Jumat, 10 April 2015

lilisokviyani_PMI6_laporan ekologi manusia

Laporan Observasi Ekologi Manusia

Perlindungan Ekosistem Tanaman Mangrove (Bakau)

Nama Tokoh                  : Bapak Hj. Salim

Usia                               : 58 tahun

Lokasi Observasi           : Kepulauan Seribu – Pulau Pramuka

Waktu                            : Sabtu, 28 Maret 2015 – pukul 21.00 WIB

 

Bapak Hj. Salim adalah seorang nelayan , namun sejak tahun 2000 menjadi sosok penyelamat lingkungan sekitarnyaa dengan menanam ekosistem mangrove , beliau tinggal dan asli penghuni Pulau Pramuka. Dengan kepeduliannya sejak lama itu hingga sekarang, sudah banyak sekali tanaman magrove yang beliau tanam diberbagai tempat  dan tersebar diberbagai wilayah perairan Indonesia.

Menurut Bapak Salim, awalnya beliau mulai melakukan penyelamatan karena kesadarannya akan penting dan suatu kewajiban setiap individu untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya agar tetap seimbang. Menanam mangrove merupakan suatu  simbiosis mutualisme  yang artinya  menguntungkan antara sesama makhluk hidup baik berupa hewan, tumbuhan dari mangrove itu sendiri maupun  dengan manusia, seperti kebutuhan manusia sehari-harii yang sangatt diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.  Menanam mangrove merupakan suatu kewajiban setiap masyarkaat pesisir karena dengan menanam mangrove akan dapat menjaga hayati Pulau itu sendiri.

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem penting yang mendukung keanekaragaman hayati di kawasan Kepulauan Seribu. Ekosistem ini tidak memiliki hamparan secara dominan dan hanya terdapat di beberapa perairan pulau yang secara historis telah ada sebelumnya. Kondisi ini disebabkan karena media yang tumbuh mangrove di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu masih sedikit, yang hanya berupa substrat pasir putih dan pecahan-pecahan karang.  Ekosistem mangrove di kawasan Kepulauan Seribu terdapat 7 jenis tanaman mangrove seperti ; Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba ( Pedada), Bruguiera exarista ( tajang ), Avicenia marina ( api-api putih ), Exoecaria agallocha ( buta-buta) dan Sonneratia spp ( perepet). Namun, untuk kawasan Pulau Pramuka sendiri hanya terdapat 3 jenis ekosistem mangrove yaitu ; Rhizophora stylosa, Rhyzophora mucronata, Avicenia marina ( api-api putih). Karena sesuai dengan struktur tanah yang ada di pulau sehingga hanyaa 3 macam saja yang dapat berkembang dengan baik sampai saat ini. 

Banyak sekali dampak positif  dari ekosistem mangrove yang ada di Kepulauan Seribu , terutama di Pulau Pramuka seperti ;

-  Mangrove sangat berfungsi sebagai filterisasi air laut yang asin menjadi air tawar, sehingga yang nantinya dapat digunakan sebagai semua keperluan rumah tangga.

- Selain itu untuk mencegah terjadinya  abrasi laut, karena semakin lama usia tanaman mangrovenya atau semakin lebat tanamannya akan semakin menjadi penyelamat bagi Pulau tersebut.

- Bemanfaat untuk biota hewan sekiat laut, sebagai tempat pemijahan ikan atau bersarangnya ikan-ikan kecil ( telur) dan biota –biota hewan laut lainnya. 

- Sebagai estetika Pulau, karena Pulau Pramuka merupakan Pulau wisata dengan adanya ekosistem tanaman mangrove dapat menjadi estetika tersendiri bagi pengunjung Pulau. Karena pulau pramuka sendiri sudah termasuk kategori pulai wisata yang hampir setiap weekend banyak sekali pengunjung dari luar jakarta maupun dari jakarta itu sendiri yang ingin menikmati pulau pramuka. 

- Tempat berlindungannya burung-burung , dan disini  ada 123 jenis burung yang singgah di tanaman bakau tersebut setiap harinya. 

Hingga saat ini keadaan bakau masih berkembang baik dan dijaga oleh sebagian masyarakat sekitar untuk kelestarian hayati Pulau.   Sebagian masyrakatpun sudah  menyadari betapa pentingnya menanam tanaman yang satu ini sebagai paru-paru di Pulaunya. Selain untuk kesuburan tanah , mangrove juga menambah keindahan pulau yang menarik untuk pengunjung pulau yang secara otomatis akan menambah penghasilan tambahan selain melaut.

 


Cari Blog Ini