Nama : Nenden Nelawati
Nim : 1112051000135
Kelas : KPI 5 E
1. Etika dan moral
Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik dan buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik. Etika berasal dari kata Yunani bagi sifat pribadi dan moral berasal dari kata bagi adat-istiadat sosial.
Etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Ada dua kaidah dasar moral :
a. Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita mesti berbuat baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang konkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
b. Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan, harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
2. Amoral dan Immoral
Amoral adalah sebuah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang karena kurangnya pengetahuan, memiliki kealinan atau belum cukup umur. Sedangkan immoral adalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang walaupun orang tersebut sudah tahu bahwa hal tersebut memang salah dan tetap melakukannya.
3. Etika dan Etiket
Etika dan etiket memiliki persamaan yaitu etika dan etiket menyangkut tindakan dan prilaku manusia, etika dan etiket mengatur prilaku manusia yang normatif. Sementara itu ada beberapa perbedaan pokok antara etika dan etiket (lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:257):
a. Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam bertindak. Sementara itu etika memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan antara ya dan tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu berlaku ketika ada orang lain. Sementara itu, etika tidak memperhatikan orang lain atau tidak.
c. Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam menafsirkan prilaku yang sesuai dengan etiket tertentu. Etika jauh lebih bersifat mutlak. Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar menawar.
d. Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara etika lebih menyangkut aspek internal manusia. Dalam hal etiket, orang bisa munafik. Tetapi dalam hal dan prilaku etis, manusia tidak bisa bersifat kontradiktif.
4. Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Moralitas melibatkan kehidupan sosial maupun nonsosial. Moralitas didasarkan atas hasrat almiyah seseorang, untuk memperbaiki diri sendiri. Dan keinginan untuk mencapai cita-citanya.
5. Subyektif .
Subyektif adalah cara berpikir yang terpengaruh oleh atau berdasarkan keyakinan atau perasaan pribadi tidak berbasis terhadap fakta. Sesorang yang lebih cenderung berpikir Subyektif merupakan gaya berpikir yang dipengaruhi oleh atau berdasarkan keyakinan pribadi atau perasaan, bukan berbasis pada fakta. Seseorang yang kreatif bahkan memiliki banyak ide didalam dirinya, itu semua karena dia memiliki kecenderungan subyektifitas, ini semua terjadi karena pola pikirnya yang mampu berimajinasi dan menggambarkan sebuah pemikiran atau informasi yang telah diterima. Namun demikian tidak semua orang yang berpikir subyektif dapat menjadi penemu atau pencetus ide yang baik, adakalanya mereka hanya mengembangkan berdasarkan apa yang mereka sudah pernah ketahui apapun.   ;   ;
6. Perbedaan etika Deskriptif, etika Normatif, dan Metaetika, hakekat etika filosofi
a. Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau subkultur tertentu, oleh karena itu, etika deskriptif tidak memberikan pemikiran apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Sedangkan :
b. Etika Normatif mendasarkan pendirinya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima sesorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia juga bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normative berarti sistem-sistem yang dimaksud untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk (Lorens Bagus, kamus filsafat, 1996:217).
c. Metaetika adalah kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan 'baik' dan 'buruk'.
d. Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebgai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta. Etika pada hakekatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. (Surajiyo:2005)
SUMBER BUKU :
( Mohmmad A. Shomali.Relativisme Etika. Press (ICAS), London: 2001)
(Sudirman Tebba. Etika Media Masa Indonesia. Ciputat Pustala Irvan: 2008)
(Prof. dr. Nina W Syam M.S. Filsafat Sebagai Akar Ilmu. Simbiosa Rekatama Media. Bandung : 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar