Rabu, 18 September 2013

KESEMPATAN EMAS BAGI YANG SUKA MENULIS

Saya mendapatkan email dari Pak Hans. Silahkan dishare kepada siapapun yang pantas mengetahuinya. 

Kepada Bapak Tatan 
di tempat, 


Perkenalkan nama saya Hans Harmakaputra dari Wikimedia Indonesia. Saya mendapat email Anda berdua dari Mas Muhammad Syifa Widigdo.

Saya mengirim surat ini kepada Anda berkaitan dengan rencana Wikimedia Indonesia mengadakan kompetisi menulis di Wikipedia Bahasa Indonesia pada tahun depan, Bebaskan Pengetahuan 2014. Kompetisi ini merupakan kelanjutan dari kompetisi serupa di tahun 2010 yang bisa dilihat di sini  http://wikimedia.or.id/wiki/Bebaskan_Pengetahuan_2010.

Kompetisi ini direncanakan untuk melibatkan 11 universitas dari Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, termasuk kampus UIN Syarif Hidayatullah. Saya berharap Anda menyambut positif kegiatan ini dengan mengirimkan perwakilan dari fakultas Anda sebagai perwakilan kampus. Total jumlah peserta dari tiap kampus adalah 9 orang dan saya mendapat kontak dari Mas Syifa sebanyak 3 fakultas. Namun hal ini tergantung dari jumlah fakultas yang merespons tawaran kami ini. 

Surat ini merupakan langkah awal untuk menentukan kampus-kampus yang terlibat sehingga kami mengharapkan respons secepatnya dari Anda. Jika memutuskan terlibat, barulah kita akan membicarakan lebih lanjut, bahkan saya bisa berkunjung ke tempat Anda. Terima kasih untuk perhatian Anda. 

Salam,

-- 
~~
Hans Abdiel Harmakaputra | Direktur Proyek (Project Director) Bebaskan Pengetahuan 2014
Wikimedia Indonesia

EGHA FRIDHA AGATHA_ KPI 1C_TUGAS2

Emile Durkheim

A. THE RULE OF SOCIOLOGICAL METHOD
lima aturan fundamental dalam metode Durkheim, yaitu:

1. Mendefinisikan objek yang dikaji secara objektif
Disini yang menjadi sasaran adalah sebuah peristiwa sosial yang bisa diamati diluar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dari apapun yang kira - kira akan menjadi kesimpulan studi.

2. memilih satuatau beberapa kriteria yang objektif
Dalam buku pertamnya (De la division du travail social atau Pembagian Kerja Secara Sosial) Durkheim mempelajariberbagaiabentuk solidaritas sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum.

Nurfikriansyah pmi3_tugas 2_ strituralisme

1. EMILE DURKHEIM
Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim. Pertama, keutamaan Sosial dari pada individu. Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah. Meski kedua itu tersebut terus menjadi kontroversial, namun pemikiran Durkheim tetap relavan sampai sekarang. Menurut Durkheim, masyarakat dibentuk oleh "Fakta Sosial" yang melampaui pemahaman intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering dianggap sebagai "Bapak" sosiologi (Goulner, 1958). salah satu tujuan utama Durkheim adalah menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah.

Khairul anam PMI 3_ tugas 2_ strukturalisme

STRUKTURALIS
Struktualis seperti kita ketahui bahwa struktualis memusatkan perhatian pada struktur, tetapi tidak sepenuhnya dengan struktur yang menjadi sasaran perhatian teoritisi fungsionalisme structural. Selagi fungsionalis struktural memusatkan perhatian pada pada struktur sosial, teoritisi struktualisme terutama memusatkan perhatian pada struktur linguistik[1].   Pergeseran dari struktur sosial ke struktur linguistic inilah yang secara dramatis mengubah sifat dari ilmu sosial[2]. Untuk lebih jelasnya mengenai strukturalis ini akan saya uraikan sebagaimana berikut ddari beberapa pemikiran para tokoh-tokoh sosiolog.

Intan Afrida Rafni_Tugas2_Emile Durkheim

EMILE DURKHEIM
Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim. Pertama, keutamaan Sosial dari pada individu. Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah. Meski kedua itu tersebut terus menjadi kontroversial, namun pemikiran Durkheim tetap relavan sampai sekarang. Menurut Durkheim, masyarakat dibentuk oleh "Fakta Sosial" yang melampaui pemahaman intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering dianggap sebagai "Bapak" sosiologi (Goulner, 1958). salah satu tujuan utama Durkheim adalah menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah.

Ayu Triana PMI3_Tugas2_Struktur Masalah Perkotaan

1.       Struktur sosial dalam pandangan sosiologi    
> Emile Durkhiem
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Bagi Durkheim walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita.

Syachul Hamdi _ PMI3_tugas 2 _struktur sosial masyarakat kota

A.     STRUKTUR SOSIAL MENURUT EMILE DURHEM
Struktur social menurut emile durhem adalah struktur social merupakan seluruh cara bertindak, baku maupun tidak yang dapat berlaku pada diri indivudu sebagai sebuah paksaan eksternal atau bisa juga dikatakan bahwa fakta social adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat dan pada yang sama keberadaan terlepas dari manifestasi-manifestasi Individu.

faisal kpi 1c_tugas 2_EMILE DUKHEIM

EMRILE DUKHEIM
1.      THE RULE OF SOCIOLOGICAL METHOD
Durkheim menyatakan bahwa tugas sosiologi adalah mengkaji apa yang disebut fakta sosial. Ia merumuskan fakta sosial sebagai kekuatan (takla and pope 1985) dan struktur yang ada diluar, akan tetapi memiliki daya paksa terhadap individu, yang memperbincangkan tentang struktut dan kekuatan sekala besar. Misalnya, hukum yang terlembaga dan keyakinan moral yang dipegang bersama dan dampak yang ditimbulkan terhadap seorang yang menjadi pokok perhatian para teoritis.
`          

Mutiara Lestari Putri KPI 1B_Tugas2_Karya Emile Durkheim

TEORI EMILE DURKHEIM
FAKTA SOSIAL
Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat dan memberi kejelasan serta identitas tersendiri, Durkheim menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi harus berupa studi atas fakta sosial. Fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor.
            Hal penting dalam pemisahan sosiologi dari filsafat adalah ide bahwa fakta sosial dianggap sebagai "sesuatu" dan dipelajari secara empiris. Artinya, bahwa fakta sosial mesti dipelajari dengan perolean data dari luar pikiran kita melalui observasi dan eksperimen.
          

Desty Aryani KPI 1B_tugas 2_Teori Emile Durkheim

Teori Sosiologi Menurut Emile Durkheim

Sebelum masuk pada teori Durkheim alangkah baiknya kita mengulas sedikit tentang  apa yang menjadi pengaruh terhadap karyanya. Durkheim sangat membenci dan mengkhawatirkan kekacauan sosial. Karyanya dipengaruhi oleh terjadinya kekacauan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial maupun faktor lain yang muncul di perancis pada masanya (Karady, 1983). Sebagian besar karyanya ditujukan untuk tatanan sosial. Menurut pandangnnya bahwa kekacauan sosial bukanlah bagian dari dunia modern dan dapat dikurangi dengan reformasi sosial.

Nur HalimahPMI5_Tugas1_Ringkasan Video Joel Cohen


Ada beberapa masalam dalam  populasi manusia, diantaranya:
1.          Kelaparan
2.        Tidak mendapatkan tempat yang layak huni, sehingga tempat-tempat kumuh menjadi harapan terakhir untuk hidup
3.         Hampir 1 Miliar orang yang buta huruf, dan sebagian besar dialami oleh kaum perempuan
4.        Kaum perempuan tidak mendapatkan akses kesehatan terutama untuk alat kontrasepsi, sehingga para wanita tidak bisa mengontrol kehamilannya dan menyebabkan semakin banyaknya orang hamil yang akibatnya akan menambah jumlah manusia di dunia.

Afifah_KPI 1C_tugas 2_teori durkheim


1.      Durkheim
Durkheim ketika sampai pada puncak pencarian sebuah hukum sosiologi  yang tidak memiliki keterkaitan. Selanjutnya ia memahami bahwa keluarga, agama dan masyarakat politik sama-sama merupakan kelompok sosial yang mendefinisikan identitas individu, ketika kelompok itu lemah, maka individu akan kehilangan tanda pengenalnya. Akhirnya Durkheim mengerahkan segala kemampuannya untuk mengajukan hukum umum yang cukup dahsyat, yaitu bahwa: "Bunuh diri bervariasi menurut terbaliknya tingkat integrasi kelompok sosial dimana individu menjadi anggotanya."

zuyin arwani _ PMI3_tugas 2 _struktur sosial masyarakat kota


STRUKTUR SOSIAL MENURUT PANDANGAN
1.      EMILE DURKHEIM
Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Ahmad_Lutfi_Andalusi_Tugas-2_Biografi_Emile_Durkheim


Emile Durkheim
Biografi
            Emile Durkheim (lahir 15 April 1858 – meninggal 15 November 1917 pada umur 59 tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan kepadailmu sosial, L'Annee Sociologique pada 1896. Ia keturunan pendeta Yahudi dan dari kecil ia juga ingin menjadi seorang pendeta, tetapi ketika berumur 10 tahun ia menolak untuk menjadi pendeta. Sejak saat itu pula perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis dari pada teologis. Dalam perjalanan studinya ia juga mendalami metodologi ilmiah dan prinsip moral yang diperlukan untuk kebutuhan sosial.
           

Vanny Rosa Marini KPI 1A_Tugas 2 Sosiologi_Emile Durkheim

Emile Durkheim

1.       Biografi
Durkheim lahir pada tahun 1858 dari keluarga tua Yahudi yang berasal dari Alsace, Prancis. Awalnya Durkheim diarahkan untuk menjadi seorang rabbi seperti ayah dan kakeknya, kemudian ia dikirim ke sekolah rabbi dan mempelajari bahasa Yahudi. Seperti tidak menemukan jati diri atau passionnya, Ia memilih untuk beralih dari jurusan agama ke pendidikan umum. Ia bisa dengan sukses menyelesaikan pendidikan umumnya.

Diqu zarobi alfadia_pmi3_tugas 2_struktur sosial dan struktur masyarakat perkotaan

Struktur Sosial
Emile durkheim
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Bagi Durkheim walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita.

Aris Burhanudin_KPI 1B_Tugas 2_Karya Emil Durkheim

Gagasan yang secara fundamental mempengaruhi pemikiran Durkheim, yaitu positivisme Auguste Comte. Selain itu, pandangan Durkheim mengenai masyarakat juga dipengaruhi oleh realisme sosial. Meskipun tidak secara terang-terangan, Durkheim mengadopsi perspektif realis untuk menunjukkan realitas sosial di luar individu.

Suci Robiatus S KPI 1c_tugas 2_suicide & rule of sociological of method

Suicide
Durkheim lahir pada tahun 1858 di Epinal dari sebuah keluarga tua Yahudi yang berasal dari Alsace, Emile Durkheim sebenarnya diarahkan untuk menjadi rabbi sebagaimana ayah dan kakeknya. Emile kemudian
dikirim ke sekolah rabbi dan mempelajari bahasa Yahudi. Pada tahun 1879 ia memasuki semacam sekolah tingkat atas yang kemudian menjadi sebuah lingkungan intelektual yang sangat dinamis.

Dwiko Maxi Rianto PMI3_ Tugas2_ Struktur Sosial Masyarakat Kota

SOSIOLOGI PERKOTAAN
1.      Struktur social dalam pandangan sosiologi

a.      Emile Durkheim (Struktur Sosial)
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Durkheim mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat yang disebut Solidaritas Sosial, dimantapkan oleh sosialisasi, yang melalui proses tersebut manusia secara kolektif belajar standar-standar atau aturan-aturan perilaku. Hal ini kemudian disebut oleh Durkheim dengan Fakta Sosial.

R SITI NURAINI PMI5_Tugas1_DEMOGRAFI

                    DEMOGRAFI Ringasan Video Prof. Dr. Joel Cohen

Pada dasarnya mempelajari demografi itu sangat penting karena kita akan menghadapi masalah dalam penduduk yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Kita akan sering mendengar tentang migrasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota yang semakin menjadi. Sekarang, banyaknya satu miliar manusia kelaparan dan satu miliah manusia yang hidup pada lingkungan kumuh, artinya mereka tidak memiliki hak kepemilikan rumah dan infrastruktur, tidak memiliki air yang aman untuk diminum. Hampir satu miliar manusia buta huruf dan dapat dibayangkan kita tidak mengetahui apa yang terbaca pada makanan itu sehat atau tidak.

R. Ahmad Nabhan, PMI III, Tugas ke2 : Memahami Masalah Perkotaan Dengan Teori Strukturalis


Memahami Masalah Perkotaan Dengan Teori Strukturalis
  1. Dalam Pandangan Sosiolog :
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi Menurut Durkheim, sifat struktur diberikan kepada warga masyarakat sejak mereka lahir, sama seperti yang diberikan alam kepada fenomena alam. Masyarakat terdiri dari realitas fakta sosial yang sama bersifat eksternal dan menghambat individu. Kita tidak memilih untuk meyakini sesuatu yang kita yakini kini atau memilih tindakan yang kita ambil sekarang. Aturan-aturan kebudayaan yang sudah ada yang menentukan gagasan dan perilaku kita melalui sosialisasi individu dalam masyarakat.

Antik Bintari KPI1A tugas sosiologi Emile Durkheim

EMILE  DURKHEIM

BIOGRAFI
       David  Emile Durkehim  lahir di Epinal, Prancis, 15 April 1858. Dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Durkheim anak dari keturunan pendeta Yahudi, dan saat masih kecil, ia ingin  menjadi seorang pendeta dan ia pun belajar menjadi seorang pendeta. Namun ketika beranjak umurnya yang ke-sepuluh ia berubah fikiran dan menolak menjadi pendeta. Dalam prinsipnya, Durkheim lebih menekankan akademik dalam memandang aspek agama. Ini disebabkan kekecewaannya terhadap pendidikan agama dan pendidikan umum lainnya. Ia juga belajar tentang metodologi ilmiah  Ia berusaha mendapatkan ilmu atau pendidikan secara ilmiah untuk disalurkan kepada berbagai khayalak masyarakat sebagai pedoman bagi mereka. Ia sangat menyukai sosiologi ilmiah, tetapi pada waktu itu bidang pembelajaran sosiologi ilmiah belum muncul, maka diantara tahun 182 sampai dengan 1887 ia mengajar bidang studi filsafat di sejumlah sekolah di Paris
    

dwikihandikapmi3_tugas2.sosiologiperkotaan


Struktur Sosial
            Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka. Bagi Durkheim walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita. Durkheim mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat yang disebut Solidaritas Sosial, dimantapkan oleh sosialisasi, yang melalui proses tersebut manusia secara kolektif belajar standar-standar atau aturan-aturan perilaku. Hal ini kemudian disebut oleh Durkheim dengan Fakta Sosial.

Fevi saleha PMI5_Tugas1_Demografi

Permasalahan jumlah Penduduk
             Melihat jumlah penduduk saat ini mengakibatkan berbagai masalah. Saya akan menjelaskan tentang merebaknya pertumbuhan penduduk mulai dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Adapun berbagai masalah kepadatan penduduk diantanya mengakibatkan :
1.      Satu miliar penduduk yang hidup kelaparan
2.      Satu miliar penduduk dalam pemukiman yang kumuh yang kotor dan hidup dalam kemiskinan.
3.      Mendekati beberapa miliar penduduk yang buta huruf tidak dapat membaca dan menulis. Dan diantaranya adalah wanita
4.   

ArianneSarah PMI3_ Tugas2_ Struktur Sosial Masyarakat Kota

Struktur Sosial Masyarakat Perkotaan
Oleh: Arianne Sarah
1112054000014
Pengembangan Masyarakat Islam 3

1.      Struktur Sosial dalam Pandangan para Sosiolog:
a.      Emile Durkheim
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai, melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif. ini semua hanya melalui proses yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka. Bagi Durkheim walaupun kita menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita.

Bungawati_PMI 3_Tugas ke 2_ Stuktur Sosial dalam pandangan sosiologi.


SOSIOLOGI PERKOTAAN TUGAS KE-2
I.    Struktur Sosial Dalam Pandangan Sosiologi  Menurut : Emile Durkheim, Talcot Tparson, Niklas Luhmann, Anthony Giddens?
1. EMILE DURKHEIM
 Pertama kali Emile Durkheim memberikan mata kuliah ilmu social di universitas perancis. Durkheim berminat terhadap sosialisme di jadikan bukti bahwa ia menantang pemikiran yang menggapnya seorang konservatif, meski jenis pemikiran sosialismenya sangat berbeda dengan pemikiran Marx menamakan Merxisme sebagai "seperangkat hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman" (lukes, 1972:323). Menurut Durkheim sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan pada pembaruan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tidak tertarik pada metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi dari sosialisme.

ImamRamadhanPMI3_Tugas2_StrukturMasyarakatKota

Struktur Sosial Menurut Emile Durkheim
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Fakta Sosial menurut Durkheim berada eksternal (diluar) dan mengendalikan individu-individu. Meski tidak dapat dilihat, struktur aturan-aturan itu nyata bagi individu yang perilakunya ditentukan oleh fakta sosial tersebut. Ini kemudian membuat Durkheim berpendapat bahwa masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.

Lilis Okviyani_PMI 3_Tugas ke 2_Struktur Sosial_ 1112054000002


                      Sosiologi Perkotaan Tugas ke II
1.      Struktur  sosial dalam pandangan sosiologi:
-Emile Durkheim
Emile durkheim berpandangan bahwa srtuktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai. Secara politik, Durkehim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong lebih konservatif.
Fakta-fakta sosial, Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris. Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982). Durkehim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktrur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Meski tidak dapat  dilihat, struktur aturan-aturan itu nyata bagi individu yang perilakunya ditentukan oleh fakta sosial tersebut. Ini kemudian membuat Durkehim berpendapat bahwa masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.

muhammad firdaos_PMI 3_tugas 2_struktural sosial

 
Nama                          : Muhammad firdaos
NIM                            : 1112054000024
Jurusan/semester       : Pengembangan Masyarakat Islam / III
1.    Struktur Sosial
Mungkin dahulu di sekolah terdapat OSIS bukan? Dalam kepengurusan OSIS, kita dapat menjumpai ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, serta seksi-seksi. Kepengurusan. OSIS itu merupakan salah satu bentuk sederhana adanya struktur sosial di dalam masyarakat.

Indah Kurniawati_PMI 3_Tugas 2_STRUKTUR SOSIAL DALAM PANDANGAN PARA AHLI SOSIOLOGI

NAMA: INDAH KURNIAWATI
NIM: 1112054000028
SOSIOLOGI PERKOTAAN TUGAS KE-2
Struktur dan analisis masalah sosial dalam pandangan sosiologi
perkotaan menurut para ahli sosiologi diantaranya sebagai berikut:
I. Email Durkheim
Menurut Email Durkheim Solidaritas social merupakan istilah yang erat
hubungannya dengan integrasi sosial dan kelompak sosial. Singkatnya
solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antar individu atau
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama yang diperkuat oleh pangalaman emosional bersama.

Mochamad Sefti Fajri_KPI 1/C_Tugas2_Karya Emile Durkheim

Emile Durkheim (1858-1917)

Ringkasan Buku Emile Durkheim :

Le Suicide (1897)

Dalam karyanya ini durkheim mendemonstrasikan pengaruh integrasi sosial terhadap kecendrungan individu untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Durkheim berpegang pada metode variasi yang terjadi pada waktu yang sama dengan membangun rangkaian-rangkaian mulai dari peristiwa yang harus terseleksi.
Ø  Metode Statistik dan Komprehenship
Maka dengan membangun hubungan antara angka bunuh diri dalam dua kategori, kita bisa memunculkan jarak dengan mengalkulkulasi "koefesien perlindungan" atau keparahan".

muhammadabdulmuhaieminas'ad_pmi3_tugasDemografi


muhammad abdul muhaimin as'ad
PMI 3
nim: 1112054000033

Struktur social dalam pandangan
Emile Durkheim:
Kekuatan Durkheim dalam analisisnya terletak pada analisis parameter, yang mengikat perilaku masyarakat dalam fakta sosial. Durkheim menegaskan posisi bahwa fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu dan memaksa individu, seperti yang dicontohkannya dalam kode-kode hukum. Menurutnya, pergeseran kontrol eksternal dapat dimengerti dalam hubungannya dengan pengalaman kita secara individual. Banyak dari kita cukup lama menerima pelbagai harapan normatif sebagai sesuatu yang benar dan pantas serta menyesuaikan diri dengannya, karena di dalamnya juga terdapat pola-pola kepribadian dasar yang sudah kita kembangkan (bukan sebagai respons terhadap paksaan dari luar).

Lianti Meida KPI 1/C_Tugas 2_Ringkasan buku Durkheim

Dalam buku yang telah di tulis Durkheim yang berjudul "The Rules of Sociological Method"  dia mengklaim bahwa masyarakat yang sehat bisa diketahui karena sosiolog akan menemukan kondisi yang sama dalam masyarakat lain yang sedang berada pada level yang sama. Jika masyarakat tidak berada dalam kondisi yang biasanya mesti dimilikinya, maka bisa jadi masyarakat itu sedang mengalami patologi.

Santika Oktaviani Fajrin KPI 1A_Tugas 2_Emile Durkheim 1

Emile Durkheim

        Emile Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858, di Epinal, Prancis. Ia adalah keturunan para rabi dan ia sendiri belajar kepada seorang rabi, namun ketika ia berumur belasan tahun, ia menyangkal silsilah keturunannya. Sejak saat itu, minatnya terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Hasrat Durkheim terhadap ilmu pengetahuan semakin besar ketika dia melakukan perjalanan ke Jerman, dimana dia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt.

       

NurratikaPuri_KPI 1A _ Emil Durkheim

Emile Durkheim (1855-1917)
Emile Durkheim adalah putra seorang Rabbi Yahudi, memasuki Ecole Normale Superieuredi Paris apda tahun 1879, dan setelah belajar tiga tahun, dia mulai mengajar Filsafat. Salah satu karya yang membangkitkan minatnya terhadap sosiologi adalah buku karangan Schaffle yang berjudul Structure and Life of the social Body.tahun 1885 dan 1886 dia sekolah di Jerman .

nurlaila PMI3_Tugas2_struktur sosial perkotaan



1.      Struktur sosial dalam pandangan sosiologi
-Emile Durkheim
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Fakta Sosial menurut Durkheim berada eksternal (diluar) dan mengendalikan individu-individu.

idha chusaini PMI3_Tugas2_Struktur Sosial perkotaan

Nama               : Idha Chusaini
NIM                : 1112054000007
Jurusan            : PMI3
Matkul             : Sosiologi Perkotaan
 
1.      Struktur sosial dalam pandangan sosiologi
-Emile Durkheim
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.
Bagi Durkheim walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita.
Durkheim mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat yang disebut Solidaritas Sosial, dimantapkan oleh sosialisasi, yang melalui proses tersebut manusia secara kolektif belajar standar-standar atau aturan-aturan perilaku. Hal ini kemudian disebut oleh Durkheim dengan Fakta Sosial.
Fakta Sosial menurut Durkheim berada eksternal (diluar) dan mengendalikan individu-individu. Meski tidak dapat dilihat, struktur aturan-aturan itu nyata bagi individu yang perilakunya ditentukan oleh fakta sosial tersebut. Ini kemudian membuat Durkheim berpendapat bahwa masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.
Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam :
a.       Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata (external world), contohnya arsitektur dan norma hukum.
b.      Dalam bentuk non material, yaitu merupakan fenomena yang bersifat inter subjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia, contohnya egoisme, altruisme dan opini.
Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe yakni struktur sosial dan pranata sosial. Sifat dan hubungan dari fakta sosial inilah yang menjadi sasaran penelitian sosiologi menurut paradigma fakta sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai keluarga, pemerintah, dsb
 
- Talcot tparson
Talcott Parson Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.
Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.
Bahasan tentang struktural fungsional Parsons  akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsadalah kumpulan kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu :
1.   Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu situasi eksternal yang gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.   Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3.   Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
4.   Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Keempat fungsi tersebut dikenal dengan sebutan AGIL yaitu Adaptasi (A[adaptation]), pencapaian tujuan (G[goal attainment]), integrasi (I[integration]), dan latensi atau pemeliharaan pola (L[latency]).
Teori sistem sosial Talcott Parsons adalah suatu teori yang menyatakan bahwa tatanan sosial bukanlah sebuah tatanan yang koersif dan juga bukan produk transaksi para aktor strategis yang egosentris tapi merupakan hasil konsensus nilai-nilai yang melibatkan tiga komponen sekaligus yakni masyarakat, kebudayaan dan kepribadian (Hardiman, 2008).
Menurut Parsons kebudayaan adalah norma dominan yang menjadi struktur utama tindakan-tindakan sosial. Struktur memungkinkan bertahannya bangunan sosial dengan fungsi-fungsi yang terdiferensiasi di dalamnya (Hardiman, 2008). Sistem sosial Parsons mengandaikan sistem sosial akan ambruk apabila fungsi-fungsi yang terdiferensiasi dalam struktur sosial terganggu. Artinya apabila sistem sosial ingin terus bertahan, maka fungsi-fungsi tersebut harus tetap.
Teori Sistem Parsons tidak bisa menjawab masalah konflik dan perubahan sosial. Apabila mengikuti alur pemikiran Parsons, sistem sosial akan hancur apabila terjadi konflik atau perubahan di dalam masyarakat. Kehancuran ini diakibatkan terganggunya fungsi-fungsi yang ada di dalam struktur sosial. Padahal pada kenyataannya meskipun terjadi konflik sistem sosial tetap hadir.     
- Niklas luhmann
Teori Sistem merupakan sebuah teori yang mencoba menjelaskan tentang keteraturan. Kata sistem sendiri berasal dari Bahasa Yunanito systeme yang berarti susunan. Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan dalam arti kesatuan yang lebih daripada sekedar jumlah bagian-bagiannya, suatu jumlah unsur-unsur dan juga hubungan-hubungan di antara mereka satu sama lain (Kneer dalam Hardiman, 2008).
Teori sistem yang digagas Luhmann merupakan suatu teori yang mencoba menjelaskan tentang susunan atau keteraturan sosial. Teori Sistem Luhmann merupakan sutu teori yang didasarkan dan atau sebagai revisi/tambahan dari teori sistem Talcott Parsons. Teori Sistem Luhmann mencoba menjelaskan bahwa sistem sosial akan tetap hadir meskipun terjadi perubahan di dalamnya. Luhmann menyatakan bahwa sistem sosial bersifat autopoiesis yang berarti bahwa sistem tersebut dapat mencukupi dirinya sendiri. Artinya, ketika terjadi konflik dan atau perubahan dalam sistem sosial yang menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi, sistem sosial akan menciptakan dan atau menggantikan fungsi-fungsi tersebut dengan sendirinya. Oleh sebab itulah maka sistem sosial tidak akan menjadi ambruk. Karena apabila ada suatu fungsi yang terganggu maka akan segera digantikan dengan fungsi yang baru dengan sendirinya dari dalam sistem itu sendiri.
Luhmann membangun suatu teori sistem yang berbeda dari Parsons meskipun teorinya didasarkan pada pemikiran Talcott Parsons.
- Anthony giddens
Salah satu teori yang mengintegrasikan agen-struktur adalah teori strukturasi yang berusaha mencari "jalan tengah"mengenai dualisme yang menggejala dalam ilmu-ilmu sosial. Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam memandang realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada dominasi struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme struktural, yang cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu menekankan pada individu (seperti, interaksionisme simbolik, yang cenderung ke subyektivisme).
Giddens berpandangan dualisme yang terjadi antara agen-struktur terjadi karna struktural-fungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan naturalistik. Pandangan naturalistik mereduksi aktor dalam stuktur, kemudian sejarah dipandang secara mekanis, dan bukan suatu produk kontingensi dari aktivitas agen. sedangkan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya disebut sebagai berakhir pada imperialisme subjek. Oleh karenanya ia ingin mengakiri klaim-klaim keduanya dengan cara mempertemukan kedua aliran tersebut.
Teori strukturasi mengawinkan dua pendekatan yang berseberangan itu dengan melihat hubungan dualitas antara agen dan struktur dan sentralitas ruang dan waktu. Dimulai dualitas (hubungan timbal-balik) yang terjadi antara agen dan struktur di dalam "praktik sosial (social practicesI) yang berulang dan terpola dalam ruang dan waktu"2, praktik social social yang berulang-ulang (repetisi) dari agen-agen individu yang mereproduksi struktur tersebut. Misalnya kebiasaan menyebut pengajar di perguruan tinggi dengan sebutan dosen.
Pelaku (agen) dalam strukturasi adalah "orang-orang yang konkret dalam arus kontinu tindakan dan peristiwa di dunia"3sedangkan struktur didefinisikan "aturan (rules) dan sumber daya (source) yang terbentuk dari dan membentuk perulanan praktik sosial."4 Sehingga alur dualitas agen-struktur tersebut terletak pada "struktur sosial merupakan hasil (Outcome) dan sekaligus5. Dualitas itu terdapat dalam fakta struktur bagai panduan dalam menjalankan praktik-praktik sosial di berbagai tempat dan waktu sebagai hasil tindakan kita. Sifat struktur adalah mengatasi waktu dan ruang (timeless and spaceless) serta maya (virtual)6, sehingga bisa diterapkan pada berbagai situasi dan kondisi.
Kedua, giddens melihat sentralitas waktu dan ruang, sebagai poros yang menggerakkan teori strukturasi dimana sentralitas waktu dan ruang menjadi kritik atas statik melawan dinamik maupun stabilitas melawan perubahan, waktu dan ruang merupakan unsur konstitutif tindakan dan pengorganisasian masyarakat. Hubungan waktu dan ruang bersifat kodrati dan menyangkut makna serta hakikat tindakan itu sendiri.
 
 
 
2.      Struktural masyarakat perkotaan
a.  Segi Demografi
Ekspresi demografi dapat ditemui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Jenis kelamin dalam hal ini mempunyai arti penting, karena semua kehidupan sosial dipengaruhi oleh proporsi atau perbandingan jenis kelamin. Suatu kenyataan ialah bahwa pada umumnya kota lebih banyak dihuni oleh wanita daripada pria.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dalam umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah pensiun lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Suasana ini terdapat di daerah-daerah pedesaan atau sub urban
b.   Segi Ekonomi
Struktur kota dari segi ini dapat dilihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota adalah di bidang non agraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari segi jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti fungsi dari suatu kota.
c.   Segi Segregasi
Segregasi dapat dianalogkan dengan pemisahan yang dapat menimbulkan berbagai kelompok (clusters), sehingga kita sering mendengar adanya: kompleks perumahan pegawai bank, kompleks perumahan tentara, kompleks pertokoan, kompleks pecinan dan seterusnya. Segregasi ini ditimbulkan karena perbedaan suku, perbedaan pekerjaan, perbedaan strata sosial, perbedaan tingkat pendidikan dan masih beberapa sebab-sebab lainnya, Segregasi menurut mata pencaharian dapat dilihat pada adanya kompleks perumahan pegawai, buruh, industriawan, pedagang dan seterusnya, sedangkan menurut perbedaan strata sosial dapat dilihat adanya kompleks golongan berada. Segregasi ini tidak akan menimbulkan masalah apabila ada saling pengertian, toleransi antara fihak-fihak yang bersangkutan.
Segregasi ini dapat disengaja dan dapat pula tidak di sengaja. Disengaja dalam hubungannya dengan perencanaan kota misalnya kompleks bank, pasar dan sebagainya. Segregasi yang tidak disengaja terjadi tanpa perencanaan, tetapi akibat dari masuknya arus penduduk dari luar yang memanfaatkan ruang kota, baik dengan ijin maupun yang tidak dengan ijin dari pemerintahan kota. Dalam hal seperti ini dapat terjadi slums. Biasanya slums ini merupakan daerah yang tidak teratur dan bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi persyaratan bangunan dan kesehatan.
Adanya segregasi juga dapat disebabkan sewa atau harga tanah yang tidak sama. Daerah-daerah dengan harga tanah yang tinggi akan didiami oleh warga kota yang mampu sedangkan daerah dengan tanah yang murah akan didiami oleh swarga kota yang berpenghasilan sedang atau kecil. Apabila ada kompleks yang terdiri dari orang-orang yang sesuku bangsa yang mempunyai kesamaan kultur dan status ekonomi, maka kompleks ini atau clusters semacam ini disebut dengan istilah "natural areas".
 
3.      Masalah perkotaan dalam perspektif analisis struktural
Kemiskinan Struktural Karena Tertutupnya Kesempatan
Membahas masalah kemiskinan tidak lengkap rasanya jika tidak mendefinisikan dan menganalisa sebenarnya apa yang menjadi standar seseorang dikatakan miskin itu? Untuk membahas pertanyaan dasar tersebut ada baiknya, jika kita meminjam berbagai pendapat beberapa tokoh dalam menganalisa masalah kemiskinan secara struktural ini. Kata-kata kemiskinan memang sudah tidak asing lagi didengar, namun jawaban tentang apa itu makna kemiskinan masih bermacam-macam dan simpang siur.
Meminjam istilah Ghose dan Keffin dalam Andre Bayo (1996), mengatakan bahwa kemiskinan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer, dan lain-lain. Memang sepakat dengan analisa Ghose dan Keffin bahwa dalam mengidentifikasikan kemiskinan itu tidak hanya ditekankan pada aspek ekonomi saja, terbukti dalam memberikan standar orang dikatakan miskin mereka menggunakan aspek-apek lain seperti kesehatan, pemenuhan gizi, dan pendidikan. Aspek-aspek non-material tersebut bukan dari si miskin yang kurang respek untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) namun karena kurangnya kesempatan seperti yang dikatakan oleh Ghose dan Keffin.
Lebih lanjut untuk lebih memperjelas dan memberikan kemantapan dalam menganalisa kemiskinan struktural Friedmann dalam Andre Bayo (1996), kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakadilan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi (tidak terbatas pada): modal yang produktif atau asset misalnya tanah, perumahan, peralatan, kesehatan; sumber-sumber keuangan; organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama; network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, dan lain-lain. Kesempatan-kesempatan tersebut seolah tertutupi dengan adanya gap antara si miskin dan si kaya, dari orang kaya dapat dengan mudah mendapatkan semuanya itu. Kemiskinan structural ini dimana sumber daya ekonomi, politik, teknologi dan informasi hanya dikuasai oleh sebagian kecil orang saja. Namun bagaiman dengan si miskin mereka semakin terpinggirkan akibat pola sistem ekonomi yang berlaku dalam negara Indonesia.
Kapitalisme dengan Program-Program yang Menjerat
Persatuan Bangsa-Bangsa membuat suatu program yang pada awalnya sangat menarik untuk diterapkan oleh sistem ekonomi negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia. Program tersebut adalah Tujuan-tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goals) sejak tahun 2000. Kesepakatan bersama ini merupakan perwujudan tekad bersama bangsa-bangsa di dunia untuk memahami kemiskinan dan menemukan solusi yang terbaik untuk diterapkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasinya. Namun dalam perjalanan MDGs problem kemiskinan di Indonesia jauh dari kata terentaskan (Azra, 2007). Dalam beberapa aspek justru dengan adanya proyek MDGs yang akan selesai pada tahun 2015 ini malahan timbul masalah-masalah baru. Termasuk didalamnya banyak program-program yang telah dilaksanakan namun banyak yang tidak tepat sasaran dan justru dengan adanya program ini si miskin malah semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.
Dalam pengamatan penulis program-program dari PBB atau lembaga lain yang berada diluar Indonesia (dalam artian dari Barat) tentu mempunyai maksud dan tujuan terhadap negara-negara yang mendapatkan bantuan. Seperti kata pepetah yang sering digunakan dalam ilmu politik, tidak ada makan siang yang gratis. MDGs adalah buatan PBB, sedangkan lembaga tersebut sangat kental nuansanya dengan Amerika. Walaupun mengaku sebagai lembaga yang netral namun pengusaannya saja sudah terlihat berada di Amerika Serikat yang menganut sistem Kapitalisme yang sangat kuat.
Apalagi dalam hal pendanaan sistem Kapitalisme disuport oleh lembaga keuangan internasional seperti World Bank dan IMF mempunyai implikasi pada negara Dunia Ketiga dan negara berkembang yang telah diberikan bantuan berupa pinjaman, termasuk Indonesia. Sesuai dengan pendapat John Galtung (1971) kalau kita membaca langkah perusahaan transnasional dan lembaga keuangan internasional di negara-negara dunia ketiga, maka penjajahan bentuk baru ini begitu advanced andsophisticated. Hampir tidak ada peluru yang ditembakkan. Bentuk pinjaman yang diberikan ini akan brpengaruh juga terhadap si miskin, sudah hidupnya miskin, tidak tahu apa-apa tentang kebijakan-kebijakkan ekonomi negara, dan mereka harus ikut aktif menanggung beban hutang negara juga. Lebih lanjut menurut Maarif dalam bukuIslam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan mengatakan bahwa dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia penduduknya sekitar 200 juta dan Malaysia mungkin hanya 75 juta. Dari pengalamannya membaca, alasan kenapa Malaysia dan Timur Tengah lepas dari krisis karena mereka tidak mau menyembah kepada IMF.
Sistem Kapitalisme melalui program-program pembangunannya sangat tidak cocok untuk menanggulangi masalah pengentasan kemiskinan, justru segala program yang diterapkan akan membuat ketimpangan semakin besar antara si kaya dan si miskin. Pola yang dihasilkan oleh sistem Kapitalisme ini justru akan membuat negara dengan rakyatnya semakin mengalami ketergantungan dengan hutang, hutang, dan hutang. Di dalam mekanisme hutang ada juga bunga yang tidak sedikit juga jumlahnya dan akan terakumulasi setiap tahunnya.
Dalam menjelaskan kemiskinan struktural, penulis meminjam teori dependensia dari analisa Paul Baran, ia membagi Kapitalisme menjadi dua yaitu pusat dan pinggiran. Kapitalisme yang berkembang seperti di Indonesia bukan seperti yang berkembang di dunia Barat, tetapi Kapitalisme model pinggiran. Jenis kapitalisme ini salah satu varian dari sistem ekonomi yang kapitalistis, di mana modal, keahlian, pengetahuan, dan buruh sangat memegang penting peranan dalam mengeksplorasi sumber-sumber daya alam untuk menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh pasaran dengan tujuan pokok untuk mengeruk keuntungan dan mendapatkan modal (Bulkin, 1984).
Istilah pinggiran disini menurut Bulkin menunjukkan suatu keadaan dimana keuntungan dan modal ditarik dari sistem ini tidak dikumpulkan dan dipusatkan di dalam sistem ini, melainkan di luar. Secara structural sistem Kapitalisme Pinggiran ini selalu akan menciptakan ekonomi yang berat sebelah dan terpusat keluar, dimana kegiatan utamanya adalah pada bidang ekstraktif dan ekspor. Sehingga tidak akan mendorong terciptanya industrialisasi, tertutup juga kemungkinan si miskin untuk memperoleh pekerjaan. Sesuai dengan teori dependensia Paul Baran bahwa yang terjadi di negara-negara kapitalis pinggiran adalah muncul kekuatan ekonomi asing, sehingga surplus diambil oleh kekuatan tersebut.
Konteks di Indonesia dalam pengamatan penulis sangat cocok dengan kriteria diatas, negara kita cepat berbangga diri dengan kegiatan ekspor kebanyakan bahan mentah untuk diolah di luar negeri, dan sebenarnya kegiatan ini sangat merugikan si miskin terutama dalam memperoleh kesempatan untuk bekerja. Indonesia saat ini masih dikuasai oleh sistem ini, dan sampai sekarang sistem ini masih terpelihara sangat baik salah satu hal warisan kolonialisme Barat.
Hal yang tidak kalah menarik dari usaha pemiskinan oleh sistem Kapitalisme ini ada pada aspek mekanisme pasar yang dijalankan oleh Kapitalisme. Dalam mekanisme ini terdapat istilah "supply" dan "demands" dengan kedua pijakan dasar tersebut, pasar dipercaya sebagai sebuah tempat untuk mengalokasikan barang-barang dan menjamu konsumen dengan service yang baik. Hal yang menjadi pemaksaan dari pasar sebagai sebuah mekanisme yang dipakai membuat relasi sosial dan kebutuhan dasar publik dijadikan sebagai komoditas untuk diperjualbelikan. Termasuk didalmnya pendidikan dan kesehatan tidak dipahami sebagai hak dasar masyarakat, tetapi dijadikan komoditas. Pasar percaya bahwa dalam menyediakan barang-barang publik sebagai sebuah kebijakan sosial, baik oleh pemerintah maupun pasar sendiri, dinilai tidak menimbulkan efisiensi (Sulhin, 2009:31).
Ironisnya yang terjadi di Indonesia saat ini adalah sama seperti yang dipaparkan di atas. Semua barang-barang publik adalah komoditas, bagi si kaya hal ini tidak akan menjadi suatu masalah yang serius, mereka punya uang, dapat membeli pelayanan dasar tersebut dan mendapatkan pelayanan yang baik. Namun bagi si miskin, kondisi monopoli semacam ini justru akan semakin mencekik kehidupan mereka. Bayangkan saja sudah miskin, hidup di negara yang ekonominya serba campuran ini, dan mereka harus membeli dulu hak-hak dasar mereka yang seharusnya diberikan cuma-cuma oleh negara. Apalagi dua sektor utama pendidikan dan kesehatan yang menjadi komoditas. Mau pandai darimana, mau sehat dan gizi tercukupi seperti yang digembar-gemborkan pemerintah, kalau hak-hak dasar mereka saja dijual belikan. Oscar Lewis dalam Suparlan (1995) menambahkan kondisi seperti ini akan menimbulkan kebudayaan kemiskinan, dan justru membuat kemiskinan itu semakin bertambah juga seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Strategi Dalam Memerangi Kemiskinan Struktural
Pembangunan tidak akan berhasil untuk mengatasi kemiskinan tanpa disertai peningkatan kesempatan kerja, pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan produktivitas rakyat miskin. Banyak juga yang berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) akan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Memang kalau Indonesia dapat melakukan sesuai dengan apa yang dijanjikan dalam sistem itu, maka kemiskinan dapat dikurangi secara massal. Dibutuhkan tindakan pemerintah untuk mengubah pola-pola pemilikan tanah, mengurangi investasi padat modal, mengarahkan kekuatan-kakuatan pasa, mempengaruhi perubahan nilai-nilai, dan mengatur perdagangan luar negeri (Bayo, 1996:37). Tidak mudah memang dalam merubah suatu sistem yang bergulir dalam suatu negara, namun tidak ada salahnya untuk diuji cobakan. Karena sistem yang berada di Indonesia ini belum sepenuhnya jelas, mumpung belum jelas maka ada kesempatan untuk merubah sedikit demi sedikit.
Strategi dalam pengentasan kemiskinan memang sangat dibutuhkan peran dari negara tidak lain dalam rangka advokasi sosial untuk menciptakan tatanan yang berkeadilan dan berkemakmuran. Peran negara yang dituntut dalam proses pengentasan kemiskinan adalah meredistribusi kekayaan dan pendapatan, memastikan agar dalam proses distribusi tidak satu pun dari faktor-faktor produksi ditekan pembagiannya dan mengeksploitasi faktor lainnya (Baidhowy, 2007:7).
Penulis sepakat dengan pendapat tersebut karena memang dari pekerja, pemilik modal, dan pemilik tanah harus berbagi bersama dalam hasil-hasil produksinya. Negara sebagai kekuasaan tertinggi harus bisa memberikan kontribusi dalam mendistribusikan hasil produksi kepada mereka yang miskin secara sosial dan ekonomi. Penulis merekomendasikan untuk memakai mekanisme koperasi dalam mengentaskan kemiskinan. Tentu dalam menerapkan koperasi sebagai soko guru ekonomi harus diimbangi dengan peran negara sebagai pihak yang seharusnya berani memaksa untuk kebaikan, karena sistem yang sekarang berjalan justru semakin memperlemah sector koperasi, menjadikan koperasi tidak menarik lagi. Padahal jika ditelusuri lebih dalam dan diamalkan sesuai dengan kaidah yang ada dalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi sangat pas jika permasalahan negara adalah pada mekanisme distribusi hasil produksi. Dengan koperasi semua masyarakat sama, tidak ada paksaan dalam memberikan modal bersama dan cita-cita koperasi di Indonesia menurut Mohammad Hatta yakni menciptakan masyarakat yang kolektif, berakar pada adat istiadat, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Disini negara lebih ditekankan untuk memperbaiki sistem yang saat ini berlaku di Indonesia.
 
 

Daftar Pustaka
K. Dwi Susilo, Rachmad, 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern, Biologi Para Peletak Sosiologi Modern, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Herry. B-Priyono. 2003. ANTHONY GIDDENS SUATU PENGANTAR. Yogyakarta.
Ala, Andre Bayo, Drs. (editor). 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty Offset.
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Lubis, T. Mulya. 1986. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural. Jakarta: LP3ES.
Muwahidah, Siti Sarah dan Zakiyudin Baidhowy (editor). 2007. Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan: Kebijakan Pemerintah, Kiprah Kelompok Islam, dan Potret Gerakan Inisiatif di Tingkat Lokal. Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity.
Sulhin, Iqrak. 2009. Capitalism and The Future of Indonesia's Anti-Poverty Policy. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Suparlan, Parsudi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  1. Swasono, Sri Edi (editor). 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: UI-Press

Cari Blog Ini