Savinatun Naja_Kpi 5D_1112051000120
Memahami Dimensi Etik Dalam Ruang Kebudayaan
Etika adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Etika dalam berkomunikasi sangat erat kaitannya dengan interaksi sosial antara masyarakat dengan lingkungan. Komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk menciptakan komunikasi yang baik.
Telah disadari kalau diperhatikan betul tentang definisi budaya atau kebudayaan, menurut AL Krober dan C. Kluchkhom tidak kurang dari 160 butir, namun dalam kesempatan ini konsep budaya yang dipergunakan adalah konsep budaya seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu komplek gagasan, perilaku dan hasil karya manusia yang d ijadikan milik diri dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang di dapat dengan belajar secara terus menerus.
Pada tataran sistem ide merupakan suatu komplek gagasan yang memang sangat abstrak, namun dapat diketahui oleh orang dengan cara berdialog. Adapun wujudnya berupa adat -istiadat, etika, norma, aturan, undang-undang, hukum. Benang merah yang menyambung antara etika dan budaya sebenarnya terletak pada ruang sistem ide ini. Karena beragam nilai sumbernya memang dari gagasan yang dalam hal ini adalah sistem ide. Semua ini bisa mengendalikan sistem social atau perilaku manusia dalam hidupnya. Berarti bisa diungkapkan apabila manusia itu memiliki suatu etika sudah barang tentu manusia itu berbudaya demikian sebaliknya.
Manusia untuk memahami etika tentu saja melalui suatu proses yang disebut enkulturasi yang dapat diterjemahkan dengan istilah yang lebih sederhana yaitu "pembudayan". Dalamproses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya denganadat-istiadat, norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Sejak kecilproses enkulturasi sudah dimulai dalam alam warga sesuatu masyarakat; mula -mula dari orang didalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman -temannya bermain. Seringkali ia belajardengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang membermotivasi akan tindakan meniru itu telah di internalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkalikalimeniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengaturtindakkannya "dibudayakan". Terkadang berbagai norma juga dipelajari seorang individu secarasebagian-sebagian., dengan mendengar berbagai orang dalam l ingkungan pergaulannya pada saat -saat yang berbeda-beda, menyinggung atau membicarakan norma tadi. Tentu juga norma yangdiajarkan kepadanya dengan sengaja tidak hanya dalam lingkungan keluarga, dalam pergaulan diluar keluarga, tetapi juga fomal di sekolah. Di samping aturan-aturan masyarakat dan negara yangdiajarkan di sekolah melalui mata pelajaran antara lain; Agama, PPKN, Ketatatanegaraan, ilmuKewarganegaraan/Kewiraan dan lain -lainnya, juga aturan sopan santun bergaul seperti budi pekerti, tata boga, bahasa daerah yang dapat diajarkan secara formal.
Bisa disebutkan bahwa etika tersebut memang merupakan suatu pengejawantahan dari gagasan yang sebenarnya memberikan rambu -rambu kepada manusia dalam melaksanakan hajad hidup bersama manusia atau kelompok lainnya yang senantiasa harus dipahami. Untuk paham ini belum tentu setiap manusia sebagai individu akan sama dan berakibat ketika dalam pelaksanaan juga membawa hasil tak sama pula.
Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bi sa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam. Dari uraian itu tampak jelas keterkaitan antara budaya dengan etika, bahwa kebudayan secara utuh merupakan induk munculnya berbagai macam pranata yang dalam hal ini harus dijadikan milik diri manusia dalam rangka hidup bermasyarakat sesuai dengan masing -masing pendukungnya.