Rabu, 30 Maret 2016

Tugas 3

Yeyet Rohilah (1113053000086)

Gita Harfiyani (1113053000082)

Fitri Arifah      (1113053000071)

 

 

TUGAS 3

Narasi Hasil Observasi Kami

(Masjid Attaqwa)

 

Dari awal kami memang sudah tertarik pada Masjid untuk dijadikan objek observasi kami. Nah kenapa kami lebih memih masjid yang untuk kami tetiliti? Karena, Masjid itu ialah sebagai pusat kegiatan peribadatan terutama shalat lima waktu sehari semalam, akan tegak dan makmur jika diisi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rangka mewujudkan pembangunan bidang spiritual/ruhani bagi jamaah masjid. Kegiatan pembangunan bidang spiritual/ruhani bagi jamaah masjid. Kegiatan pembangunan bidang spiritual harus menjadi prioritas pengurus masjid agar masjid dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat pembinaan umat.

            Bila kapasitas masjid besar dan luas, tentu jamaah akan banyak. Tetapi bila kapasitas masjid itu kecil dan tidak luas, tentu jamaahnya sedikit. Bila masyarakat disekitar masjid tidak suka beribadah, masjid itu akan kurang jamaahnya. Jumlah jamaah saja belum otomatis menjadi ukuran kemakmuran masjid. Disamping jumlah jamaah, kemakmuran masjid juga ditentukan oleh semaraknya berbagai kegiatan yang diadakan oleh sebuah masjid.

Kemudian masjid yang kami pilih ialah masjid Attaqwa Bekasi, Masjid Attaqwa merupakan sebuah masjid yang terletak dikelurahan Ujung Harapan dan masjid itu sendiri tepat berada di depan pondok pesantren Attaqwa putra, Kecamatan Babelan, Kota Bekasi. Dahulu kala Masjid Attaqwa merupakan Mushalla yang didirikan oleh Kiai H. Noer Alie (Almarhum) dan saat ini dipimpin oleh Kiai Nurul Anwar, Lc (Ketua Dewan Kerja Masjid) Attaqwa saat ini.

Kami melakukan penelitian ke masjid Attaqwa itu pada hari minggu tepatnya kami mulai yaitu pada jam 10.00 WIB, dan kami disana sampai dzuhur dan melaksanakan sholat dzuhur disana agar kami bisa melihat sendiri seberapa banyak jamaah yang dating untuk shalat berjamaah disana, ketika itu tidak lupa pula kami mulai bertanya-tanya kepada beberapa jamaah tentang kinerja Masjid Attaqwa apakah sudah optimal kegunanaannya untuk masyarakat sekitarnya atau belum. 

Menurut keterangan jamaah yang kami tanyakan di Masjid Attaqwa bahkan tidak hanya digunakan untuk shalat berjamaah saja akan tetapi juga digunakan untuk acara-acara besar seperti isra' dan mi'raj dan mauli Nabi Muhammad SAW. Kemudian karena Masjid Attaqwa letaknya tepat berapa di depan pondok pesantren Attaqwa putra maka Masjid Attaqwa pun pada setiap malamnya ada kajian yang membahas tentang kitab kuning seperti Tafsir Al-Qur'an, Ihya Ulumuddin dll. Maka dari itu masyarakat sekitar maupun masyarakat yang sekedar singgah di msjid attaqwa yang singgah di masjid ini untuk menunaikan ibadah sangat senang dengan masjid Attaqwa.

Nah kemuadian setelah kami banyak menanyakan kepada jamaah tentang optimalisasinya terhadap masyarakat (jamaah) kemudian kami meminta untuk dibuatkan sebuah denah lokasi atau social mapping, yang merupakan mengapa masjid attaqwa ini mempunyai jamaah yang banyak. Ketika itu kami mengerti mengapa masjid Attaqwa bisa mendapatkan jamaah yang banyak karena lokasinya yang strategi, karena selain masjid itu tepat berada di depan pondok pesantren Attaqwa Putra Masid itu pula berdekantan dengan pusat jajanan dan jalan pusat untuk akses ke berbagai lokasi maka sebagian jamaah yang ada pada setiap harinya ialah jamaah yang sengaja singgah untuk beristirahat dan beribadah. Kami lama mengobrol- ngobrol seputar tentang lingkungan masjid dan masjid sekitar satu jam setengath lamanya.

Tiba-tiba dipertengahan kami mengobrol seputar optimalisasi masjid itu, ada seorang remaja perempuan yang dating dan ternyata dia ingin mengajar ngaji, yang dimana kegiatan mengaji rutin setian hari untuk anak-anak pada jam dua siang hingga selesai, ternyata biasanya bahkan kegiatan disana tidak hanya mengaji saja akan tetapi ada kegiatan-kegiatan rutin lainnya yang dilaksanakan di masjid Attaqwa tersebut. 

Maka kemudian setelah kami selesai bmengobrol-ngobrol dengan jamah beberapa lama, kami lantas meminta izin untuk  menemui ketua DKM untuk meminta informasi kegiatan di masjid ini dengan jelas, karena ternyata banyaknya kegiatan yang ada di masjid Attaqwa tersebut.

Pada awalnya sebetulnya kami ingin menemui ketua DKM  lebih awal akan tetapi ketika kami sampai di kediaman beliau ternya beliau sedang mengajar di area pesantren dan baru selesai sekitar jam dua siang dan kami akhirnya membuat janji untuk bertemu pada pukul dua siang, ketika kami menemui ketua DKM, kami pun langsung mengutakan apa maksud dari kedatangan kami dan ternyata beliau menyambut kedangan kami dengan sangat gembira.  Lalu kemudian beliau mulai bercerita dari awal masjid ini didirikan dengan bentuk surau hingga menjadi masjid yang sebesar sekarang ini.

Masjid ini besar pun ternyata karena besarnya bantuan masyarakat dan donator yang mendorong, lalu ternyata yang mendorong mengapa masjid ini pun setiap hari ramai jamaah ialah karena masyarakat di sekitar masjid Attqwa sangat kental akan ibadah dan ternyata letak (lokasi) dari masjid Attaqwa itu tersebut di juluki dengan kampong santri, karena setiap maghrib sampai isya' dan samapai malam biasanya para masyarakat sekitar lebih senang shalat berjamaah dan beribadah di masjid dari pada di rumah mereka masing-masing.

Adapun kegiatan-kegiatan  yang ada dimasjid ini ialah seperti: pengajian malam dan sore untuk anak-anak, pengajian malam rabu untuk remaja, pengajian malam sabtu untuk ibu-ibu, pengajian malam senin untuk bapak-bapak, shalat shubuh berjamaah dan pembacaan asmaul husna yang kemudian di smabung dengan tadarus Al-Qu'an atau kajian kitab. Dan dapun kegiatan yang incidental itu seperti mengadakan Isra dan Mi'raj, Mulid Nabi Muhammad SAW, Buka puasa bersama, I'itikaf, tabligh akbar, santunan anak yatim dan janda seminggu sebelum lebaran, dan shalat tahajud bersama dan tadarus bersama ketika bulan ramadhan.

Setelah sekiranya sudah cukup informasi tentang optimalnya masjid Attqwa menurut kami maka kami pun mohon undur diri, dan kami pun tidak lupa pula menyampaikan rasa terima kasih kami kepada ketua DKM dan jamaah yang mau kami mintai informasi tentang seputan masjid Attaqwa. Setelah itu kami pun pulang kerumah masing-masing kami membagi tugas untuk menyusun ulang hasil penelitian kami.

Abu Bakar Batubara (1113054000031), Irsyadi Farhan (1113054000028), Mughni Labib (1113054000003)

Potensi Bencana dari Pabrik Celana Jeans

Aldi, orang Kampung Baru asli, dari kecil memang dia lahir di daerah tersebut, dan ayahnya pun Betawi asli. Aldi beralamat rumah di Kampung Baru, Gg Haji Redi Rt 10 Rw 4 Kec. Kebon Jeruk Kab. Sukabumi Selatan-JakBar perbatasan JakSel.

Di Kampung Baru diperkirakan terdapat kurang lebih 10 Pabrik Celana Jeans di setiap gangnya.

Setiap selokan rumah penduduk itu berdekatan dengan pabrik-pabrik, yang menjadi permaslahan adalah air yang dibuang dari limbah pabrik-pabrik Celana Jeans itu jalurnya menyatu dengan saluran air penduduk. Di rumah penduduk ini banyak yang memanfaatkan air tanah, resapan air dari limbah pabrik, menurut Aldi, mungkin akibat yang ditimbulkan bukan sekarang. Namun, pasti terjadi dampak negatif berupa penyakit, entah penyakit apa namanya, yang jelas disebabkan oleh limbah pabrik-pabrik tersebut. Ini merupakan dampak yang sangat besar mengancam bagi kesehatan warga sekitar. Memang sebagian warga ada yang menggunakan air pam. Akan tetapi warga yang memanfaatkan air tanah jangan pula dipandang sebelah mata. Resapan air dari limbah pabrik mau tidak mau dikonsumsi oleh penduduk yang memanfaatkan air tanah.

Selain limbah, asap hitam dari cerobong pabrik pun perlu diperhatikan. Menurut Aldi, cerobong asap itu kurang tinggi. Ketika proses produksi barang berlangsung; dicuci, digosok/disetrika, asapnya itu benar-benar mengenai rumah warga. Aldi menceritakan bahwa saat dirinya mengendarai sepeda motor hendak pulang ke rumah, persis dibelakang rumahnya ada pabrik Celana Jeans, tidak ada yang dilihatnya selain gelap. Ternyata "kegelapan" itu berasal dari asap pabrik yang menjelma awan hitam. Bau asapnya pun menyengat, tak sedap dihirup. Mengundang polusi udara. Merusak bagi kesehatan warga.

Respon warga sekitar terhadap kehadiran Pabrik Celana Jeans

Dahulu, seingat Aldi, pernah terjadi peristiwa unjuk rasa alias demo para warga terhadap pabrik Celana Jeans tersebut. Tetapi, 'hilang' begitu saja. Demo yang tidak berkelanjutan, seakan ada semacam kongkalikong antara seorang pembesar ('yang punya duit') dengan bos pabrik. Ditambah sikap kebanyakan warga yang masa bodoh akan hal itu. Tak peduli akan adanya potensi bencana yang bakal ditimbulkan pabrik. Sikap tersebut agaknya muncul, menurut Aldi, karena mayoritas warga Kampung Baru merupakan pendatang. Aldi mengkritik sikap masyarakat Kampung Baru dengan menyatakan mereka tak berpikir panjang bakal menimbulkan apa ke depannya. Karena suatu saat jika terjadi bencana berupa penyakit yang berbahaya misalnya, warga sekitar juga yang kena. Warga juga yang terzhalimi. Bahkan bukan terzhalimi 'aja', tapi terzhalimi 'banget'.

Bentuk pabriknya pun, kalau kita melewatinya, akan mengundang kecurigaan. Hingga Aldi pun menduga bahwa pabrik itu ilegal, tidak membayar biaya izin berwirausaha. Bagi yang tak tahu daerah Kampung Baru, paling tidak akan mengira pabrik itu rumah sembako, warung biasa. Padahal didalamnya tempat industri besar, ada aktifitas kerja.                        

Di akhir kesimpulan bahwa, kehadiran pabrik-pabrik Celana Jeans yang berlokasi di Kampung Baru hanya berpotensi pada bencana lingkungan (Dampak Kesehatan), pada sektor Dampak Religius-Dampak Sosial-Dampak Budaya dan lain-lain tidak ada kemungkinan terjadinya bencana.

Milva susanti, Abidin, Rafi fajrin_Tugas 4_Dampak Kehadiran Pariwisata di kawasan Lembang Bandung, Jawa Barat

Dampak Kehadiran Pariwisata di kawasan Lembang Bandung, Jawa Barat.

 

Lembang merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam kabupaten Bandung Barat Jawa Barat Indonesia, dan lokasinya berada pada ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 di atas permukaan laut dimana puncak atau titik tertinggi tepat berada di puncak gunung Tangkuban Perahu karena lokasinya yang cukup tinggi, dan bahkan bisa dikatakan berlokasikan di pegunungan, suhu rata-rata di Lembang berkisar antara 17°-24°C.

Untuk menuju kawasan Lembang, wisatawan yang berasal dari Jakarta, Bekasi dan sekitarnya dapat melewati tol pasteur bandung, setelah keluar tol terus menuju jalan Setiabudi, nanti melewati pasar ledeng terus menuju ke atas maka suasana khas Lembang sudah mulai terasa. Wisatawan akan di manjakan oleh jalan yang berkelok-kelok, pemandangan yang indah serta udara yang segar. Selainitu, disepanjang jalur menuju Lembang juga terdapat banyak rumah makan, penginapan, dan kebun-kebun strowbery yang indah.

Lembang memang merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Indonesia, karena Lembang memiliki banyak tempat wisata di antaranya ada Dusun Bambu Family Leasure Park; De Ranch; Floating Market; Taman Bunga Begonia; Farmhouse Susu Lembang dan lain sebagainya. Lembang dengan sejuta keindahannya ternyata dapat memberikan banyak potensi positif maupun negatif dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, lingkungan dan teknologi bagi masyarakat di sekitarnya. Di antara potensi positif maupun negatif dari kehadiran pariwisata di kawasan Lembang adalah sebagai berikut:

Bidang Lingkungan

Lembang yang notabene-nya adalah pegunungan, sekarang telah berubah menjadi kawasan pariwisata yang ramai bangunan dan ramai orang yang berurusan di dalamnya. Hal ini terlihat dari banyaknya hotel, penginapan, villa, restoran dan sebagainya yang makin banyak dibangun di Lembang. Hal ini tentunya cukup berpotensi merusak lingkungan kawasan Lembang yang dulunya asri, sekarang sudah mulai tercemari polusi. Begitu juga dengan transportasi, Lembang yang dulunya sepi transportasi sekarang justru dibanjiri berbagai transportasi seperti motor, mobil yang tidak jarang membuat kemacetan di saat masa liburan tiba. Bukan hanya itu, kawasan Lembang yang dahulu dominan dengan pertanian jenis palawija dan sayur-sayuran, sekarang beralih menjadi pertanian srowbery maupun pertanian bunga dan tanaman hias (karena lebih menarik bagi para wisatawan), hal ini berpotensi mematikan pertanian jenis palawija dan sayuran yang dahulu menjadi pertanian utama kawasan Lembang.

Bidang Sosial Budaya

            Kawasan Lembang yang sekarang memiliki banyak objek wisata, hotel, penginapan, serta restoran yang membawa perubahan besar pada masyarakatnya. Masyarakat yang dahulunya cenderung tradisional (tertutup) sekarang menjadi masyarakat yang cukup terbuka dan mudah menerima; dari nilai-nilai yang bersifat homogen menjadi pluralisme (beragam). Selain itu beberapa masyarakat ada yang menyadari bahwa kehadiran objek-objek pariwisata di kawasan ini juga menyebabkan tergerusnya nilai-nilai budaya atau penurunan eksistensi nilai-nilai budaya yang sebelumnya sudah melekat pada masyarakat Lembang.

Bidang Ekonomi

            Kehadiran objek-objek pariwisata di kawasan Lembang tentunya juga membawa potensi pada perekonomian masyarakatnya, diantaranya yaitu perubahan jenis pekerjaan (atau disebut alih profesi) oleh masyarakat di kawasan Lembang. Masyarakat yang dahulu berprofesi sebagai petani sekarang sudah banyak yang beralih profesi menjadi penjaga hotel, tour guide, penyedia jasa parkir, pengrajin cendera mata, pedagang makanan dan sebagainya. Perubahan pekerjaan atau alih profesi ini secara umum memang meningkatkan penghasilan masyarakat di kawasan ini, namun bagi para petani justru menurunkan pendapatan.

Bidang Teknologi

            Potensi kerusakan atas kehadiran objek pariwisata di kawasan Lembang dapat terjadi jika dibangunnya pabrik-pabrik industri di kawasan wisata tersebut. Sebagaimana kita ketahui, pariwisata juga merupakan bidang yang cukup dekat hubungannya jika dikaitkan dengan tumbuhnya industri-industri dalam berbagai bidang. Biasanya karena ramainya sebuah kawasan pariwisata membuat banyak industri baik industri makanan, keperluan rumahan, dan sebagainya yang juga tumbuh demi memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung disana.

Namun sebenarnya, ada juga beberapa potensi positif di bidang teknologi, salah satunya yaitu tumbuh pesatnya tempat wisata yang berbasis edukasi yang bermanfaat bagi anak-anak maupun orang tua. Sebagaiman kita ketahui, biasanya anak-anak lebih suka belajar sambil bermain, sehingga jika tersedia tempat wisata yang berbasis edukasi orang tua juga akan lebih mudah mengajak anaknya untuk belajar di tempat pariwisata tersebut.


Nama anggota kelompok:

1.      Abidin (1113054000005)

2.      Rafi fajrin azhari (1113054000034)

3.      Milva susanti (111305400015)

Suryo Widodo_Aditya Awaludin_Rosa Juni Andri_Masalah sosial yang terjadi di Parangtritis_Tugas ke -4

Fenomena Sosial pada Masyarakat Sekitar Pantai Parangtritis

            Pantai parangtritis merupakan salah satu tujuan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara garis besar untuk pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Parangtritis perlu penataan dan pengaturan tempat-tempat pemukimam penduduk, penginapan-penginapan, warung atau rumah makan dan lain sebagainya. Dengan dibukanya obyek wisata Parangtritis tersebut menyebabkan adanya fenomena sosial, fenomena sosial yang terjadi di pantai parangtritis diantaranya ada penyimpangan sosial,konflik sosial,  interaksi, perubahan sosial.

            Pantai Parangtritis yang hingga saat ini dibenahi oleh pemerintah daerah agar pantas dan menarik, selalu mendapat kunjungan dari wisatawan. Terutama pada hari-hari liburan ,pantai parangtritis ramai pengujung, apalagi dengan selesai dibangunya Jembatan Kretek yang melintasi kali Opak dengan adanya jembatan kali opak ini akan mempermudah kunjungan wisata ke objek wisata Pantai Parangtritis.

            Ramainya kawasan wisata Pantai Parangtritis itu didukung oleh pengembangan penginapan dan rumah-rumah makan, penyediaan fasilitas seperti kuda tunggangan, kolam renang dan transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta ke pantai parangtritis. Dampak perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata memiliki dampak negatif maupun positif khususnya untuk masyarakat sekitar obyek wisata.

            Dampak positif dibukanya objek wisata Pantai Parangtritis banyak dimanfaatkan oleh beberapa golongan masyarakat sebagai lahan bisnis, karena terdapat banyak orang yang mencari nafkah dengan berjualan di sekitar pantai Parangtritis. Mulai dari menjual makanan, minuman, baju, kaos, pernak-pernik, hingga mengamen, dan mengemis. Selain itu, di pantai Parangtritis juga banyak orang yang menyediakan fasiltas seperti mushola, kamar mandi, penginapan, serta lahan parkir baik motor maupun mobil. Pantai parangtritis merupakan pantai yang landai dengan bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Sehingga hal ini sangat menarik wisatawan baik asing maupun lokal. Di kawasan pantai ini, wisatawan dapat berkeliling pantai untuk menikmati pemandangan dengan menggunakan bendi dan kuda yang disewakan oleh penduduk. Wisatawan yang berkunjung ke pantai parangtritis kebanyakan tertarik karena keindahan alamnya serta untuk menghilangkan penat atau sebagai tempat hiburan.

            Sedangkan dampak negatif dari perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata itu tampak pada erosi nilai-nilai budaya. Apalagi dengan munculnya hotel-hotel yang memiliki fasilitas yang cukup bagus yang kebanyakan didirikan oleh para pendatang, Interaksi yang terjadi antara warga pribumi dan para pendatang terjalin kurang erat. Hal ini karena terkadang para pendatang mendirikan tempat penginapan tanpa seijin warga dan mereka tidak memiliki identitas yang jelas sehingga interaksi yang terjalin di antara mereka kurang baik bahkan terkadang warga sekitar sama sekali tidak mengenal para pendatang tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan sikap tidak peduli antar warga pribumi dan para pendatang. Faktor tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya dampak negatif yaitu penyimpangan sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis, hal ini muncul karena kebebasan para pengujung hotel yang memanfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.

Kebebasan untuk berperilaku itu dalam hal-hal tertentu nampak adanya sikap tak peduli terhadap kepentingan masyarakat yang lain. Seperti adanya hotel-hotel dengan segala fasilitasnya dan munculnya para pramunikmat yang siap melayani para tamu yang menginap. Sikap yang tak peduli itu tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat kawasan wisata pantai parangtritis. Sehingga seakan-akan dari sikap tak peduli menumbuhkan sikap individu-individu yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi. Untuk mengatasi penyimpangan sosial tersebut diperlukanlah suatu pengendalian sosial untuk mengurangai atau menghilangkan dampak dari penyimpangan sosial tersebut. Dampak perkembangan pariwisata dikawasan wisata parangtritis terhadap perilaku masyarakat  hanya terbatas pada masyarakat yang tinggal di pantai.

            Penduduk sekitar yang masih apatis dengan obyek wisata Pantai Parangtritis, ini mengakibatkan hanya sebagian masyarakat saja yang merasakan dampak yang timbul dari obyek wisata tersebut, dalam bidang ekonomi khususnya. Kurangnya partisipasi masyarakat itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

1.      Kurangnya SDM di masyarakat sekitar pantai.

2.      Tingkat pedidikan yang rendah.

3.      Kurangnya pemuda atau Karangtaruna yang dilibatkan untuk mengurus obyek wisata.

4.      Kurangnya sosialisasi di masyarakat akan pentingnya obyek wisata untuk perekonomian.

5.       Masyarakat yang masih tradisional dan masih menyepelekan obyek wisata.

            Faktor-faktor itu menyebabkan obyek wisata Parangtritis belum bisa dimaksimalkan, akan tetapi sekarang sudah mulai banyak masyarakat yang berjualan dan mendirikan penginapan di sekitar pantai. Menurut narasumber, yang memajukan perdagangan adalah para pendatang karena mereka memiliki bekal dan SDM yang tinggi. Hal ini membuat mereka bisa memaksimalkan peluang untuk melalukan mibilitas sosial di daerah obyek wisata. Rata-rata yang menjadi pedagang-pedagang besar dan pemilik penginapan besar adalah para pendatang.

            Dengan adanya para pendatang yang mulai sukses di bidang ekonomi ini mengakibatkan masyarakat sekitar mulai sadar untuk mengadakan upaya peningkatan ekonomi. Seperti dengan berdagang di sekitar obyek wisata Pantai Parangtritis.  Dengan banyaknya pedagang dari masyarakat pribumi maupun pendatang, hal ini memberikan pengaruh positif maupun negatif di antara mereka.

            Perubahan sosial yang terjaadi di masyarakat Pantai Parangtritis cukup signifikan, ini bisa dilihat dari segi mata pencaharian mereka. Dahulu kebanyakan masyarakat di sekitar pantai parangtritis bermatapencaharian sebagai petani, tetapi dengan dibukanya pantai parangtritis sebagai obyek wisata membuat para masyarakat sekitar membuka warung-warung makan, tempat parkir maupun hotel.

            Ditinjau dari adanya konflik, memang pernah terjadi konflik antara pedagang dengan pihak Kraton Yogyakarta. Tanah di sekitar Pantai Parangtritis adalah tanah yang dimilki pihak Kraton. Di situlah para pedagang mendirikan toko di tanah Kraton tanpa ijin, sehingga menimbulkan konflik. Pada saat itu toko pedagang yang tidak berijin itu digusur oleh pihak Kraton dan kemudian diberi ganti rugi atasnya. Tetapi ganti rugi tersebut dianggap tidak sesuai dengan keinginan para pedagang. Tidak hanya sampai di situ, setiap waktu-waktu tertentu pihak Kraton meminta pajak kepada para pedagang. Tetapi penarikan pajak tersebut akan diberitahukan terlebih dahulu agar para pedagang bisa melakukan persiapan uang pajak terlebih dahulu. Rata-rata para pedagang yang sudah memiliki surat tanah masih saja dipertanyakan legalitas hukumnya maupun keabsahannya oleh pihak Kraton. Menurut narasumber, kepengurusan surat pemilikan atas tanah di daerah Parangtritis sangat rumit.

                Sumber : http://nicofergiyono.blogspot.co.id/2013/10/sosiologi-pariwisata-observasi-tentang.html

Analisis

Meningkatnya popularitas Pantai parangtritis sebagai destinasi wisata sebenarnya patut disyukuri, karena membawa efek positif bagi perekonomian warga setempat. Meskipun demikian, ada dampak negatif yang ditimbulkan. Kualitas ekologi Pantai parangtritis mulai menurun yang diakibatkan oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung. Salah satunya adalah Banyaknya Bangunan hotel-hotel  yang didirikan tanpa seijin warga dan mereka tidak memiliki identitas yang jelas. Bukan hanya itu saja karena adanya hal itu juga menimbulkan salah satu penyebab terjadinya penyimpangan sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis,Yaitu persaigan antara masyarakat lokal dengan dengan para pendatang  yang malah membuat pemadangan di daerah sekitar parangtritis menjadi tidak asri lagi  karena adanya  warung-warung dan tempat makan juga dengan ijin yang tidak jelas

Hal tersebut menghambat kelestarian alam. Padahal apabila Pantai parangtritis dirusak keindahannya dengan banyaknya pedagang-pedagang dan warung-warung di sekitar sehingga pemadangan tidak lagi asri maka daripada itu harus adanya pariwisata berkelanjutan.

Berikut Butler menjelaskan dalam Subadra dan Nadra mengenai pariwisata berkelanjutan sebagai berikut:

"Sustainable tourism is a tourism which concerns with management of the sustainable development of the natural, built, social and cultural tourism resources of the host community in order to meet the fundamental criteria of promoting their economic well-being, preserving their nature, culture, social life, intra and inter-generational equity of costs and benefits, securing their life sufficiency and satisfying the tourists' needs."[1]

Dari permasalahan di atas, maka penting untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan atau yang lebih sering disebut pariwisata berkelanjutan. Pasal 4 huruf e UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya. Industri pariwisata tidak boleh hanya melihat aspek bisnis saja, namun juga aspek pelestarian alam. Masalah ini membutuhkan peran aktif dari berbagai stakeholder. Dari sisi organisasi sektor publik, Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan ini. Selain pihak Pemerintah, pariwisata berkelanjutan juga membutuhkan partisipasi dari masyarakat dan pihak swasta.



[1] Subadra, I Nengah dan Nyoman Mastiani Nadra. 2006. Dampak Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Jatiluwih-TabananJurnal Manajemen Pariwisata, Juni 2006, Volume 5, Nomor 1. Hlm.50

Aulia Ulfa, Sarah Fauziah Audina, Mir'atun Nisa_Ekologi Manusia_PMI 6

Aulia Ulfa (1113054000020)

Sarah Fuziah Audina (1113054000010)

Mir'atun Nisa (1113054000038)

 

Berkurangnya Lahan Terbuka Hijau Akibat Pembangunan Ruko dan Industri Makanan oleh Perusahaan Swasta di Cipayung Jakarta Timur

 

            Pada tugas kali ini, kami melakukan pengamatan secara langsung didaerah Cipayng Jakakarta Timuur mengenai persoalan ubah fungsi lahan hijau menjadi ruko dan pusat wisata kuliner ditempat tersebut. Kebetulan lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari tempat tingal salah satu dari kami, yaitu Aulia Ulfa.

            Dulunya pada tahun 2009, lokasi ini merupakan sebuah tanah kosong dengan banyak pepohonan yang lebat. Banyak juga anak-anak bermain dilokasi tersebut. Tanah kosong itu adalah milik seseorang penduduk asli daerah tersebut, dengan luas tanah mencapai ± 1200 m². Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2013, lahan tersebut telah dibeli oleh perusahaan swasta yaitu PT Rekso Nasional Food atau yang lebih dikenal dengan Mc Donald's. Juga didirikannya ruko-ruko yang kemudian disewa oleh PT Dom Pizza atau Domino's Pizza dan PT Sari Melati Kencana atau Pizza Hut Delivery (PHD).

            Potensi dan kerusakan yang kami amati terdiri dari 4 bagian yakni lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. Berikut ini adalah ulasan dari materi diatas

1.      Potensi dan kerusakan bidang lingkungan

Sejauh ini jika kami lihat dari segi lingkungannya, kami tidak menemukan potensi. Tetapi yang kami lihat adalah kerusakannya yang diakibatkan dari pembangunan tersebut adalah berkurangnya lahan hijau, ketiadaan resapan air didaerah tersebut karena didominasi dengan aspal, jalan raya sering tergenang air karena lokasi pertokoan lebih tinggi dibandingkan jalan raya.

2.      Potensi dan kerusakan bidang ekonomi

Dalam hal ekonomi, dari kasus ini memiliki sedikit potensi yaitu tersedianya lapangan pekerjaan baru sebagai karyawan dari perusahaan tersebut atau pun tukang parkir. Sedangkan kekurangannya adalah memperkecil peluang pendapatan usaha menegah kebawah seperti pedagang kaki lima dan sejenisnya, jika sebelumnya tempat tersebt menjadi tempat pangkalan ojek, sekarang pangkalan ojek tersebut sudah tidak ada lagi.

 

3.      Potensi dan kerusakan bidang sosial

Potensi dalam bidang sosial dari didirikannya industri makanan dilokasi tersebut adalah menyediakan tempat untuk saling berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah lebih mencerminkan perbedaan status ekonomi antara menengah keatas dengan menengah kebawah, karena yang selama ini kita ketahui bahwa setiap orang yang datang dan mengunjungi sebuah restoran itu adalah orang-orang yang memiliki status ekonomi yang cukup tinggi.

4.      Potensi dan kerusakan bidang budaya

Tidak kami temukan potensi dalam hal ini, yang kami lihat hanya dengan adanya restoran cepat saji didaerah ini lebih condong ke perubahan budaya, dari yang tradisional menjadi kebarat baratan. Lebih menunjukan sifat manusia yang konsumtif dan modernis.

 

Dari tulisan kami diatas dapat disimpulkan bahwa memang betul jika dilihat dari segi ekonomi adanya pembangunan pertokoan dan pusat wisata kuliner memang penghasilannya sangat menjanjikan, tetapi tidaklah baik jika tidak memkirkan dampak dari pembangunan itu sendiri. Boleh saja membangun seperti hal-hal diatas, tetapi masih banyak yang harus dipertimbangkan lagi, baik itu dari segi lingkungan maupun masyarakat disekitar daerah tersebut.

 

 

              

tugas ke 3 ekologi manusia

TUGAS KE 3 (POTENSI BENCANA) EKOLOGI MANUSIA

JURUSAN PMI 6

NAMA KELOMPOK :

1.     RIZKY ARIF SANTOSO 1113054000005

2.     ALI NIDA ULHAQ 1113054000027

3.     M. FAHMI NURDIN 1113054000023

 

POTENSI BENCANA PEMBANGUNAN HOTEL BERKELAS DI JAKARTA

Seperti yang kita ketahui, Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Jakarta juga menjadi bagian kota yang ramai, sibuk, dan tak kunjung sepi dari pagi hingga malam sekalipun. Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat desa maupun mancanegara, ada yang bertujuan untuk mengadu nasib, mencari pengalaman hidup, berekreasi maupun menetap untuk beberapa hari. Banyak tempat-tempat menarik di Jakarta yang bisa menjadi daya magnet bagi masyarakat luar Jakarta. Seperti Ancol, Dufan, Monas, Kebun Raya Ragunan, Kota Tua dan berbagai tempat hiburan lainnya. Namun hal ini dimanfaatkan bagi para investor dan pengusaha kaya raya untuk memeroleh keuntungan dengan bisnis pembangunan Hotel megah dan gagah di Jakarta.

Hotel yang sama-sama kita ketahui merupakan sebuah bangunan yang menjulang tinggi dengan sarana prasarana yang lengkap dan memuaskan pengunjungnya untuk menginap beberapa hari lamanya. Hotel di Jakarta kini sudah sangatlah banyak dan mewah, sebut saja Hotel Ritz Carlton, JW Mariotz, Shangri Laa, dan berbagai macam hotel lainnya. Peminatnya juga bukan sebatas warga Indonesia saja, melainkan meliputi para tourist mancanegara yang sedang berlibur maupun keperluan bisnis di Ibukota.

Namun yang menjadi sorotan utama kami ialah Hotel yang dibangun gagah mewah disekitar pesisir maupun didekat area laut seperti layaknya Hotel Pluit, Jakarta Utara. Hotel Pluit di Jakarta menginovasi dari trendy dan fashion Hotel layaknya di Singapura. Kedua hotel tersebut memiliki model yang bisa dikatakan mirip dan sama dengan keberadaan posisi kapal diatas gedungnya. Sungguh megah dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan local maupun mancanegara yang ingin menginap beberapa malam di Hotel tersebut. Tidak perlu mengeluarkan uang banyak ke Singapura, Hotel Pluit pun juga menyediakan pemandangan laut yang indah dan menyejukkan mata.

Akan tetapi bukan kemegahan dan kemewahan yang kami akan bahas pada pembangunan hotel di pluit ini, melainkan persoalan ekologis dan potensi-potensi bencana yang akan ditimbulkan akibat pembangunan Hotel di area yang persis laut Jakarta Utara.

 

Berikut potensi-potensi bencana yang bisa Kami analisa akibat pembangunan hotel didekat area Laut :

·         Potensi Kerusakan Lingkungan :

Air

Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusi dari buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal pesiar. Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar. Masyarakat dan wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir

Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat. Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan. Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran untuk mengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata sepeda ditingkatkan.

 

 

·         Potensi Kerusakan Sosial :

Potensi bencana yang kemungkinan akan terjadi akibat pembangunan hotel di area dekat laut yakni masyarakat sekitar kehilangan tempat tinggal, terjadi kesenjangan sosial, masyarakat lokal terpinggirkan oleh lingkungan kaum elite sehingga menciptakan kondisi yang berkelas kelas.

 

 

·         Potensi Kerusakan Ekonomi :

·         Dampak Positifnya

1.      Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.

2.      Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.

3.      Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange).

4.      Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.

5.       Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.

6.      Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah.

Dampak negatifnya

1.      Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.

2.      Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.

3.      Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.

4.      Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal awal

5.      Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat.

6.       Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.

Naisbitt dalam "Global Paradox" menjelaskan bahwa pariwisata merupakan penyumbang bagi ekonomi global yang tidak ada tandingannya di masa yang akan datang. Adapun pertimbangannya adalah:

·         Potensi Kerusakan Budaya :

Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan keagamaan mudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut.

 

Analisis Masalah :

Dari beberapa masalah dan potensi bencana yang tertulis di atas, jelas dikatakan yang namanya pembangunan infrastruktur seperti hotel. Di sisi lain meningkatkan pendapatan negara. Namun di sisi lain ada beberapa hal yang perlu di tanggapi dengan bijaksana dan arif bagi para pembangun hotel dan pemerintah. Usahakan apa yang di bangun dalam hal ini hotel harus memperhatikan dampak ekologinya, baik ekonomi, budaya, sosial, dan lingkungan sekitar. Karena jika tidak diperhatikan akan menimbulkan potensi  bencana yang besar. Apalagi tanah di jakarta per tahunya naik, karena banyaknya pembangunan-pembangunan gedung-gedung tinggi. Alam kita Indonesia sudah banyak yang rusak, walaupun kita tidak bisa mengembalikan keasrian alam dengan cepat. Namun kita bisa mencegah tambah parahnya lingkungan hidup di sekitar kita dengan cara cintai alam ini.

Cari Blog Ini