Ahmad Ali Nidaulhaq
1113054000027
PMI 5
Tugas 1 Perubahan Sosial dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kesehatan
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup
sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan
masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat
masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka
ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2
bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial
merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang
berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud
pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat.norma-norma tersebut memberikan Petunjuk bagi tingkah laku
seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak
membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan
pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang
sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan
norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu
tempat tertentu.
Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak
budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis
yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang
positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga
tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu
kompleksnya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya
perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah
faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut
sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu
masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya
dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan
kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya
adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan
sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam
proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,
sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat
bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak
hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti
tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas
seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Determinan faktor
internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya. Sedangkan determinan faktor eksternal adalah factor
yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya
perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005)
yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status kesehatan, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan
yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku,
keturunan, dan pelayanan kesehatan, selanjutnya Bloom menjelaskan,
bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status
kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Selanjutnya
Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain
aspek sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga
mempengaruhi kesehatan seseorang antaranya tradisi, sikap fatalisme,
nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat
awal dalam proses sosialisasi.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor
perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour
cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor,
yaitu;
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air
bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
1. Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui penginderaan mata (melihat) dan
telinga (mendengar). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang
biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk
terbentuk sikap dan tindakan.
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Indikator untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga indikator, yaitu;
1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
2. Sikap Terhadap Kesehatan (health attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau
ketidak senangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari
pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat
mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya
(Wahid, 2007).
Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan
konsep apa saja. Ada beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut,
yaitu:
1) sikap berhubungan dengan perilaku
2) sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek
3) sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya
konsekuensinya dapat diamati, tetapi sikap itu tidak dapat dipahami.
Adapun ciri-ciri sikap menurut Azwar (2009) adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran
dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference)
merupakan factor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi
tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung
untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus
tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola
pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
3. Tindakan Kesehatan (health practice)
Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua
kegiatan atau aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan.
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (over behavior),
untuk mewujudkannya menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan prasarana),
juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo,
2007).
KESIMPULAN
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu
tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem
kesehatan yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang
bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial
budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan
tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang
untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang bersangkutan.
Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi
tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah
penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam
memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian
individu-individunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar