Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Sabtu, 23 Mei 2015
Dauatus Saidah_PMI 4_Tugas 6_Mitos Kejatuhan Cicak
Fauzia N K_Tugas 6_Mitos
Garut adalah salah satu daerah di Jawa Barat. Merupakan daerah yang subur dan memiliki banyak tempat wisata. Salah satunya adalah danau Situ bagendit. Konon menurut cerita yang berdar di sekitar masyarakat sekitar ada sebuah mitos yang menceritakan tentang asal mula terbentuknya danau ini.
Pada jaman dahulu kala, di sebelah utara kota Garut terdapat sebuah desa kecil yang kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani. Desa tersebut sangat indah dan subur, akan tetapi penduduknya tetap miskin dan kekurangan. Di desa itu juga, ada seorang perempuan kaya bernama Nyai Endit.
Nyai Endit sangatlah tamak, ia sangat licik. Setiap musim panen Nyai Endit selalu bergegas untuk membeli semua padi yang ada dan kemudian menyimpannya. Ketika semua persediaan beras milik warga desa telah habis, ia kemudian menjual beras tersebut dengan harga yang mahal sampai lima kali lipat. Hal ini lah yang menyebabkan warga desa menjadi kesulitan ekonomi. Sementara warga desa kesusahan kehabisan bahan makanan, Nyaindit dan para bawahannya berpesta pora di rumahnya yang besar.
Pada suatu hari, datangah seorang nenek tua ke desa itu. Ia menanyakan rumah Nyai Endit kepada salah seorang warga. Ketika ditanyakan maksudnya berkunjung ke rumah Nyai Endit, ia mengatakan bahwa ia ingin meminta sedekah kepada Nyai Endit. Orang yang ditanyainya pun memperlihatkan mimik wajah prihatin dan segera menasehati nenek tua tersebut untuk mengurungkan niatnya dan mengajak nenek tersebut makan di rumahnya. Tetapi si nenek menolak dan tetap berkeras untuk pergi ke rumah Nyai Endit. Ia hanya memperingatkan warga desa untuk segera mengungsi karena akan ada banjir besar.
Nyai Endit terkejut ketika melihat seorang nenek tua berdiri di depan rumahnya meminta sedekah. Ia kemudian menghardik nenek tersebut dan mengusirnya dari rumahnya. Sang nenek murka dan mengutuk Nyai Endit. Ia kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah dan berkata bahwa ia adalah jawaban atas doa warga desa karena kekikiran Nyai Endit. Ketika diusir pergi, nenek tua itu malah menantang untuk mencabut tongkatnya yang tertancap di tanah, dengan begitu ia akan langsung pergi. Nyai Endit pun menyuruh bawahannya untuk mencabut tongkat tersebut dengan sombongnya. Akan tetapi, ketika tongkat tersebut tercabut dari tanah, munculah semburan air yang sangat deras. Nyai Endit serta para bawahannya pun tenggelam ketika mencoba menyelamatkan harta bendanya.
Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya 'Situ Bagendit'. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Secara logika cerita di atas sangatlah tidak mungkin. Cerita tersebut hanya di buat oleh para nenek moyang sebagai penjelasan terhadap peristiwa alam yang tidak mereka mengerti. Beberapa tahun yang lalu ilmu pengetahuan belum berkembang dan maju seperti saat ini. Jadi tidak ada penjelasan yang ilmiah mengenai apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan danau tersebut terjadi. Karena hal tersebut, maka orang jaman dulu menciptakan cerita-cerita yang berhubungan untuk menjelaskan hal-hal yang tidak mereka pahami.
Kota Garut berada di daerah Jawa Barat yang merupakan daerah yang rendah dan dikelilingi oleh gunung dan perbukitan. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara gunung-gunung di Garut adalah: Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut.
Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.46%. Jadi banyak terdapat lembah-lembah yang landai dan dalam.
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan data, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 °C – 27 °C.
Hal ini menyebabkan kota Garut mempunyai curah hujan yang tinggi, dan hujan cukup sering terjadi di kota ini. Temperatur kota Garut pun termasuk rendah jika dibandingkan dengan kota lainnya di Jawal Barat. Tidak heran jika pada daerah yang rendah seperti lembah tersebut berubah menjadi danau kecil atau telaga karena hujan sangat sering terjadi di kota Garut, apalagi pada saat musim hujan.
air yang terkumpul sedikit demi sedikit pada lembah tersebut kemudian terkumpul karena seringnya terjadi hujan di kota ini. Akibatknya cekungan alam tersebut berubah menjadi genangan air yang semakin lama semakin besar sehingga membentuk danau kecil atau telaga. Hal ini merupakan penjelasan yang logis untuk terjadinya danau Ditu Bagendit yang berada di Garut. Karena dapat dijelaskan secara logika. (farra)
Sumber:
http://www.treklens.com/gallery/photo394613.htm
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4417197
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=72
http://historyology.blogspot.com/2010/01/legenda-situ-bagendit.html
auzia Nurul Khotimah
1113054000007
PMI 4
------------------ M I T O S ---------------------
tugas ke-8
Ahmad Ali Nidaulhaq
1113054000027
Tugas Ke-7
Antropologi Budaya
MITOS GUNUNG CERM,AI
Mitos bahasa yunani (mythos) atau mite (bahasa belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengundang penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk didalamnya, serta di anggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas mitos dapat diartikan cerita tradisonal. Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural, dan sebagianya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa sejarah yang terlalu di lebih-lebihkan sebagai alegori atau personifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual.
Menurut teori mitos ritual keberadaan mitos sangat erat dengan ritual. Teori ini mengklaim bahwa mitos muncul untuk menjelaskan ritual. Klaim ini pertama kali dicetuskan oleh sarjana biblikal William Roberston Smith. Menurut Smith, orang-orang mulai melaksanakan suatu ritual untuk alasan tertentu yang tidak ada hubunganya dengan mitos kemudian setelah mereka melupakan alasan sebenarnya mengenai pelaksanaan ritual tersebut, mereka mencoba melestarikan ritual tersebut dengan menciptakan suatu mitos dan mengklaim bahwa ritual tersebut dilaksanakan untuk mengenang kejadian yang diceritakan dalam mitos.
Antropologi James Frazer memiliki teori yang sama. Frazer percaya bahwa manusia primitif mulai percaya pada hukum-hukum gaib, kemudian ketika manusia mulai kehilangan keyakinannya mengenai sihir, mitos tentang dewa diciptakan dan mengklaim bahwa ritual magis kuno adalah ritual keagamaan yang dilakukan untuk menyenangkan hati para dewa.
Sebagian besar masyarakat jawa percaya bahwa kejadian-kejadian di alam sekitar berhubungan dengan pertanda yang berusaha mengiatkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, termasuk manusia. Terutama apabila ada kejadian yang berlangsung secara konstan (terus-menerus), kondisi tersebut tak bisa hanya di abaikan saja, karena sudah banyak kejadian yang ternyata membawa dampak yang besar.
Salah satu mitos yang berkembang tentang gunung cermai adalah larangan air seni itu ke tanah. Biasanya pantangan itu diberitahu oleh kuncen gunung Ceremai kepada para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan.
Konon, jika tak dituruti akan mendapat bala sehingga para pendaki yang mempercayai pantangan tersebut membuang air seninya kedalam botol atau plastik. Karena tak heran sepanjang jalur pendakian gunung Ceremai banyak dahan dan ranting pohon yang di gantungi plastik atau botol plastik yang berisi air seni. Pantangan tersebut ujung-ujungnya berdampak pada kerusakan alam gunung Cermai. Bayangkan dalam beberapa tahun kedepan, berapa banyak pendaki yang naik gunung Cermai? Berapa orang yang percaya pantangan itu dan akan membuang air seni dalam botol dan plasttiknya? Berapa banyak pula sampah-sampah plastik yang akab bertambah dan merusak ke asrian alam gunung Cermai?.
Tanpa disadarai mitos adalah suatu bentuk hukum yang dibuat oleh nenek moyang kita agar kita tidak melanggar mitos tersebut. Seperti halnya banyak mitos yang ada di gunung Cermai Jawa Barat. Salah satunya saya menyoroti tentang dilarangnya membuang air seni ke tanah. Jika pantangan tersebut di langgar maka yang melanggar itu akan terkena sial. Mungkin kesurupan atau lain sebagiannya. Banyak pula para pendaki gunung Cermai yang nyasar dalam trek pendakiannya karena mereka melanggar mitos yang ada. Dibalik dari mitos ada hikmah yang terdapat didalamnya. Para pendaki dilarang membuang air seni karena jika membuang air seni itu ke tanah, maka akan rusaknya ke asrian alam gunung Cermai.
Mungkin sama antara mitos gunung Cermai dan gunung-gunung lainya seperti gunung Gede Pangrano di Bogor. Ketika saya naik gunung kesana ada tulisan di larang membawa suatu apapun yang ada di gunung ini, hanya membolehkan meninggalkan jejak kaki dan cerita saja, dan tidak boleh meninggalkan sampah dalam bentuk apapun. Sama dari aturan atau mitos yang berkembang jika semua itu di langgar maka para pendaki yang melanggarnya akan merasakan sial atau mendapat bahla pada pejalananya. Tujuan dari mitos yang terdapat di gunung Cermai dan Gunung Gede Pangrano ialah menjaga kelestarian alam dan ke asrian alam gunung agar tetap terjaga walaupun banyak orang yang mengunjunginya. Sungguh luar biasa peninggalan nenek moyang kita tentang mitos-mitos yang berada di seluruh masyarakat Indonesia, dan tujuan dari nenek moyang kita adalah mempelihara dan merawat alam semesta yang sangat indah ini untuk tetap terjaga sampai kapan pun.
Kepercayaan masyarakat setempat menajadi warna tersendiri ketika berkaitan dengan beredarnya cerita misteri gunung Cermai. Bagaimana keadaanya, percaya atau tidak semua itu kembali kepada pemikiran dan penilaian masing-masing. Satu hal yang harus dihargai dari mitos gunung Cermai ini adalah posisinya sebagai salah satu kekayaan cerita rakyat di Jawa Barat. Sebuah Khazanah kekayaan cerita atau budaya lisan yang tetap harus di hargai dan harus tetap di pelihara ke asrianya.