IMAJINASI KENYAMANAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Nama : Martini
NIM : 11150510000009
Kelas : KPI 1A
PASAR TERAPUNG BANJARMASIN
Mengunjungi kota Banjarmasin bisa dikatakan tidak sah jika belum mampir ke ikon kotanya yakni Pasar Terapung (The Floating Market). Selama ini pasar terapung yang sudah mendunia hanyalah pasar terapung Damnoen Saduak yang ada di Thailand. Upaya untuk men-dunia-kan pasar terapung Banjarmasin bisa dimulai dari hal yang kecil seperti mempromosikannya ke masyarakat Indonesia terlebih dahulu.
Pasar terapung di Kalimantan Selatan terdapat di tiga tempat, yakni di Lok Baintan, Muara Kuin, dan di depan Masjid Raya atau Siring Tendean. Salah satu pasar terapung terletak di Sungai Barito yang membelah kota Banjarmasin. Sesuai dengan julukan Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai, pasar terapung seolah menjadi destinasi wajib yang mengandung nilai-nilai ekonomi, historis, dan sosiobudaya Kalimantan Selatan.
Nilai-nilai ekonomi yang bisa diambil dari kebudayaan pasar terapung adalah terjadinya transaksi jual beli baik antara pengunjung dan penjual maupun antar sesama penjual. Sedangkan nilai historis dan budaya yang bisa diamati dari pasar terapung ini adalah masih dipertahankannya budaya-budaya lama seperti transaksi barter, berjualan di atas kapal (jukung/ klotok) tradisional tanpa mesin, namun hanya dengan pangayuh yang terbuat dari kayu dan dibiarkan terombang-ambing di sungai. Barang yang diperjual belikan juga masih menyimpan nilai-nilai budaya karena selain menjual sayur-sayuran dan buah-buahan, juga menjual berbagai macam kuliner tradisional seperti kue-kuean.
Satu hal yang harus diketahui pengunjung sebelum mampir ke pasar terapung yakni jam dimulainya pasar terapung. Pasar ini sudah terlihat ramai sejak usai salat subuh dan akan bubar pukul 08:00 WITA. Untuk menuju pasar terapung yang masuk dalam wilayah desa Kuin Alalak, pengunjung bisa melalui akses menuju mesjid Sultan Suriansyah terlebih dahulu melalui perjalanan darat, melakukan ibadah salat subuh di sana, lalu melanjutkan perjalanan dengan menyewa klotok air sembari menikmati rumah lanting, rumah tradisional masyarakat Banjar yang berdiri tegak di atas air.
Salah satu bukti upaya masyarakat untuk menduniakan pasar terapung ini adalah dengan iklan di salah satu stasiun televisi swasta beberapa tahun lalu. Masih ingatkah kalian dengan ibu-ibu yang mengacungkan jempolnya di iklan RCTI? Ya, setting iklan tersebut adalah di pasar terapung, sehingga turis-turis lokal maupun mancanegara kini ramai mengunjunginya.
Namun sungguh disayangkan karena pasar terapung kini mulai kurang diminati karena minimnya dukungan pemerintah dan sumber daya manusia yang sudah kurang berminat berjualan di atas air. Jika beberapa tahun lalu masih ada ratusan penjual, kini hanya terlihat puluhan penjual yang masih setia meneruskan tradisi berjualan di pasar terapung. Memang dulu sarana transportasi air menjadi primadona di Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin, namun upaya pemerintah membangun infrastruktur yang lebih mengutamakan di darat membuat transportasi darat lebih cenderung dipakai dan masyarakat mulai meninggalkan jukung-jukungnya.
Padahal jika diuraikan lebih jauh, wisata pasar terapung tak hanya menyajikan pemandangan eksotis melakukan transaksi jual beli di atas air. Tempat wisata berupa Makam dan Masjid Sultan Suriansyah, rumah-rumah lanting, dan Pulau Kembang yang di dalamnya masih menyimpan ekosistem bagi primata-primata langka seperti bekantan atau kera hidung panjang (Nasalis larvatus), semua itu bisa didapat dengan satu paket karena lokasinya berdekatan dan aksesnya sama-sama menggunakan jukung.
Kita tengok Ibu Hajjah Farida alias Wan Sidin ini. Ketika di masa muda eksis sebagai pedagang di pasar terapung hingga membintangi iklan di RCTI, kini hari-hari tuanya hanya dihabiskan dengan berjualan gorengan di daratan, tepatnya di Kabupaten Tanah Laut. Jika ada kepedulian pemerintah akan jaminan hari tua bagi para pelestari budaya berjualan di pasar terapung, tentu akan banyak orang yang akan melestarikannya. hal ini tentu saja menjadi motivasi bagi para pedagang. Namun sayangnya bantuan pemerintah hanya berupa sarana seperti pembelian jukung dan sebagainya. Padahal jika pemerintah berupaya penuh membantu para pedagang untuk tetap eksis di pasar terapung, hal itu tentu saja akan memberikan dampak positif bagi seluruh pihak, baik pedagang, pengunjung, maupun pemerintah itu sendiri. Pendapatan dan tingkat kesejahteraan akan meningkat, dan pasar terapung akan semakin mendunia.
Sumber gambar
https://rafiekhalid.files.wordpress.com/2012/06/terapung.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar