Selasa, 17 Juli 2012

Agrarian Reform for Community Development in Rural Society

STRATEGI REFORMA AGRARIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN
Oleh: Tantan Hermansah[*]
ABSTRAK
Kemiskinan yang sudah lama didera oleh bangsa Indonesia mengharuskan adanya perubahan pendekatan. Program reforma agraria yang saat ini akan digulirkan oleh pemerintah, merupakan peluang baru untuk melakukan perubahan pendekatan penanggulangan kemiskinan ini. Dengan pendekatan asset building, penulis menemukan bahwa reforma agraria sebagai konsep dan praktik pembangunan sangat relevan untuk melalukan pemberdayaan kaum miskin di pedesaan. Pendekatan asset building ini akan menjadikan program reforma agraria efisien dalam mencapai tujuan intinya: mengentaskan kemiskinan di Indonesia
Key Words:  Reforma Agraria, Miskin, Pemberdayaan, Pedesaan

PENDAHULUAN

Kemiskinan di Indonesia adalah permasalahan kronis. Jika menggunakan adagium penyakit jantung, kemiskinan di Indonesia sudah memasuki stadium 3. Sehingga pelbagai strategi dan pendekatan sudah dilakukan. Di masa Orde Baru—sekedar kilas balik—pemerintah menggunakan strategi Revolusia Hijau untuk mengatasi kemiskinan di pedesaan. Sedangkan untuk kemiskinan di perkotaan, pemerintah menggunakan pendekatan pembangunan sentra-sentra industri. Semuanya dikerangkai oleh sebuah perspektif: ekonomi adalah panglima. Hasilnya? Indonesia melesat menjadi salah satu keajaiban Asia (the miracle of asia) dengan deretan penghargaan dan pujian.

Agrarian Reform for Rural: The Strategy for Farming and Forest

PERAN RA DALAM DESA 2030: STRATEGI UNTUK PERTANIAN DAN KEHUTANAN[i]
Oleh: Endriatmo Soetarto[ii], Tantan Hermansah[iii]

I.        PERSPEKTIF DESA DAN REFORMA AGRARIA

Quo vadis desa

Berbicara tentang desa di tahun 2030 tentu tak bisa kita proyeksikan dengan begitu saja tanpa memahami lebih fundamental tentang apa itu 'tanah', 'pasar', 'kapitalisme', dan pada gilirannya 'reforma agraria'. Ada pertanyaan awal yaitu apakah benar sistem pasar  itu telah ada sejak dulu kala setua usia peradaban manusia itu sendiri? Atau apakah pasar hanyalah bentukan manusia akhir-akhir ini saja? Merujuk tulisan I Wibowo (2005)[iv] yang secara khusus mengupas karya Karl Polanyi 60 tahun yang lalu yang berjudul The Great Transformation (1944) dikatakan dengan menengok sejarah Eropah di abad pertengahan, ketika  masih menganut sistem feodalisme, ternyata pasar tidak mendominasi kehidupan. Yang dipakai pada waktu itu adalah sistem gilda. 'Tanah' sendiri, bersama dengan 'tenaga kerja' dan 'uang' bukanlah  bukanlah barang komoditas karena tanah merupakan unsur inti feodalisme. Para raja kecil (lord) menguasai tanah dan mengaturnya serta menjadikannya sebagai basis kekuatan militernya. Tentu terjadi perpindahan hak atas tanah, namun ini tidak diatur dengan sistem jual-beli dalam sebuah pasar. Mereka memiliki peraturan dan kebiasaan untuk mengatur perpindahan hak atas tanah. Tanah tidak dijual-belikan atau ekstra commersium.

Agrarian Theology

TEOLOGI AGRARIA: REKONSTRUKSI KONSEP
Oleh: Tantan Hermansah*

Pendahuluan: Mempertemukan Dua Konsep

Dalam pemahaman tradisional konsep "teologi" dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang Tuhan dan sifat-sifatnya[1] melalui logika agama-agama formal. Sedangkan "agraria"diartikan sebagai sumberdaya tanah[2]. Pemahaman yang tidak salah itu, saat ini kemudian diselaraskan dengan konteks dan kebutuhan kekinian. Di mana istilah "teologi" kemudian dimaknai sebagai pemahaman akan fakta Tuhan dalam "lebenswelt" (dunia kehidupan) manusia, bukan model refleksi teologis yang secara formal ada dalam pemahaman dan keyakinan agama-agama besar saat ini.[3] Sebelum lebih jauh memasuki penjelasan mengenai "teologi" dan  "agraria", pertama-tama akan dijelaskan dulu konteks sosial yang menyebabkan konsep ini lahir. 

Minggu, 15 Juli 2012

Al-Qiyadah al-Islamiyah Potret Buram Gerakan Dakwah di Indonesia

 Al-Qiyadah al-Islamiyah:
Potret Buram Gerakan Dakwah  di Indonesia[1]

Murodi*

 ABSTRAK

Dinamisasi Islam sebagai sebuah agama yang kemudian membentuk komunitas keagamaan, kerapkali dihadapkan dengan kenyataan munculnya kolompok penyimpang. Kelompok yang menganut keyakinan tentang Islam secara berbeda dengan yang dianut oleh muslim kebanyakan. Fenomena munculnya aliran al-Qiyadah al-Islamiyah misalnya, menjadi satu diantara potrem buram Islam di Indonesia. Ahmad Moshaddeq, sebagai 'nabi' aliran ini, memproklamirkan diri secara terbuka, bahwa dialah sosok al-masih al-maw'ud yang akan menyempurnakan ajaran yang telah dibawa Nabi Muhammad Saw. Saat aliran al-Qiyadah ini muncul, pertanyaannya siapa yang harus disalahkan? Apakah Moshaddeq dan para pengikut setianya, para ulama, para da'i, ormas Islam atau siapa? Dalam konteks ini, ti­daklah tepat jika kita saling menyalahkan. Tentu saja, kehadiran aliran ini me­nambah deretan panjang kemunculan aliran sesat di tanah air, dan tantangan langsung bagi gerakan dakwah Islam di Indonesia.

Key words : Aliran al-Qiyadah, Respon Masyarakat dan Pemerintah, Gerakan Dakwah


Pendahuluan

Beberapa waktu lalu, umat Islam Indonesia dikejutkan oleh pengakuan seorang mantan palatih bulu tangkis Indonesia dan pensiunan Pegawan Negeri Sipil, Ahmad Mosha­d­deq. Pengakuannya menghebohkan umat Islam. Betapa tidak. Lelaki berpenampilan necis ini mengaku mendapat wahyu dari tuhan dan mengutusnya sebagai nabi dan ra­sul, setelah bertirakat selama 40 hari 40 malam di sebuah saung miliknya di gunung Bunder, Bogor Jawa Barat pada 23 Juli 2006. Pengakuannya mendapat respons beragam. Ada yang menolak, bahkan mengancam akan memberangus kelompok ini, ada yang netral, dan ada pula yang pro. Kelompok terakhir ini tentu saja datang dari  kalangan para pengikutnya.

TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA DAN PENGUASA MEDIA


TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA  DAN PENGUASA MEDIA

Sofiandy Zakaria*

ABSTRAK

Kalangan teoritisi dan praktisi  media mengakui, bahwa media mempunyai pengaruh yang besar dan luas terhadap perubahan masyarakat. Bahkan dalam kehidupan suatu negara, media atau pers seringkali dijuluki sebagai kekuatan keempat ( the fourth pillar ) , disamping lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif, terutama dalam menjalankan fungsi kontrol sosialnya. Mengingat kekuatan dan pengaruhnya  yang luas dan besar itulah, media seringkali digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bersifat massif, seperti sosialisasi tentang  pembangunan dalam bidang  ekonomi  untuk kesejahteraan masyarakat. Namun tidak jarang media juga dimanfaatkan  oleh  penguasa dan pengusaha untuk kepentingan dan keuntungan segelitir orang saja. Kolaborasi antara penguasa dan pengusaha media bisa saja terjadi dan syah-syah saja adanya,  sepanjang  usaha tersebut bukan semata-mata untuk membangun dan mempertahankan kekuasaan, tapi juga untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya dalam rangka memenuhi tanggung jawab media sebagai lembaga sosial.

Key words: Tanggung jawab, Penguasa, Pengusaha, Media, Perspektif Islam tentang Kebebasan

Pendahuluan
Kolaborasi banyak digunakan di bidang musik yang menggabungkan musisi dari berbagai aliran. Namun kolaborasi juga bisa  terjadi antara pengusaha dan penguasa, misalnya dalam bisnis media atau pers, baik dari  organisasi yang berbeda maupun dari organisasi  yang sama dalam bidang media itu sendiri. Persaingan atau  permusuhan antara media dengan penguasa  bukan lagi zamannya. Disadari atau tidak, sekarang masanya kembali penguasa dan pengusaha bergandengan tangan bahkan berpelukan erat untuk membangun usaha sekaligus mempertahankan atau membangun kekuasaan bersama. Seperti masa otoritarian , bisa saja media atau pers jatuh ke tangan orang-orang berkuasa yang jumlahnya sedikit[1]

Relation Democracy and Islam in Indonesia

POLA RELASI DEMOKRASI DAN ISLAM DI INDONESIA

Suhaimi*


Pola relasi antara demokrasi dan Islam sebagai seperangkat doktrin normatif  dan prosedural menyebabkan hubungan yang erat dan komplementer diantara keduanya. Demokrasi sebagai wujud kedaulatan rakyat menghendaki adanya politik partisipatoris yang memberi ruang berdaulat bagi warga masyarakat. Sementara Islam sebagai agama juga memiliki kepedulian terhadap tegaknya keadilan, penegakkan hukum, kesejahteraan dan lain-lain yang juga menjadi esensi demokrasi. Namun, normatifitas bagaimana membangun sebuah bentuk masyarakat  yang dikonsepsikan dalam sistem demokrasi juga dalam agama Islam, belum tentu dapat diimplementasikan dalam prosedur bernegara dan bermasyarakat. Praktik demokrasi di banyak negara-negara Islam sepanjang sejarahnya, memang banyak yang tak dapat berjalan secara maksimum. Hal ini, disebabkan cara pandang yang beragam tentang bagaimana demokrasi diintegrasikan dengan konsepsi yang sudah ada sebelumnya. Begitu pun yang terjadi dalam praktik berdemokrasi di Indonesia. Pola hubungan keduanya senantiasa diwarnai oleh sejarah yang menjadi konteksnya.

Key Words : Demokrasi, Transisi Kekuasaan, Konsepsi Islam, Demokrasi di Indonesia

Pendahuluan
Demokrasi pada awal sejarahnya lahir sebagai bentuk politik partisipatoris yang  melibatkan seluruh warga kota kecil yang disebut polis di Yunani Kuno (Ancient Greek). Istilah demokrasi  secara harfiah diambil dari kata bahasa Latin demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan.  Secara historis  teori demokrasi lahir sebagai reaksi atas teori kedaulatan raja dan kedaulatan Tuhan.[1] Jadi dalam sejarah lahirnya demokrasi atau kedaulatan rakyat merupakan pardigma baru yang menjadi pembangkangan  terhadap legitimasi kekuasaan Tuhan yang diatasnamakan oleh raja  sebagai dasar kekuasaannya. Sehingga pada gilirannya sekularisme dan antroposentrisme menjadi ciri yang melekat pada demokrasi, khususnya demokrasi ala Barat. 
Demokrasi kemudian telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal.  Larry Bermann dan Bruce Allen Murphy dalam buku Approaching Democracy menyebutkan bahwa sampai akhir tahun 1996 tidak kurang 118 negara  dari 191 negara di dunia ini yang mendambakan  sistem pemerintahan demokrasi.[2]

"Koperasi" Movement: Between Dream and Praxis

GERAKAN KOPERASI: IDEALISME DAN REALITA
(PELAJARAN PENGELOLAAN KOPERASI UIN JAKARTA 2002-2008)
oleh
Lili Bariadi[*]


ABSTRAK
Ide, keinginan, dan cita-cita menjadikan koperasi sebagai sokoguru ekonomi di Indonesia, sepertinya jauh panggang dari api. Hal ini terjadi karena kebanyakan koperasi hidup dengan sistem pengelolaan yang konvensional. Padahal jika dilihat dari aspek manfaat, koperasi ini sangat besar manfaatnya—terutama bagi anggotanya. Artikel ini menjelaskan sebuah pengalaman melihat, mengelola, dan mengelaborasi institusi yang bernama koperasi di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan modal yang kuat stakeholders kampus, pengembangan koperasi sebagai unit ekonomi mikro ditempatkan pada prioritas tertinggi. Sementara itu, kebijakan makro ditempatkan sebagai faktor pendukung di dalam membentuk kemandirian koperasi. Dalam konteks seperti ini, maka koperasi kemudian bisa diharapkan menjadi sokoguru ekonomi yang berkait dengan UUD 45.
    
Key Word: Koperasi, Gerakan Ekonomi, Idealisme, Realitas
Pendahuluan
Koperasi adalah perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang berasas kekeluargaan, bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Koperasi merupakan terjemahan dari kata cooperative memiliki  suatu bentuk kerjasama antar individu di dalam bidang ekonomi.  Sebagai organisasi, koperasi termasuk kedalam bentuk badan usaha formal yang keberadaannya diakui oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Koperasi  menjalankan satu atau beberapa usaha di bidang ekonomi. Tujuan koperasi melakukan kegiatan usaha bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi untuk mempertinggi kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitamya. Tidak semua hasil usaha yang diperoleh dibagikan kepada anggota,  sebagian disimpan sebagai cadangan dan  dana sosial yang dapat digunakan untuk mempertinggi kesejahteraan masyarakat.

To Extended Idea dan Praxis Community Development

MEMPERLUAS GAGASAN & PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PERSPEKTIF JIM IFE
Budhi Rahman Hakim[*]
ABSTRAK
Ragam pendekatan dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat patut terus digali dan diperkaya. Artikel ini memberikan satu elaborasi pemikiran seorang aktivis dan pemikir pemberdayaan masyarakat yang cukup terkenal: Jim Ife. Ife memberikan beberapa prinsip mendasar dalam melakukan pemberdayaan, yaitu: (1) pemberdayaan terpadu, (2) menentang struktur yang merugikan, (3)  mendasarkan kepada penegakan Hak Azasi Manusia (HAM), (4) keberlanjutan, (5) penguatan, (6) keterkaitan gerakan pribadi dan politik, (7) kepemilikan komunitas, (8) kepercayaan diri, (9) kemandirian dari negara, dan (10) tujuan jangka pendek dan visi jangka panjang. Meski belum separuh dari apa yang disarankan Ife, namun kesepuluh prinsip ini sudah cukup memberikan banyak masukan kepada kita untuk memberikan penekanan lebih dalam pemberdayaan masyarakat. Terlebih lagi Indonesia, konteks teoritis dari Ife menjadi masukan yang sangat berharga bagi proses perubahan sosial.   

Key Words: Pemberdayaan Masyarakat, Ife, Gagasan Perubahan, Indonesia.

Pendahuluan

Banyak cara dilakukan para agen perubahan (agent of change) dalam melakukan perbaikan kehidupan rakyat Indonesia. Beragam era yang muncul, direspon dengan beragam pendekatan. Di era Orde Baru kita mengenal satu mekanisme perubahan yang didorong oleh negara (baca: pemerintah pusat) melalui program penyuluhan. Penyuluhan adalah program perubahan tata cara bertindak masyarakat melalui bimbingan teknis oleh para ahli kepada masyarakat. Sehingga sering dikatakan bahwa program ini sangat top down.
Dari kelemahan pendekatan tersebut, kemudian muncul pendekatan lain yang lebih kritis, yakni pendekatan pemberdayaan masyarakat. Di  era Orde Baru, pendekatan pemberdayaan masyarakat memang kurang populer, meski banyak kepustakaan terbit pada masa ini. Sehingga gerakan pemberdayaan seperti ini dilakukan secara terbatas. Sampai era Orde Reformasi tiba, pemberdayaan masyarakat seolah-olah menemukan momentum politiknya. Di mana-mana, didengungkan perlunya pemberdayaan masyarakat. Kelihatannya, gerakan ini bukan semata-mata sebagai kritik atas kegagalan sistem perubahan masyarakat di era Orde Baru, namun lebih jauh mengisi ruang kosong potensi masyarakat untuk melakukan perubahan kehidupannya. Maka jangan heran, nyaris di setiap departemen, instansi, selalu ada institusi pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini menjadi sangat tren di berbagai lapisan masyarakat, patut diapresiasi dengan kritis. Sebab tanpa sebuah proses kritik, pemberdayaan masyarakat bisa menjadi pedang bermata dua yang salah-salah menusuk kita sendiri. Sementara itu di sisi lain, substansi masalah belum bisa dipecahkan. Sebagai contoh, nyaris  di semua departemen, lembaga swasta (bisnis dan non bisnis) selalu –minimal—menyebut konsep ini sebagai proses yang harus menjadi kewajiban. Payungnya bisa bermacam-macam: Corporate Social Responsibility atau CSR, pemberdayaan, penguatan, dan lain-lain sebagainya.[1] Padahal bisa jadi istilah-istilah tersebut lebih bermuatan kepentingan ekonomi politik mereka semata, dibanding menjadi benar-benar kepentingan rakyat.

Membangun Kesalehan Sosial

Membangun Keshalehan Sosial sebagai Gerakan Keummatan
Oleh: Tantan Hermansah
(Direktur Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Titian-Nusa dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Atas undangan sebuah lembaga, selama seminggu pada bulan Juli ini saya mengikuti pelatihan yang diberi judul sebagai "Observation Study Tour...". Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mengenalkan satu moda baru dalam pemberdayaan masyarakat di mana menjadikan masjid sebagai subyek utama pemberdayaan masyarakat. Cita-cita utamanya adalah melakukan transformasi sosial, budaya, ekonomi, dll. dengan membasiskan pada nilai-nilai agama dan masjid sebagai wadahnya, dengan goal perubahan.

Sabtu, 14 Juli 2012

para pengamen di KRL Bogor

Mereka Pengamen Profesional
Sebab peralatan yang ada saja, luar biasa.

Salam
Tantan

7 kebiasaan Efektif

7 Kebiasaan Efektif


KEBIASAAN 1: JADILAH PROAKTIF

 Hidup Anda tidak hanya terjadi begitu saja. Apakah Anda menyadari atau tidak, hal itu dirancang oleh Anda sendiri. Pilihan hidup adalah milik Anda. Anda memilih kebahagiaan. Anda memilih kesedihan. Anda memilih ketegasan. Anda memilih ambivalensi. Anda memilih kesuksesan. Anda memilih kegagalan. Anda memilih keberanian. Anda memilih takut. Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif berkaitan dengan mengambil tanggung jawab untuk hidup Anda. Anda tidak bisa terus menyalahkan segala sesuatu pada orang tua atau orang lain. Orang proaktif sadar bahwa mereka mampu merespon sesuai keinginannya. Mereka tidak menyalahkan genetika, keadaan, maupun situasi dan kondisi. Orang reaktif, di sisi lain, sering dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka. Mereka menemukan sumber-sumber eksternal untuk disalahkan atas perilaku mereka.
Jika cuaca baik, mereka merasa baik. Jika tidak, hal itu mempengaruhi sikap mereka dan kinerja, sehingga mereka menyalahkan cuaca. Semua kekuatan eksternal bertindak sebagai stimulus yang kita tanggapi. Antara stimulus dan respon adalah kekuatan terbesar Anda - Anda memiliki kebebasan untuk memilih respon Anda. Salah satu hal paling penting yang bisa Anda pilih adalah apa yang Anda katakan. Bahasa Anda adalah indikator yang baik tentang bagaimana Anda melihat diri sendiri. Orang proaktif menggunakan bahasa proaktif - Aku bisa, aku akan, aku lebih suka, dll Orang reaktif menggunakan bahasa reaktif - Saya tidak bisa, saya harus, seandainya. Orang reaktif percaya bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan dan lakukan, karena mereka merasa tidak punya pilihan.


KEBIASAAN 2: MULAILAH DENGAN TUJUAN AKHIR

Apa yang Anda inginkan dalam hidup ini? Apa cita-cita Anda? Pertanyaan yang mungkin sedikit usang, tetapi cobalah pikirkanlah hal ini sejenak. Apakah Anda, sekarang ini, adalah seperti yang Anda inginkan? Jujurlah. Kadang-kadang orang menemukan diri mereka mencapai kemenangan yang kosong, keberhasilan yang telah datang dengan mengorbankan hal-hal yang jauh lebih berharga bagi mereka. Jika tangga naik Anda tidak bersandar di dinding yang tepat, setiap langkah naik yang Anda ambil membawa Anda ke tempat yang salah lebih cepat. Kebiasaan 2 didasarkan pada imajinasi, kemampuan untuk membayangkan dalam pikiran Anda apa yang Anda tidak bisa lihat dengan mata Anda. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu diciptakan dua kali. Ada penciptaan (pertama) mental, dan penciptaan (kedua) fisik. Penciptaan fisik mengikuti mental, seperti membangun berikut cetak biru. Jika Anda tidak membuat usaha sadar untuk memvisualisasikan, siapa Anda dan apa yang Anda inginkan dalam hidup, maka Anda memberdayakan orang lain dan keadaan untuk membentuk Anda dan kehidupan Anda. Salah satu cara terbaik untuk memasukkan Kebiasaan 2 ke dalam hidup Anda adalah untuk mengembangkan Pernyataan Misi Pribadi. Ini adalah rencana Anda untuk sukses. Ini menegaskan kembali siapa Anda, menempatkan tujuan Anda dalam fokus. Pernyataan misi Anda membuat Anda pemimpin kehidupan Anda sendiri. Anda menciptakan takdir Anda sendiri dan mengamankan masa depan yang Anda bayangkan.


KEBIASAAN 3: DAHULUKAN YANG UTAMA

Kebiasaan 1 mengatakan, "Kamu bertanggung jawab Kau pencipta.." Menjadi proaktif adalah tentang pilihan. Kebiasaan 2 adalah ciptaan pertama, atau mental. Dimulai dengan Akhir dalam Pikiran adalah tentang visi. Kebiasaan 3 adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Ini terjadi hari demi hari, saat demi saat. Ini berkaitan dengan manajemen waktu. Kebiasaan 3 adalah tentang manajemen kehidupan juga - tujuan Anda, nilai-nilai, peran, dan prioritas apa yang menjadi hal pertama? Hal pertama adalah hal-hal yang secara pribadi adalah yang paling bernilai. Jika Anda menempatkan hal pertama, Anda mengorganisir dan mengelola waktu dan peristiwa sesuai dengan prioritas pribadi Anda yang didirikan pada Kebiasaan 2.

KEBIASAAN 4: BERPIKIR MENANG-MENANG

Berpikir Menang-Menang bukanlah tentang menjadi baik, juga bukan teknik cepat memperbaiki. Ini adalah kode berbasis karakter untuk interaksi manusia dan kolaborasi. Sebagian besar dari kita belajar untuk meletakkan harga diri kita pada perbandingan dan persaingan. Kita berpikir tentang berhasil sementara orang lain gagal - yaitu, jika saya menang, Anda kehilangan, atau jika Anda menang, saya kalah. Hidup menjadi sebuah zero-sum game. Hidup laksana kue yang begitu besar dan jika Anda mendapatkan potongan besar, ada yang kurang bagi saya, itu tidak adil, dan saya akan memastikan Anda tidak mendapatkan lagi. Kita semua main game, tapi berapa banyak yang benar-benar menyenangkan? Win-win melihat kehidupan sebagai arena kooperatif, bukan yang kompetitif. Menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus berusaha mencari manfaat bersama dalam semua interaksi manusia. Berarti kesepakatan menang-menang atau solusi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kami berdua bisa makan kue, dan rasanya sungguh lezat! Seseorang atau organisasi yang melakukan pendekatan konflik dengan sikap menang-menang memiliki tiga karakter penting: Integritas : menempel dengan perasaan sejati Anda, nilai-nilai, dan komitmen Kematangan: mengekspresikan ide dan perasaan Anda dengan keberanian dan pertimbangan untuk ide-ide dan perasaan orang lain Mentalitas Kelimpahan: percaya ada banyak untuk semua orang Banyak orang berpikir dari segi baik atau buruk. Win-win mengharuskan Anda menjadi keduanya. Ini merupakan tindakan menyeimbangkan antara keberanian dan pertimbangan. Untuk memperoleh menang-menang, Anda tidak hanya harus empatik, tetapi Anda juga harus percaya diri. Anda tidak hanya harus perhatian dan sensitif, Anda juga harus berani. Untuk melakukan itu - untuk mencapai yang keseimbangan antara keberanian dan pertimbangan - adalah esensi dari kedewasaan yang nyata dan mendasar untuk menang-menang.


KEBIASAAN 5: BERUSAHA MEMAHAMI DULU, BARU DIMENGERTI
 Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Anda menghabiskan bertahun-tahun untuk belajar bagaimana membaca dan menulis, dan bertahun-tahun belajar bagaimana untuk berbicara. Tapi bagaimana dengan mendengarkan? Pelatihan apa yang telah Anda miliki yang memungkinkan Anda untuk mendengarkan sehingga Anda benar-benar, sangat memahami manusia lain? Mungkin tidak ada, kan? Jika Anda seperti kebanyakan orang, Anda mungkin pertama-tama harus dipahami, Anda ingin pendapat Anda didengar. Dan dalam melakukannya, Anda dapat mengabaikan orang lain sepenuhnya, berpura-pura bahwa Anda mendengarkan, selektif hanya mendengar bagian-bagian tertentu dari percakapan atau perhatian fokus pada hanya satu dua patah kata, namun melewatkan yang berarti secara keseluruhan. Jadi mengapa hal ini terjadi? Karena kebanyakan orang mendengarkan dengan maksud untuk membalas, bukan untuk mengerti. Anda mendengarkan diri Anda mempersiapkan pikiran Anda apa yang akan Anda katakan, pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda akan tanyakan, dll Anda filter semua yang Anda dengar melalui pengalaman hidup Anda, kerangka acuan Anda. Anda memeriksa apa yang Anda dengar terhadap otobiografi Anda dan melihat bagaimana langkah-langkah mencapainya. Dan akibatnya, Anda memutuskan sebelum waktunya apa yang orang lain belum selesai komunikasikan. "Oh, aku tahu persis bagaimana perasaanmu. Aku merasakan hal yang sama." "Aku punya hal yang sama terjadi padaku." "Biarkan saya memberitahu Anda apa yang saya lakukan dalam situasi yang sama." Karena Anda sering mendengarkan autobiography Anda sendiri, Anda cenderung untuk menanggapi dengan salah satu dari empat cara berikut: Mengevaluasi: Kamu menghakimi dan kemudian setuju atau tidak setuju. Probing: Anda mengajukan pertanyaan dari frame Anda sendiri sebagai referensi. Advising: Anda memberi nasihat, saran, dan solusi untuk masalah. Interpreting: Anda menganalisis motif orang lain dan perilaku berdasarkan pengalaman Anda sendiri. Anda mungkin berkata, "Hei, sekarang tunggu, saya hanya berusaha untuk berhubungan dengan orang dengan mengaitkannya pada pengalaman saya sendiri. Apakah itu begitu buruk.?" Dalam beberapa situasi, tanggapan otobiografi mungkin cocok, seperti ketika orang lain secara khusus meminta bantuan dari sudut pandang Anda atau ketika sudah ada tingkat yang sangat tinggi kepercayaannya dalam berhubungan.


KEBIASAAN 6: BERSINERGI

Untuk sederhananya, sinergi berarti "dua kepala lebih baik daripada satu." Bersinergi merupakan kebiasaan kerjasama kreatif. Ini adalah kerja tim, keterbukaan pikiran, dan petualangan untuk menemukan solusi baru untuk masalah lama. Tapi itu tidak hanya terjadi pada sendiri. Ini sebuah proses, dan melalui proses itu, orang membawa semua pengalaman pribadi dan keahlian mereka ke meja diskusi. Bersama-sama, mereka dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih baik daripada secara individual. Synergy memungkinkan kita menemukan bersama-sama hal yang kita sangat kecil kemungkinannya untuk menemukan sendiri. Ini adalah gagasan bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagian. Satu ditambah satu sama dengan tiga, atau enam, atau enam puluh – terserah mana yang Anda inginkan. Ketika orang mulai berinteraksi bersama-sama secara tulus, dan mereka terbuka untuk mempengaruhi satu sama lain, mereka mulai untuk mendapatkan wawasan baru. Kemampuan menciptakan pendekatan baru meningkat secara eksponensial karena adanya perbedaan. Menghargai perbedaan akan benar-benar mendorong sinergi. Apakah Anda benar-benar menilai perbedaan seacra mental, emosional, dan psikologis antara orang-orang? Atau apakah Anda ingin semua orang hanya akan setuju dengan Anda sehingga Anda semua bisa akur? Banyak orang-orang mengira keseragaman untuk kesatuan; kesamaan untuk kesatuan. Satu kata – sungguh membosankan! Perbedaan harus dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Mereka menambahkan semangat untuk hidup.


KEBIASAAN 7: MENGASAH GERGAJI

Mengasah gergaji berarti melestarikan dan meningkatkan aset terbesar yang Anda miliki – yakni Anda sendiri! Ini berarti memiliki program yang seimbang untuk pembaruan diri dalam empat bidang kehidupan Anda: fisik, sosial / emosional, mental, dan spiritual. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan:
Fisik                   : Makan makanan yang bermanfaat, olahraga, dan istirahat
Sosial / Emosional: Membuat hubungan sosial dan bermakna dengan orang lain 
Mental          : Belajar, membaca, menulis, dan mengajar
Spiritual              : Menghabiskan waktu di alam, memperluas spiritual diri melalui musik, seni, doa, atau ibadah
Ketika Anda memperbaharui diri Anda sendiri di setiap empat bidang, Anda menciptakan pertumbuhan dan perubahan dalam hidup Anda. Mengasah gergaji membuat Anda segar sehingga Anda dapat terus berlatih enam kebiasaan lainnya. Anda meningkatkan kemampuan Anda untuk menghasilkan dan menangani tantangan-tantangan di sekitar Anda. Tanpa pembaruan ini, tubuh menjadi lemah, pikiran menjadi begitu mekanis, emosi mentah, jiwa tidak peka, dan egois. Bukan sebuah gambaran cantik, bukan? Merasa baik tidak terjadi begitu saja. Hidup dalam keseimbangan berarti mengambil waktu yang diperlukan untuk memperbarui diri sendiri. Ini semua terserah Anda. Anda dapat memperbarui diri melalui relaksasi. Anda dapat memanjakan diri secara mental dan spiritual. Anda dapat mengalami energi bersemangat. Atau Anda dapat menunda dan kehilangan manfaat kesehatan yang baik dan olahraga. Anda dapat merevitalisasi diri sendiri dan menghadapi hari baru dalam perdamaian dan harmoni. Atau Anda dapat bangun di pagi hari penuh apatis karena Anda melakukan sesuatu yang rutin. Hanya ingat bahwa setiap hari memberikan kesempatan baru untuk pembaharuan - sebuah kesempatan baru untuk mengisi ulang (recharge) diri sendiri. Yang dibutuhkan adalah keinginan, pengetahuan, dan keterampilan

Javid dan Hasbi di Curug


Cari Blog Ini