Senin, 28 Desember 2015

Tugas UAS Novia KPI 1B, Millatun Hanifah KPI 1A, Salsabila Jurnalistik 1A

UJIAN AKHIR SEMESTER SOSIOLOGI

PARA PENGUSAHA KECIL YANG TANGGUH

"PECEL LELE 75 PAK ALI, LESEHAN ANUGRAH MAHARAJA, PECEL LELE LELA"

 

Dosen :

Dr. Tantan Hermansyah

Oleh :

Millatun Hanifah (11150510000030) – KPI 1 A
Novia Hasan Fratiwi (11150510000074)
– KP1 1 B
Salsa
bila Azhar (11150510000042 ) – Jurnalistik 1 A

 

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Mengapa Gejala Sosial Ini Penting Di tulis ?

            Dalam hidup, perjuangan atau pengorbanan seseorang sangatlah di perlukan dalam kehidupan di dunia ini ,sehingga bisa dikatakan dalam kehidupan seseorang haruslah berjuang atau berusaha untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang ingin di capai. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar atau sering kita ucapakan tentang perjuangan dalam kehidupan manusia, tetapi sangat sulit sekali untuk di laksanakan namun pada dasarnya tidak ada hal yang sulit untuk kita kerjakan bila seseorang telah mencapai kesadaran yang nyata akan pentingnya perjuangan dalam kehidupan seorang manusia untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang ingin di raih.

            Mengapa gejala sosial ini penting untuk diteliti? Karena dalam hidup ini harus ada sebuah usaha dari kita untuk bisa maju. Ketika seseorang sudah tidak memiliki semangat untuk maju maka bisa dipastikan orang itu akan menjadi pecundang seumur hidupnya. Orang tersebut hanya bisa menyalahkan keadaan, diri sendiri dan orang lain. Untuk itu siapa pun kita, jika kita ingin sukses maka haruslah ada sebuah perjuangan dalam hidup ini, kita harus berjuang dengan semaksimal mungkin untuk mencapai keberhasilan yang ingin kita raih, sering juga kita mendengar kata-kata seperti berjuanglah sampai titik penghabisan, maksud dari kata-kata seperti itu kita harus berjuang atau berikhtiar semaksimal mungkin dalam hidup ini, sehingga kita dapat memetik buah keberhasilan yang kita tanam pada masa kita berjuang.

            Dalam kehidupan didunia seseorang pasti mempunyai cita-cita atau impian yang harus di capai, baik itu kesuksesan secara materi maupun imateri.Tetapi untuk mencapai kesuksesan semacam itu tidaklah mudah, untuk mencapainya di perlukan perjuangan dan kerja keras yang maksimal sesuai dengan kapasitas orang yang ingin mencapai cita-cita tersebut.

            Dalam menjalani sebuah proses kehidupan hingga mencapai sebuah kesuksesan terdapat pahit-getir nya melawan hambatan dan tantangan kehidupan yang selalu pasti akan hadir di cerita kehidupan ini. Untuk itu cintailah proses hidup ini, dengan kita mencintai proses hidup akan terasa lebih indah dan menantang. Jika kita menemukan masalah-masalah hidup, segeralah cari solusinya jadikan itu sebuah tantangan hidup. Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja.

 

B. Landasan Teori Sosiologi

            Kami menggunakan teori tentang proses sosial dimana proses sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan  individu, antara individu dengan kelompok, berdasarkan potensi atau kekuatan masing-masing. Proses sosialdapat terjad dalam berbagai bentuk, yaitu kerjasama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi.

            Dalam setiap sebuah perkembangan terdapat hal-hal yang menjadi dasar hal tersebut, Weber mengungkapkan bahwa kerja keras yang gigih merupakan jalan untuk mendapatkan kesuksesan. Dengan pantang menyerah dan juga usaha keras yang tanpa pamrih dan juga terus berkelanjutan. Dengan keinginan yang mantap dan juga usaha-usaha yang tidak surut di tengah jalan tentunya menjadi landasan bagi para pengusaha baik yang baru memulai, sedang merintis atau bahkan yang sudah maju.

Max Weber juga menjelaskan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu tindakan sosial maka harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one's self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).           

Para pengusaha disini juga membedakan wewenang antara pemilik dan karyawan di toko mereka, Weber membedakan antara kekuasaan dan dominasi. Menurut weber kekuasaan perlu dibedakan dengan dominasi (herrscharft). Pada dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib mentaati kehendak penguasa. Suatu dominasi memerlukan keabsahan (legitimacy), yaitu pengakuan atau pembenaran masyarakat terhadap dominasi tersebut, agar penguasa dapat melaksanakan kekuasaanya secara sah.

C. Metode Penelitian

 Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian  sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya. Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif.

            Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainya. Wawancara merupakan Sehingga yang menjadi tujuan penelitian kualitatif  ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empiric dengan teori yang berlaku dengan metode deskriptif.

            Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif berbasis studi kasus, yaitu penelitian yang di maksud untuk memahami tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah[1]. Penyajian data dari penelitian ini menggunakan format deskriptif yaitu dengan tujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu[2].

            Dalam penelitian kali ini kami meneliti para pengusaha pecel lele mulai dari pengusaha yang baru merintis usahanya, pengusaha yang sudah mempunyai cabang dan pengusaha yang sudah sangat besar dan maju. Kami mewawancarai sedikitnya 9 narasumber dari 3 tempat pecel lele yang ada di kawasan Depok, Jawa Barat. Kami melakukan penelitian pada tanggal 18-27 Desember 2015, pada tanggal tersebut kami bertemu dengan narasumber sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat.

BAB II

GAMBARAN LOKASI

1. Pecel Lele 75 Pak Ali (Pengusaha Kecil)



            Pengusaha Pecel Lele pertama yang kami datangi adalah "Pecel Lele Pak Ali Munir" yang berlokasi di Jalan Raya Sawangan, Depok (depan pesantren Alhamidiyah). Warung ini sangat strategis karena akses untuk menuju ketempat ini terletak dipinggir jalan. Warung ini buka pada pukul 16.00-01.00 WIB. Warung Pecel Lele milik Pak Ali ini belum lama baru dibuka, tetapi para konsumennya sudah banyak dan juga warung Pak Ali ini sudah dilengkapi dengan tenda yang tahan air untuk kenyamanan para pembelinya. Rata-rata yang berkunjung adalah para santri Alhamidiyah karena jaraknya yang sangat dekat.

2. Pecel Lele "Pak Samikun" (Pengusaha Menengah)



            Pengusaha Pecel Lele kedua yang kami datangi adalah "Pecel Lele Lesehan Pak Samikun", Pecel Lele Pak Samikun ini termasuk kedalam pengusaha kelas menengah karena pecel lele beliau sudah mempunyai kurang lebih tiga cabang. Pusat dari Pecel Lele Pak Samikun ini belokasi di Jalan Maharaja, Pancoran Mas Depok. sedangkan cabang dari Pecel Lele Pak Samikun yang kedua dan ketiga berlokasi di sekitar komplek kawasan Maharaja, Depok. Dan di sekitar Telkom BSD, Serpong.

            Kami melakukan penelitian tepat di pusat Pecel Lele Pak Samikun dan bertemu langsung dengan pemiliknya yaitu Pak Samikun. Pecel Lele Pak Samikun buka setiap hari pada pukul 17.00 WIB dan tutup tidak menentu. Pecel Lele Pak Samikun berdiri sejak 2009, saat ini karyawan yang bekerja di Pecel Lele Pak Samikun disetiap cabangnya berjumlah 3 orang, jadi total keseluruhan karyawan yang dimiliki oleh pak samikun berjumlah 9 orang. Kebanyakan dari pengunjung yang makan di tempat Pecel Lele Pak Samikun didominasi oleh keluarga dan para remaja. Di tempat Pecel Lele Pak Samikun tidak hanya menyediakan lele sebagai hidangannya, tetapi juga terdapat berbagai macam ayam dan berbagai jenis ikan lainnya, selain itu harganya yang murah dan rasanya yang enak menyebabkan Pecel Lele Pak Samikun ini selalu ramai dikunjungi oleh konsumen.

3. Pecel Lele Lela (Pengusaha Mapan atau Atas)



            Pengusaha pecel lele ketiga yang kami datangi adalah "Pecel Lele Lela" yang berlokasi di Jalan Raya Sawangan No. 99, Pancoran Mas Depok. Pecel lele lela ini merupakan restoran yang sudah mempunyai cabang di berbagai wilayah besar di seluruh Indonesia bahkan mancanegara diantaranya Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra, Kalimantan, Kepulauan Riau, NTB dan Malaysia.

            Ketika kami sampai di lokasi penelitian, kami hanya dapat bertemu dengan leader nya saja karena kebetulan owner dari Pecel Lele Lela ini sedang berada di kantor pusat Pecel Lele Lela yang terletak di Jalan Raya Kalimalang Blok A1 No. 1 Lampiri, Pondok Kelapa Jakarta Timur. Pecel Lele Lela ini buka setiap hari pada pukul 11.00-23.00 WIB dan pengunjung terbanyak biasanya pada hari sabtu dan minggu. Kebanyakan dari pengunjung tesebut di dominasi oleh keluarga dan ibu-ibu yang sedang mengadakan arisan. Tetapi tidak jarang juga yang berkunjung adalah para remaja yang hanya sekedar ingin berkumpul dengan teman-teman. Saat ini karyawan yang bekerja di Pecel Lele Lela cabang Sawangan Depok berjumlah 10 orang.


BAB III

ANALISIS HASIL

Tindakan sosial menurut Max Weber ada 4 diantaranya adalah tindakan rasional instrumental. Tindakan rasional instrumental meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu selalu memiliki tujuan yang beragam dari setiap hal yang diinginkan, maka individu dituntut untuk memilih. Dan untuk memenuhi tujuan itu, individu harus memiliki alat yang mendukung. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang mencerminkan suatu pertimbangan individu atas efisiensi dan efektifitasnya. Setelah dilakukan, individu akan dapat menilai secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai.

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa rindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang dikerjakan dengan memperhitungkan keadaan yang akan dihadapi sebagai cara dan tujuannya. Contohnya adalah seorang penjual pecel lele yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan (tujuan) pangan diri sendiri dan keluarga salah satu caranya adalah bekerja yaitu menjadi penjual pecel lele

 

Bekerja adala suatu tujuan pribadi dari setiap orang. Kerja tidak dipandang sebagai kegiatan yang incidental melainkan sebagai sesuatu yang melekat di dalam eksistensi hidup manusia (hidup itu adalah kerja). Masyarakat kapitalis memandang manusia terutama sebagai pekerja dan tidak peduli apapun yang menjadi pekerjaan mereka. Dan inilah yang disebut dengan vocational ethics yang merupakan tingkah laku yang menonjol dari spirit kapitalisme modern. Mereka yang miskin, vocational ethics yang dimiliki akan mengalami keruntuhan, dan mereka yang memiliki vocational ethics itu dengan baik akan berhasil meningkatkan prestasi hidupnya.

 

            Manusia dalam bekerja harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Etos  Kerja  menurut  Max  Weber  adalah  sikap  dari masyarakat  terhadap  makna  kerja  sebagai  pendorong  keberhasilan usaha  dan  pembangunan. Oleh  sebab  itu  orang  bekerja harus  mempunyai  etika dan  sikap  yang  baik  dalam  menjalankan  pekerjaan,  dan  harus mempunyai motivasi dan dorongan serta semangat untuk menjalankan pekerjaannya  tersebut  serta  menghargai  pekerjan  tersebut.  Dan  jika manusia tersebut menjalankan etos kerjanya dengan baik, maka pekerjaanya akan berjalan dengan apa yang mereka inginkan.Seperti halnya para penjual pecel lele yang kami teliti, ada yang baru memulai untuk sukses, ada yang sudah mulai mapan dan ada pula yang sudah besar mereka semua mempunyai etika, sikap yang baik dalam menjalankan pekerjaan dan juga etos kerja yang tinggi sehingga bisa berhasil dalam menjalankan usahanya.

 

            Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak angkatan kerja yang menganggur, sehingga kemudian banyak orang yang beralih kepada usaha kecil. Usaha kecil yang banyak diminati adalah bisnis makanan siap santap, bisnis ini banyak diminati karena untuk masuk ke dalamnya tidaklah dibutuhkan suatu persyaratan yang sulit.  Usaha pecel lele termasuk usaha yang berkembang cukup baik. Usaha ini juga mempunyai peranan dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran dengan  cara menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Kelebihan lain yang dimiliki usaha ini adalah penggunaan sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usaha..

 

            Pecel lele adalah makanan khas yang berasal dari Indonesia, pecel lele merupakan produk olahan perikanan berupa ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Makanan ini merupakan makanan khas tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur. Menurut cerita beberapa pengusaha pecel lele yang kami temui, awalnya pecel lele berasal dari daerah Surabaya, dengan hidangannya berupa ikan lele yang dibakar disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Pecel lele yang berasal dari Surabaya tersebut kurang terkenal  bahkan sangat jarang ditemukan di daerah lain dibandingkan dengan pecel lele yang berasal dari daerah Lamongan. Berbeda dengan pecel lele yang berasal dari daerah Surabaya, pecel lele Lamongan disajikan bukan dengan cara dibakar tetapi dengan cara digoreng dan disajikan dengan nasi, sambal dan lalapan.

 

            Munculnya hidangan pecel lele tidak diketahui secara pasti, namun dari beberapa sumber mengatakan bahwa pecel lele yang sering ditemui (Lamongan) bukan diciptakan di daerah Lamongan itu sendiri, namun berawal dari beberapa pedagang soto Lamongan yang merantau ke daerah Tangerang, Jawa Barat (sekarang Banten) sekitar tahun 1983. Beberapa pedagang soto Lamongan tersebut kemudian mencoba menghidangkan lele goreng bersama nasi, sambal dan lalapan. Oleh karena respon masyarakat terhadap hidangan tersebut sangat baik, maka mulailah hidangan pecel lele tersebar ke daerah lain seperti Jakarta, Bogor dan sekitarnya.

 

            Pada saat memulai membuka usaha ini, para pedagang lebih banyak menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman dari kerabat atau keluarga dekat. Setelah usaha berjalan cukup lama, permodalan sedikit demi sedikit bertambah yang berasal dari keuntungan penjualan setiap hari.. Sedangkan Modal yang mereka dapatkan berbeda-beda, modal merupakan uang dan harta benda yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu dan menambah kekayaan. Modal dapat bersumber dari modal sendiri maupun dari pinjaman orang lain atau pinjaman lembaga keuangan. Keterbatasan sumber keuangan merupakan salah satu hambatan bagi para pedagang pecel lele untuk mengembangkan usahanya.

 

             Berdasarkan hasil wawancara,  bahwa responden pedagang Pecel Lele Pak Ali Munir dan Pecel Lele Pak Samikun  mendirikan usaha dengan modal bersumber dari modal mandiri maupun pinjaman dari keluarga dekat. Modal mandiri berasal dari tabungan hasil pekerjaan sebelumnya. Modal dari keluarga dekat mudah didapatkan karena tingkat kekeluargaan dan kepercayaan yang tinggi. Sedangakan modal  pecel lele lela  berasal dari pinjaman lembaga keuangan dan modal mandiri. Pedagang pecel lele yang kami temui  sebagian besar berasal dari Jawa Tengah tepatnya daerah Tegal dan Kebumen

 

            Pendapatan disetiap pecel lele yang kami teliti berbeda – beda, pecel lele pak Ali Munir pendapatan perharinya berkisar antara 200-300 ribu  Pecel Lele Pak Samikun  pendapatan bersih perharinya berkisar 750 ribu sedangkan pendapatan Pecel Lele Lela berkisar 5.000.000 per hari. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan diantaranya faktor cuaca, faktor lokasi yang strategis dan juga faktor pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pecel lele. Dalam masalah pemasaran Pecel Lele Lela lebih maju, karena pemasarannya melalui website sehingga dengan mudah diakses oleh orang banyak. sedangkan pemasaran yang dilakukan oleh pecel lele pak Ali Munir dan Pecel Lele Pak Samikun masih kurang maksimal yaitu dengan mengandalkan informasi konsumen yang disebarkan dari mulut kemulut dan rekomendasi dari pelanggan yang pernah makan di tempat tersebut kepada rekan maupun temannya serta dari spanduk yang dipasang pada warung tenda tersebut.

 

            Setiap pedagang pecel lele mempunyai pekerja yang jumlahnya berbeda-beda. pecel lele pak Ali Munir yang notabennya pengusaha kecil tidak mempunyai karyawan, hanya saja beliau bekerja dibantu oleh istrinya. Pecel Lele Pak Samikun  pekerja disetiap cabangnya kurang lebih 3 orang dan Pecel Lele Lela  pekerja disetiap cabangnya lebih banyak yaitu sekitar 10-11 orang percabang. Dan pendidikan rata-rata para karyawan adalah tamatan sekolah menengah atas. Pada saat diterima sebagai pekerja pada usaha ini rata-rata mereka tidak mempunyai keahlian khusus sehingga para pemilik yang langsung memberikan pengarahan kepada pekerja dalam menjalankan tugasnya. Pemilik tidak memberikan pembagian kerja secara khusus kepada para pekerjanya dan mereka umumnya melakukan pekerjaan secara bersama-sama mulai dari melakukan persiapan di rumah sampai pada lokasi usaha tersebut. Pemilik biasanya meluangkan waktu untuk mengawasi keadaan warung dan pekerjanya.

 

            Untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan tentunya tidak langsung instan, para narasumber yang kami wawancarai sama-sama menyebutkan bahwa kunci utama untuk menjalankan bisnis itu adalah niat dan istiqomah yang kuat. Disini kami akan membahas masing-masing pengusaha yang kami wawancarai satu persatu.

 

 

Pertama-tama tentang Pecel Lele Lela

            Pecel Lele Lela didirikan sejak tahun 2006, berawal dari sebuah ide untuk mengembangkan usaha makanan yang sudah umum dan dikenal masyarakat. Jenis makanan Pecel Lele dipilih karena pasarnya yang sudah sangat luas dan sudah dikenal diseluruh Indonesia dan yang terpenting Usaha Pecel Lele ini merupakan bisnis yang selalu eksis serta tidak mengenal krisis. Hal itu disebabkan oleh bahan baku lele yang mudah didapat serta marjin penjualannya yang amat tinggi.

            Pecel Lele Lela sudah menjadi Brand Pionir yang memberi nilai tambah pada usaha Pecel Lele. Selain menjadi Pemimpin Pasar di Bisnis ini adalah terus melebarkan sayap ke seluruh Penjuru Dunia.

 

 

            Berawal dari kecintaan pendiri terhadap makanan Indonesia, kami menuangkan ide untuk mengembangkan usaha makanan Indonesia yang mendunia, dan memilih pecel lele karena pasarnya yang usdah sangat luas dan sudah dikenal di seluruh Indonesia.

            Merk Pecel Lele LELA merupakan singkatan dari Pecel Lele LEbih LAku. Pecel Lele LELA berdiri sejak 2006, kini kami sudah memiliki 83 outlet di Indonesia dan Malaysia.

Produk dari pecel lele Lela ini sangat menjunjung tinggi kualitas. Berikut ini merupakan hasil wawancara kami kepada leader mengenai produk di dalam pecel lele Lela.

1.      Bahan baku

"BAHAN BAKU UTAMA MUDAH DITEMUKAN DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA"
Bahan baku utama mereka yaitu ikan lele, yang sangat mudah ditemukan di berbagai daerah di seluruh Indonesia, ukuran serta kualitas mengikuti standarisasi yang sudah kami tentukan. Bahan baku utama tidak ada waste stock/ stok terbuang seperti yang biasa terjadi dalam bisnis makanan jenis lainnya, karena bahan baku utama yang digunakan masih dalam keadaan hidup dan relative mudah untuk pemeliharaannya.

 

 

2.      Pengolahan
Disinilah letak Rahasia keunggulan produk Pecel Lele Lela, mereka mempersiapkan sistem produksi dengan sangat detail dan sederhana, sehingga siapapun yang mengolah produk kami akan menghasilkan standarisasi yang sama dengan cabang-cabang yang lain, walaupun tanpa background koki sekalipun karena mereka akan mensupport anda dengan bahan baku untuk menjaga kualitas produk mereka

 

3.      Keunikan Produk & Pelayanan

"PRODUK DAN PELAYANAN YANG SELALU FRESH" Kualitas rasa sudah jelas menjadi no 1 dan sudah terbukti, mereka menyediakan variasi produk lele dengan aneka rasa. Selain itu, cara penyajian serta kemasan produk mereka menjadi pengalaman tersendiri bagi setiap pengunjung yang datang. Pelayanan, suasana dan ciri khas yang paling diingat adalah Ucapan Salam "Selamat Pagi di Lela" yang diucapakan walaupun dalam kondisi siang, sore maupun malam hari, karena mereka memberikan semangat dan produk yang selalu FRESH. Harga yang terjangkau dan tampilan menu yang sangat menarik akan membuat pelanggan tertarik untuk mencoba.

            

            Dari pengamatan kami di Resto Pecel Lele Lela kami melihat pigura terpampang didekat pintu masuk dimana didalamnya terdapat Visi dan Misi dari Pecel lele Lela ini, yaitu sebagai berikut.

 

 

VISI PECEL LELE LELA

§  Menjadi Brand Nasional dan Pemimpin Pasar Pecel Lele Modern di Indonesia

§  Menjadi Brand Nasional Kebanggaan Indonesia karena memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat, Mitra Usaha dan Karyawan

§  Membawa Makanan Asli Indonesia ke Pentas Dunia

 

MISI PECEL LELE LELA

§  Menyediakan berbagai olahan produk makanan yang enak dan unik

§  Memberikan kualitas pelayanan yang baik dan selalu memberikan nilai tambah dalam hal produk dan pelayanan

§  Senantiasa Berinovasi dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan dan mitra usaha

 

            Pecel Lele Lela merupakan suatu kelompok yang mencintai bisnis kuliner dan mau memahami pentingnya pelayanan untuk pelanggan. Pola pikir yang kompetitif yang membuat mereka optimis laku dan mereka senang melakukannya.

Peluang usaha yang mereka tawarkan, yaitu:

·         Produk yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat karena selalu eksis dimanapun dan tidak mengenal krisis.

·          Bahan baku yang mudah didapat dan margin penjualannya yang sangat tinggi.

·          Menyajikan rasa yang unik, Pelayanan dan produk yang selalu FRESH

·         Omset minimum outlet Pecel Lele Lela mencapai Rp. 77 Juta/bulan

 

Lalu yang kedua adalah pengusaha menengah Pak Samikun

 

            Pak Samikun memulai usaha Pecel Lelenya lantaran terkena PHK di suatu pusat pembelanjaan Departemen daging. Karna kebutuhan keluarga yang terus mendesak akhirnya pak Samikun memutuskan untuk membuka usaha Pecel Lele. Pak Samikun bilang bahwa ia pun tidak tahu berapa esar modal pertamanya membuat usaha pecel lelenya, Pak Samikun jujur semua modalnya adalah hasil mencicilnya dikit-dikit. Pada awalnya pak Samikun hanya memiliki satu kedai saja dan akhirnya berkembang sampai sekarang pak Samikun sudah memiliki 3 kedai Pecel Lele yang tersebar didaerah Depok dan Tangerang Selatan.

            Pak Samikun berkata untuk memulai mendirikan usaha harus dengan niat, berkomitmen dan mempunyai keinginan. Dan juga selain itu harus menyiapkan kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan, selain itu karena beliau orang jawa beliau percaya bahwa ada hari yang bagus untuk berjualan. Dari awal bekerja sebelum pecel lele beliau bekerja didapur. Terdapat untung dan rugi dalam menjual makanan diantaranya faktor cuaca. Bahan bakunya  berasal dari pasar tradisional karena murah dibandingkan belanja di supermaket.

            Modal awal berasal dari menyicil dengan membeli alat-alat terlebih dahulu sehingga tidak terasa. Penghasilan perhari 1,5 juta pendapatan kotor. Pendapatan bersih hanya 50% sekitar 750.

            Warung pak Samikun buka dari jam lima sore dan tutup pada jam satu pagi, namun karna biasanya sudah habis biasaya pak samikun tutup jam sepuluh malam. Suka duka yang dialami pak Samikun antara lain dagangan laris dibeli pembeli saat cuaca yang cerah, tetapi sebaliknya jika cuaca deras diguyur hujan banyak bahan yang terbuang mubadzir karna sepi pelanggan. Saat hujan juga sering sekali tendanya patah.

            Hasil penjualan dari warung pecel Lele pak Samikun ini digunakan untuk kebutuhannya sehari-hari, membayar biaya sekolah dan kuliah anaknnya.

            Dulu pak Samikun bekerja sebagai tukang daging, tetapi karena ditipu orang jadi bangkrut. Motivasi yang diberikan Pak Samikun untuk para calon pengusaha adalah : niat, komitmen, jangan takut rugi. Banyak saingan yang iri terhadap beliau. Beliau selalu berdoa dan berikhtiar agar usahanya selalu dilindungi oleh allah.

            Pak Samikun sebelum memutuskan untuk memulai usaha Pecel Lele ini terlebih dahulu men-survey pecel lele disekitar tempatnya. Pak samikun sudah memiliki banyak karyawan, namun tidak jarang karyawan-karyawannya memilih untuk berhenti karna jauh dari kampong halamannya yang kebanyakan berada di Indramayu, Padang, dan Lampung.

 

            Yang terakhir adalah pecel lele Pak munir, dimana pecel lele ini baru akan merintis. Ketika wawancara dengan kami Pak Ali Munir mengaku membuka usaha ini sambil jalan dalam artian tidak terburu-buru membuka usaha ini. Sedikit demi sedikit mengumpulkan modal dan akhirnya Pak Munir membuka Pecel lelenya dengan modal sebesar 15 juta.

            Dengan modal yang ia kumpulkan, Pak munir sudah memiliki kedai sederhana namun nyaman dipinggir jalan lengkap dengan spanduk khas pecel lele. Pak Munir enyiapkan sendirii bahan-bahan Pecel Lelenya dengan membelinya dipasar bersama istriya.

            Sebelum membuka usaha Pecel lele ini Pak Munir mengaku pernah membuka usaha WARTEG, tetapi akhirnya Pak Samikun memilih untuk membuka usaha pecel lele. Dengan jam buka dari jam 4 sore sampai dengan jam 1 malam, Pak Munir bisa memperoleh euntungan sebesar 200-300 ribu per hari.

            Karna Pak Munir baru saja membuka usaha pecel Lele ini menu-menu di Pecel Lelenya belum terlalu bervariasi dan berinovasi seperti pecel lele yang sudah maju yang kami amati. Diantara menu-menunya adalah ayam bakar, ayam kremes, tahu, tempe, ati ampela, lele goring, nasgor special, nasgor pete, mie goring/rebus, kwetiau goring atau rebus, capcay goreng atau rebus. Pak Munir juga menerima pesanan dalam bentuk box untuk pesta ataupun acara yang lain.

            Karna pak Munir yang menjalankan warung pecel lele ini sendirian bersama istri dan belum ada kriteria khusus dalam penyajian dan cita rasanya. Berbeda dengan pecel lele Lela yang merupakan Franchise yang memiliki kriteria khusus dalam penyajian dan cita rasa yang sama lezatnya.

            Warung pecel Lele pak Munir yang terletak dipinggir jalan raya Sawangan Depok memang belum terlalu dikenal banyak orang, namun suda banyak segelintir masyarakat disekitar yang antri di warungnya. Masyarakat sekitar mengaku pecel lele pak Munir ini enak dan sangat terjangkau harganya, namun pelayanannya saja yang kurang cepat karna hanya dilakukan oleh pak unir dan Istrinya.

            Pak Munir mengaku pendapatannya yang memang belum seberapa tetapi cukup untuk membiayai semua kebutuhannya dan pak Munir juga menyisihkan keuntungan setiap bulannya untuk membuka cabang baru di tempat baru agar pecel lelenya lebih dikenal dan juga mendapat keuntungan yang lebih banyak.

 

IV. KESIMPULAN

            Kita dapat simpulkan dari ketiga pengusaha tersebut bahwa usaha Pecel lele memang merupakan usaha yang pasarnya sudah sangat luas, dan dari ketiga narasumber yang kami wawancarai dengan tingkat yang berbeda yaitu pengusaha yang baru memulai, sudah memiliki beberapa cabang dan sudah dikenal sampai negeri sebrang sama-sama berawal dari sebuah niat yang kuat dan usaha yang keras untuk menjalankan bisnis.

            Untung dan rugi menjadi hal yang dipertimbangkan dalam berbisnis tentunya, namun ketiga narasumber yang kami wawancarai mempunyai prinsip untuk berani mengambil resiko dan juga tidak takut rugi.

 

V. DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press 2001.

Lexi. J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif  Bandung: PT Remaja Rosadakarya. 2006

George Ritzer – Douglas J. Goodman Teori Sosiologi Modern

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini