Laporan 1, Agama dalam Kehidupan Sosial pada Partai Amanat Nasional (PAN)
Nama : Syifa Maulidina
NIM : 1112051000150
NIM : 1112051000150
I. Latar Belakang
Kinerja partai politik, alih-alih memperjuangkan kepentingan rakyat, partai-partai politik, ternyata asyik dengan kepentingannya sendiri. Harapan dan aspirasi rakyat dibiarkan begitu saja: kemiskinan, ketidakadilan, kenaikan harga, konflik vertikal maupun horizontal, ketidakamanan dan rasa takut ancaman kejahatan, dan lain-lain. Semuanya itu tampak tidak dihiraukan oleh partai-partai politik. Padahal ketika mereka berkampanye selalu berjanji akan memperjuangkan kepentingan rakyat. Akan tetapi hal itu hanya tinggal janji saja tanpa bukti nyata. Maka tidak heran apabila rakyat kemudian pesimis dan kecewa terhadap partai-partai politik. Saat ini ada kesadaran di kalangan rakyat bahwa mereka hanya selalu dijadikan "obyek" pengatasnamaan rakyat. Padahal semuanya "pepesan kosong", yang ada adalah kepentingan golongan atau partai, dari kekuasaan, jabatan sampai pada uang.
Namun ada satu yang cukup menarik perhatian yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) , karena visi PAN berhimpitan dengan butir-butir nilai Undang-Undang Dasar dan pancasila/ landasan dasar perjuangan kebangsaan. Dan dilihat dari sebuah tokoh yang memberi pengaruh sebagai lokomotif reformasi yaitu Prof. Dr. Amien Rais yang juga sebagai pendiri partai PAN.
Berdasarkan hal tersebut, ternyata partai-partai politik yang tumbuh dalam era reformasi ini belum melaksanakan fungsinya dengan baik. Dari fungsi pendidikan politik, komunikasi politik hingga penyelesai konflik belum ada yang dilaksanakan. Partai-partai politik asik dengan dirinya sendiri.
II. Pertanyaan Pokok
1) Apakah nilai agama juga menjadi acuan terhadap partai politik ini?
Pada pertanyaan ini diajukan guna mendapat infromasi yang terkait dengan poin-poin agama dalam partai politik yang mengaku sebagai sebuah partai yang berlandaskan iman dan ketaqwaan.
2) Lalu adakah hubungan yang realistis antara nasionalisme dan agama dalam partai politik ini?
Pada pertanyaan ini diajukan guna mendapat informasi dan mengetahui kondisi nyata dalam kehidupan sosial di partai politik tersebut.
III. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, karena melalui metode ini kita bisa mengupas secara mendalam informasi yang ingin diketahui. Dalam hal ini mengupas mengenai hubungan agama dalam kehidupan sosial di partai politik.
Waktu : 07 November 2012 , jam 14:00-16:30
Tempat : Jln. Tb. Simatupang, Jakarta selatan. Kantor Cabang Partai
Amanat Nasional (PAN)
IV. Gambaran Subyek
Anton Syafriuni.S.Sos. beliau merupakan wakil sekretaris jendral dari DPP PAN pusat, dan ketua BPP (Badan Pemenangan Pemilu). Dalam kapsitasnya beliau juga merupakan tokoh dalam partai yang juga berpengalaman dalam seluk beluk partai itu sendiri , tak hanya sebagai pengurus partai tapi beliau juga merupakan tokoh yang cukup aktif baik dalam pendidikan seperti menjadi dosen dan pengamat politik, dengan kata lain beliau juga banyak faham akan bagaimana partai PAN di mata beliau.
V. Analisis
PAN yang sudah berdiri sejak tahun 1998, dan berumur 14 tahun ini berlandaskan iman dan ketaqwaan. PAN yang dipelopori oleh Prof.Dr. Amien Rais ini datang untuk memberi pencerahan, baik terhadap agama, ekonomi, kemasyarakatan, dan masih banyak lainnya.
Sedikit banyak ternyata partai politik memberi kontribusi positif untuk kebebasan dalam berpendapat, untuk meggapai reformasi yang lebih baik. Namun dibalik itu semua pada saat ini nasionalisme sedang diuji, karena banyaknya konflik yang terjadi di dalam partai politik. Konflik tersebut timbul karena adanya perbedaan cara pandang dari setiap anggota.
Dibalik itu juga, sebuah partai politik pasti mempunyai rencana-rencana yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat. Lalu timbul berbagai respon dari masyarakat, baik respon positif maupun negatif. Akan tetapi hal itu hanya tinggal janji saja tanpa bukti nyata. Maka tidak heran apabila rakyat kemudian pesimis dan kecewa terhadap partai-partai politik. Saat ini ada kesadaran di kalangan rakyat bahwa mereka hanya selalu dijadikan "obyek" pengatasnamaan rakyat. Padahal semuanya "pepesan kosong", yang ada adalah kepentingan golongan atau partai, dari kekuasaan, jabatan sampai pada uang.
Maka dari itu, kaum muda-mudi diharapkan terus menyuarakan semangat nasionalisme di tengah pemikiran masyarakat yang sudah acuh-tak acuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar