antara kota dan pedesaan menurut mereka adalah pemisahan yang besarr antara kegiatan rohani dan materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini