Senin, 22 September 2014

Tugas2_Sosiologi Perkotaan_Urbanisasi dan Budaya Perkotaan

Abidin 

PMI 3 

1113054000005

Urbanisasi dan Budaya Perkotaan.

 

Urbanisasi. Pasti banyak yang sudah tahu apa itu urbanisasi. Yap urbanisasi itu adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua khususnya yang tinggal di kota. Pesebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai masalah kehidupan sosial dalam masyarakat. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, perumahan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera di dicarikan jalan keluarnya.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, kebutuhan ekonomi dan sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau factor pendorong seseorang urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau factor penarik.

Masyarakat perkotaan lebih cenderung memilih  mengutamakan keamanan di bandingkan dengan masyarakat pedesaan yang lebuh mengutamakan kenyamanan dan juga kebersamaan. Jalan pikir rasional adalah jalan pikir masyarakat perkotaan dimana berbeda dengan masyarakat pedesaan yang mungkin masih memiliki kepercayaan pada yang ghaib.

Interaksi yang terjadi diantara masyarakat perkotaan berbeda dengan pedesaan yang biasanya masyarakat perkotaan melakukan interaksi karena adanya factor kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan umum. Diperkotaan hubbungan antara penduduknya sangat renggang atau bisa dibilang tidak terlalu peduli dengan sekitarnya, sehingga jarang adanya komunikasi ataupun interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Biasanya orang perkotaan lebih bisa mengurus dirinya sendiri dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

 

Contoh Kasus :

Wilayah Jakarta Timur Khususnya di Duren sawit banyak sekali kaum urban yang menempati di wilayah ini. Hal ini dikarenakan mudahnya akses untuk pergi kemana saja dan apa saja yang kita inginkan bisa dicari dan di dapatkan dengan mudah di wilayah ini.

Di wilayah Duren sawit ini juga banyak kaum urban yang berasal dari tanah jawa ada juga dari Kalimantan maupun pulau  Sumatra. Untuk wilayah Duren Sawit ini mayoritas kaum urban berasal dari tanah Jawa. Mereka hijrah rata-rat dari tahun 80-90 an.

Dari salah satu narasumber yang saya wawancara yaitu seorang tukang bakso langganan saya, yaitu biasa akrab dipanggil bang Gepeng, sudah meninggalkan kampungnya di daerah Jawa tengah sejak tahun 1980 an, beliau datang ke Jakarta awalnya di ajak oleh temannya dan juga ingin mengubah nasib dari keadaan yang ada kampungnya. Beliau datang ke Jakarta hanya berdasarkan modal nekat dan tanpa di bekali suatu kemampuan apapun. Awal beliau sampai di Jakarta, bekerja serabutan selama 10 tahun. Kemudian beliau kembali lagi ke kampungnya pada tahun  1990an. Beliau menyesal sudah datang ke Jakarta tanpa memiliki kemampuan apapun. Beliau juga mengatakan hidup di kota ternyata tidak semanis apa yang dianggapnya dahulu ketika masih di desa. Malah kata beliau masih enakan hidup di Desa maupun di Kota karena udara di desa lebih sejuk daripada di kota. Hidup di kota ternyata dituntut serba bisa dan menjadi pribadi yang siap melakukan apapun. Namun, pada awal tahun 1995an beliau kembali datang lagi ke Jakarta dengan alasan beliau tertarik dengan temannya yang hidup dijakarta yang bisa sukses dengan usaha rumah makannya setelah temanya itu kembali kampong. Akhirnya beliau mengikuti jejak temannya itu, tetapi sayangnya beliau tidak bisa/gagal karena terbatasnya modal dan tidak mempunyai kemampuan dalam bidang memasak. Akhirnya pada tahun 1997an beliau mulai usaha baso dengan cara melihat dan membuatnya secara otodidak. Sampai sekarang beliau masih berjualan baso dan bisa mencukupi kebutuhan kehidupan ketiga anaknya dan seorang istrinya di kampongnya Sana di Jawa tengah. Beliau enggan lagi kembali kampungnya karena beliau sudah betah dan menikmati profesinya sebagai tukang baso.

 

Teori Tindakan Rasional nilai (Marx Weber)

Teori tindakan rasional nilai ini memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungan dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

Dalam kasus yang saya wawancarai ini saya mengaitkan  dengan teori tindakan rasional milik marx weber sebab teori ini, membahas tentang pertimbangngan dan perhitungan yang sadar. Di dalam kasus ini narasumber yang saya wawancarai  memiliki pertimbangan yang cukup berat . karena salah satunya factor ekonomi dan beliau juga sudah betah dalam menjalani profesinya sebagai tukang baso di Jakarta ini. Beliau juaga berpikir daripada jualan baso di kampong mending jualan baso di kota karena banyak pembelinya dibandingkan di kampungnya.

 

Teori Kelas Sosial (Karl Marx)

Sudah kita ketahui bahwa teori kelas sosial yang dimiliki Karl Marx merupakan teori yang membahas golongan atau tingkatan sosial dalam masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Menurut Marx dalam kelas-kelas sosial ada yang berkuasa da nada yang di kuasai. Jika dikaitkan dengan kasus yang diatas, kaum urban di wilayah Duren Sawit ini,  sepertinya teori Marx ini tidak berlaku. Karena meskipun perbedaan pendapatan kaum urban di wilayah ini ada, tetapi tidak menimbulkan pengelompokan kelas diantara mereka. Mereka semuanya saling hidup berdampingan satu sama lain dan secara damai.

 

Teori  Fungsional Struktural (Emile Durkheim)

Teori fungsional structural/ structural fungsional merupakan teori yang menganggap masyarakat sebagai organisme biologis  yang terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan. Ketergantungan ini merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme atau makhluk hidup dapat bertahan hidup. Sama dengan pendekatan yang lainnya, pendekatan structural yang dimiliki Emile Durkheim ini sangat terlihat sekali dengan apa yang saya amati di wliayah Duren sawit ini. Sebab teori ini menyangkut tentang ketergantungan individu antara satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan hidup. Hal inilah yang terjadi pada wilayah Duren sawit ini, dengan ketergantungan mereka dapat memenuhi  kebutuhan mereka masing masing dan  juga memiliki dampak positif dengan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini