Senin, 13 Mei 2013

Annisa fathonah _ limbah sampah plastik dan daur ulang


Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya  menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).

Globalisasi dan Realitas Media_Nurul Rizki Salam_109051000154_Tugas 9

Globalisasi dan Realitas Media_Nurul Rizki Salam_109051000154_Tugas 9
A.    Pendahuluan
Dunia kini telah berkembang demikian cepatnya. Kemajuan ini juga diikuti dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. Menurut para ahli menyebut perkembangan teknologi komunikasi sebagai gejala ini suatu revolusi.  Revolusi ini bisa terjadi karena salah satu faktor penyebabnya adalah globalisasi, yang telah menjadi isu sentral di dunia. Globalisasi yang mulai intens didiskusikan dan banyak pihak dianggap sebagai fenomena baru yang dicirikan oleh penyusutan ruang dan waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencerminkan peningkatan interkoneksi dan interdependensi segala bidang di semua wilayah di dunia.
Melihat begitu besarnya pengaruh globalisasi terhadap berbagai bidang kehidupan di dunia, membuat menarik apa saja yang turut berperan dalam proses globalisasi tersebut. Para ahli menganalisis bahwa Integrasi, interkoneksi, dan bahkan interdependensi yang terjadi dalam proses globalisasi tersebut tidak dapat dilepaskan peran media dan teknologi komunikasi yang beroperasi lintas batas negara bangsa. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa tanpa adanya teknologi komunikasi, maka tidak ada pasar-pasar global sebagaimana adanya sekarang.

Globalisasi dan Realitas Media / Nur Oktaviani_Tugas 9


Pendahuluan
Saat ini memang kehidupan manusia sudah sangat melekat dengan internet. Segala sesuatu dapat dengan mudah diperoleh melalui internet. Menjalin hubungan dengan orang lain yang jaraknya sangat jauhpun sudah mampu dilakukan oleh kita hanya dengan alat komunikasi yang sederhana namun sangat canggih. Kita ketahui bersama saat ini sudah banyak bermunculan smartphone yang mamudahkan kita untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Prosesnya mudah tanpa harus mengeluarkan biaya dan tenaga yang banyak.
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasidan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalahuntuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI. Globalisasi biasnya ditandai dengan berkembangnya sector-sektor terpenting dalam sebuah negara seperti, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya sebagai penanda sudah maju atau berkembangnnya sebuah negara. Di era globalisasi seperti sekarang ini sudah seharusnya berkembang pula teknologi yag digunakan. Hal ini penting karena semakin beratnya persaingan antara negara-negara di dunia.

Tugas 8; Media Sosial (social Media) dll (Struktur, Sistem, dan Dampak) / Nur Oktaviani (109051000126)

Pendahuluan
Saat ini sudah semakin canggih alat komunikasi begitu juga dengan sarana atau alat komunikasi. Kegiatan mengobrol atau sharing sudah tidak harus dilakukan dengan tatap muka. Hal ini karena sudah semakin maraknya social media dan jejaring social lainnya. Selain itu social media juga padat memudahkan kita dalam mempromosikan sesuatu atau mengiklankan sesuatu dengan mudah. Keberadaan social media sudah menjadi trand dikalangan masyarakat.
Namun keberadaan social media ini sudah tentu ada sisi posif dan negatifnya, karena itu kita sebagai penggunanya harus  jeli dan mampu memilah kegiatan-kegiatan yang terjadi didalamnya. Selain fungsinya yang mampu member kemudahan, social media juga dapat dijadikan sarana bagi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Interaksi yang terjadi dalam social media sifatnya dua arah atau adanya kegiatan timbale balik antar komunikator dengan komunikan. Jadi, dalam social media setiap individu atau kelompok mampu mengemukakan pendapatnya pada sebuah topic atau permaslahan yang sedang dibahas.
 
Metode Studi
            Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari sumber lain yang berhubungan dengan tema yang sedang dibahas.
 
Analisis
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.[1] "Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga". Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.[2]
Dengan seiring berkembangnya alat komunikasi maka semakin pesat juga pertumbuhan social media dalam kehidupan umat manusia saat ini. Setiap orang mampu menghabiskan waktu berjam-jam jika sedang melakukan kegiatan komunikasi pada social media. Hal ini karena setiap orang saat ini seperti memiliki media sendiri. Apapun yang dibutuhkan dapat diakses dengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Social media juga mampu membangun sebuah hubungan dengan orang lain dengan jarak yang jauh, sehingga seperti tidak ada lagi jarak ruang dan waktu. Adapun kelebihan yang media sosial miliki dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :[3]
  • Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
  • Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan  pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.
  • Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.
  • Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.
Melihat antusiasme para pengguna internet terhadap situs media sosial, tentu saja situs media sosial ini akan menimbulkan dampak positif dan negatif secara bersamaan kepada para penggunanya. Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari media sosial :[4]
Dampak Positif
  • Memperluas pergaulan, karena mudah berinteraksi dengan orang-orang dari seluruh dunia.
  • Dapat digunakan sebagai media promosi yang efektif dalam bisnis.
  • Penyebaran informasi dapat dimaksimalkan.
Dampak Negatif
  • Dapat menyebabkan kecanduan situs media sosial, hal ini membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Akibat tindak mengisolasikan diri ini adalah  dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respon kekebalan, level hormon tidak stabil dan merusak performa mental.
  • Seseorang yang menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar computer cenderung jarang berolahraga sehingga dapat mengakibatkan kondisi fisik yang menurun, bahkan obesitas.
  • Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, seseorang dapat mengalami cedera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi, pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer.
  • Media elektronik, seperti komputer, laptop, atau handphone (ponsel) juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. Maksudnya adalah seseorang akan mengalami pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per hari-nya menyebabkan jumlah orang yang tidak dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting, menjadi semakin meningkat setiap harinya.
Adanya social meda dan jejarik soaisla juga mampu membuat seseorang sibuk dengan dunianya sendiri, mengisolasi dirinya dari lingkungan sekitar, dan kurang peka terhadap kejadian disekitar lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengatasi kecanduan media sosial ini seperti dengan membatasi waktu penggunaan internet, terutama situs media sosial. Kita juga perlu belajar menggunakan jaringan internet secara bijak sehingga kita tidak menjadi orang yang kecanduan media sosial. Para pengguna situs media sosial ini tidak harus berhenti total, namun hanya perlu lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial.
 
 


[1] http://ptkomunikasi.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-media-sosial-peran-serta-fungsinya/
[2] http://wibawaadiputra.wordpress.com/2013/01/27/media-sosial-jejaring-sosial-social-media-social-network/
[3] http://ptkomunikasi.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-media-sosial-peran-serta-fungsinya/
[4] http://pandusantoso.com/dampak-positif-dan-negatif-dari-media-sosial/

Globalisasi dan dampak komunikasi massa_sutrisno sugiyono_109051000171_tugas 10

I . Pendahuluan

Globalisasi dan Dampak komunikasi Massa

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakanGlobalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Efek atau Dampak Komunikasi Massa

 McLuhans menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia, telepon merupakan perpanjangan telinga dan televise merupakan perpanjangan mata, berikut ini dampak atau efek komunikasi massa menurut Steven H. Chaffee.

a.       Dampak Ekonomis

        Kehadiran surat kabar berarti mempengaruhi kegiatan ekonomis,terutama industry media massa. Sebab, di dalamnya terdapat kegiatan pabrik, menyuplai Koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, mendatangkan lapangan pekerjaan bagi wartawan, desain grafis, pengedar atau pengecer, pencari iklan, dan sebagainya

b.      Dampak Sosial

        Dampak sosial ini berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial  akibat kehadiran media massa. Kehadiran televise dapat meningkatkan status sosial pemiliknya. Di pedesaan, televise telah membentuk jaringan – jaringan interaksi sosial baru. Sekarang, pemilik televise di pedesaan menjadi jaringan sosial yang dapat menghimpun tetangga atau masayarakat sekitar .

c.       Dampak Pada Penjadwalan Kegiatan

        Berdasarkan hasil penelitian Rusdi Muchtar ( tahun 1979 ) di Sulawesi utara, bahwa sebelum adanya TV, orang biasanya tidur sekitar pukul 20.00 dan bangun pagi karna harus berangkat kerja di tempat yang jau. Setelah adanya TV, banyak di anatara mereka, terutama muda – mudi menonton TV sampai larut malam sehingga telah mengubah kebiasaan mereka. Orang tua mereka mengeluh karna anak – anak mereka lebih malas dan lebih sukar belajar atau berangkat ke sekolah pada waktu dini.  Demikian pula mereka tidak dapat bekerja seperti dulu lagi ketika TV belum masuk

( dengan siaran 10 sampai 11 jam sehari ). Mereka berangkat ke lading cenderung lebih siang dan pulang cepat. Televisi telah mengubah kegiatan penduduk desa

d.      Dampak pada Penyaluran atau Penghilangan Perasaan  Tertentu

Dampak atau efek media massa terhadap pengalihan kegiatan masyarakat meliputi berbagai aktivitas. Misalnya, surat kabar sore dapat menyebabkan pelanggan menyisihkan waktu membaca Koran pada sore hari, adanya siaran langsung sepak bola dari stasiun televise pada waktu dini hari

sebelumnya, dini hari merupakan waktu yang digunakan untuk beristirahat atau tidur

e.      Dampak pada Perasaan Orang Terhadap Media

Tidak jarang media massa di gunakan orang untuk menghilangkan perasaan tertentu pada dirinya, seperti marah, kritik, kekecewaan, dan sebagainya. Contoh , akibat tidak kepuasan pemberitaan, seseorang seseorang menyampaikan ketidak puasanya melalui surat pembaca, atau seorang gadis yang kesepian, memutar radio tanpa mempersoalkan progam yang di siarkan, atau orang yang sedang marah masuk ke gedung bioskop hanya sekedar untuk menenangkan kembali perasaanya

II . Metodologi Studi

 

Dalam penulisan Resume ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai teori-teori sosiologi. Sepert buku (Teori Sosiologi Modrn: Edisi keenam) (George Ritzer dan Doulglas J. Goodman) dan mencari sumber di wikipedia dan google.

 

III . Analisis

            Globalisasi dapat dianalisa secara cultural, ekonomi, politik, dan atau institusional. Dalam masing-masing kasus, perbedaan kuncinya adalah apakah seseorang melihat meningkatnya homegenitas atau heterogenitas. Pada titik eksterm, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai ekspansi transnasional dari kode dan praktik bersama (homogenitas), atau sebagai proses di mana banyak input kultur local dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam perpaduan yang mengarah ke pencangkokan kultur (heterogenitas). Trend menuju homogenitas seringkali diasosiasikan dengan imprealisme kultur atau dengan kata lain, bertambahnya pengaruh  internasional terhadap kultur tertentu. Ada banyak variasi imprealisme kultur termasuk yang menekankan peran yang dimainkan oleh kultur Amerika (kuisel, 1993; Ritzer, 1995, 2000a). Barat (Giddens, 1990) atau Negara-negara pusat (Hannerz, 1990). Robertson (1992), meskipun dia tak menggunakan istilah imprealisme cultural, menetang ide tersebut melalui konsepnya yang sangat terkenal, glocalization, dimana dunia global dilihat berinteraksi dengan dunia local untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda yakn  glocal.

 

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

http://sepherd21.blogspot.com/2012/09/efek-atau-dampak-komunikasi-massa.html

George Ritzer-Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke Enam, Prenada Media Group

 

 

Teori kritis (pendekatan konteks kepentingan)_sutrisno sugiyono_109051000171_tugas 4

I . Pendahuluan

Teori Kritis

            Teori kritis adalah produk sekelompok neo-marxis jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian (Berntein, 1995; Kellner, 1993; untuk tinjauan yang lebih luas terhadap teori kritis, lihat Agger, 1998), terutama kecenderungannya menuju determinime ekonomi. The Institute of social Research, organisasi yang berkaitan dengan teori kritis ini resmi didirikan di frankfrut, jerman, 23 februari 1923, meski jumlah anggotanya telah aktif sebelum oganisasi itu didirikan (Wiggershaus, 1994). Teori kritis ini telah berkembang melampaui batas aliran frankfrut (Calhoun dan karaganis, 2001;telos, 1989-90). Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika (Marcus, 1999; van den Berg, 1980).

            Kelompok teori krtis dan interpretative. Mengacu pada pandangan sendjaja (2002:1.25), bahwa kelompok teori ini gagasan-gagasanya bayak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretative, pemikiran max Weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran frankfrut school serta berbagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, biblical, dan kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali popular di Negara-negara eropa. Teori-teori kritis dan interpretative ini kemudian melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi seperti sosiologi komunikasi, hokum komunikasi dan hokum media, komunikasi antar budaya, komunikasi politik, omunikasi organisasi, komunikasi public, public relation, dan sebagainya. Meskipun ada beberapa perbedaan di antara-antara teori-teori yang termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum. Pertama, penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman seseorang menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia. Disamping persamaan umum, juga terdapat perbedaan yang mendasar antara teori-teori interpretative dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya. Pendekatan teori interpretative cenderung menghindarkan sifat-sifat prespektif dan keputusan-keputusan absolute tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurut teori interpretative, hanyalah sesuatu yang bersifat tertatif dan relative. Sementara teori-teori kritis lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan absolute, perspektif, dan juga politis sifatnya.

 

II . Metode Studi

           

Dalam penulisan Resume ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai teori-teori sosiologi dan buku yang berkaitan dengan sosiologi.. Seperti buku teori sosiologi modern (George Ritzer-Douglas J. Godman). Sosiologi komunikasi: teori, paradigama, dan diskursus teknologi komunikasi masyarakat (Burhan Bungin).

 

III . Analisis

 

            Teori Kritis merupakan salah suatu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoretis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi.

Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris.Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.

            Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda

  • Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja (parsial).
  • Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut.
  • Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.

 

Daftar Pustaka

Burhan Bungin, (Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat) teori sosiologi modern (George Ritzer-Douglas J. Godman). http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kritis

 

 

 

 

 

Teori idealis (pendekatan isi/konten)_sutrisno sugiyono_109051000171_tugas 3

I.                    Pendahuluan

 

Teori Idealis Teori Idealis atau dalam bahasa latinya Idealis Utopian/Liberalis Utopian memiliki dasar-dasar legalistic dan moralistic, hal ini dikarenakan paham yang mereka kemukakan mengenai Manusia itu cinta damai. Pasca perang tepatnya tahun 1920-an, teori idealis berpendapat mengenai Peperangan yang terjadi beberapa tahun yang lalu merupakan penyebab kecelakaan, pertumpahan darah dan dosa. Mengapa peperangan dapat terjadi? apa yang melatarbelakangi kejadian tersebut? Paham idealis menyatakan bahwasanya peperangan terjadi dikarenakan tidak adanya organisasi anti peperangan atau pencegah peperangan. Akhirnya muncullah metode dari paham idealis seputar bagaimana menghindari peperanagan dengan membuat organisasi perdamaiann dan peredam peperangan, yaitu dengan cara menjadikan system internasional dan struktur-struktur demokrasi sebagai peredam dan pencegahan terjadinya peperangan. Dari observasi panjang tadi, dibentuklah Liga Bangsa-bangsa (LBB) yang disetujui oleh Presiden Woodrow Wilson dilanjutkan dengan diadakanya sebuah konferensi pada Konferensi Perdamaian di Paris tahun 1919. Dalam konferensi tersebut Presiden Wilson menyatakan keinginanya dengan meminta diakhirinya diplomasi rahasia dengan kesepakatan secara luas, kebebasan bernavigasi di lautan lepas, penghapusan hambatan-hambatan perdagangan bebas dan dikuranginya persenjataan. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Paham idealis malah menjadi surut oleh pengaruh dan invasi kelompok Nazi dan Fasis yang bersifat otoriter, munculnya perang dunia 2 sebagai symbol ketidakpuasan akan paham idealis dan juga meredupnya LBB pada tahun 1930. Disisi lain, Para pengurus LBB dianggap tidak serius dalam mengurus lembaga tersebut ditambah lagi dengan tidak diterimanya Amerika Serikat sebagai anggota LBB atas penolakan para senat LBB. Dipertengahan masa kaum idealis pula merupakan tahun permulaan munculnya Ilmu Hubungan internasional dengan kesepakatan para ahli kajian ilmu tersebut yang diresmikan Presiden Woodrow Wilson Chair di Abberystwyth (sekarang Universitas Wales) pada tahun 1918. Setelah peresmian tersebut muncul juga Universitas yang khusus untuk mengkaji ilmu tersebut di 'Graduate Institute of Internasional & Development Studies diikuti lagi dengan munculnya kajian ilmu Hubungan internasional di Amerika Serikat dan di Jenewa, Swiss. Teori Realis Teori Realis muncul dan berkembang setelah runtuhnya teori idealis oleh Nazi dan Fasis. Teori ini memulai gerakan dengan melakukan ekspansi ke beberapa Negara. Dalam hal ini ilmu Hubungan Interrnasional memiliki suatu tujuan yang dirancang untuk memiliki semangat perjuangan untuk Authority kekuasaan. Adapun pandangan Kaum Realis dalam melihat Negara dalam Hubungan Internasional; Negara selalu mempunyai kepentingan yang berbenturan, perbedaan kepentingan itu menimbulkan suatu konflik, power itu memengaruhi penyelesaian konflik, Politik sebagai media perluasan, pertahanan dan identitas power, anjuran kepada Negara untuk membangun kekuatan untuk membangun aliansi dengan Negara lain dan perdamaian akan tercapai jika terwujud 'Balance of Power' atau keseimbangan kekuatan. Setelah 2 konflik teori tersebut muncul juga perdebatan yang tidak kalah dahsyatnya pada tahun 1960, 1970 dan 1980 yang berkelanjutan dengan perdebatan mengenai Explaining & Understanding, Positivism & Post Positivism dan Rationalism & Reflectivism.

pengertian Idealisme :

  1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
  2. Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
  3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
  4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
  5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik.

II.                Metode Studi

Dalam penulisan Resume ini, penulis menggunakan metode studi Pustaka dan google. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari google yang membahas mengenai teori-teori idealis.

III.             Analisis

Pandangan beberapa filsuf mengenai Idealisme.

1. Schelling memberikan nama Idealisme subyektif pada filsafat Fichte, dengan alasan bahwa dalam Fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan.

2. Idealisme obyektif adalah nama yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafatnya. Menurutnya, alam adalah inteligensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua filsafat yang mengindentikkan realitas dengan ide, akal atau roh.

3. Hegel menerima klasifikasi Schelling, dan mengubahnya menjadi idealisme absolut sebagai sintesis dari pandangan idealisme subyektif (tesis) dan obyektif (antitesis).

4. Idealismetransendental adalah pandangan dan penyebutan dari Immanuel Kant. Sering disebut juga disebut sebagai idealisme kritis. Pandangan ini mempunyai alternatif yaitu isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya sendiri, sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendiri

Daftar Sumber

http://muhammad-ahalla-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-59374-Umum-Teori%20Idealis%20dan%20Realis.html

Bahan : Dari : Kamus Filsafat , L. Bagus

http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=8035

 

 

 

 

 

Globalisasi dan Dampak Komunikasi Massa_Lela Muspita Sari_tugas 10

Nama   : Lela Muspita Sari

Kelas   : KPI 6 G

NIM    : 109051000159

GLOBALISASI DAN DAMPAK KOMUNIKASI MASSA

Pendahuluan

            Seperti yang di bahas sebelumnya bahwa globalisasi adalah suatu zaman yang dikenal saat ini di kebanyakan khalayak yang ada di dunia, globalisasi yaitu di mana era informasi cepat dan mudah di dapatkan dari berbagai aspek yang diperlukan oleh khalayak dengan menggunakan alat yang canggih yang telah diciptakan oleh manusia, yaitu gadget yang berada di masyarakat sekarang.

            Keterkaitan globalisasi dan dampak dari komunikasi massa adalah khalayak bisa dengan mungdah mengakses informasi yang dibutuhkan, lalu ketika saat khalayak sedang merasa sedih khalayak bisa mengalihkan rasa sedih dengan melihat berbagai berita-berita menarik atau video-video lucu yang banyak merada di media saat ini.

Metode Studi

            Penulis mencari refrensi di internet dengan menggunakan media www.google.com untuk mencari sumber atau informasi yang berkaitan dengan judul kali ini yaitu "GLOBALISASI DAN DAMPAK KOMUNIKASI MASSA"

Analisis Studi

            Sedangkan di media globalisasi menjadi kata popular yang berkembang di masyarakat, globalisasi adalah hasil karya menakjubkan dari kemajuan pikiran mahkluk yang bernama manusia yang tidak bisa kita pungkiri lagi. Arus globalisasi menerjang seluruh penjuru dunia termasuk juga Indonesia, perkembangan ini beriringan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi yang memudahkan penyebaran informasi dengan cepat dan luas. Perkembangan teknologi ini berimplikasi pada muncul banyaknya media massa di Indonesia baik cetak, elektronikmaupun media online. Seperti halnya media televise juga mengalami peningkatan sangata signifikan dalam jumlah maupun kreatifitas konten program yang disuguhkan pada penontonnya.[1]

            Komunikasi massa adalah proses di mana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (public). Organisasi-organisasi media ini menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikan pada khalayak.[2]

            Efek atau dampak dari komunikasi massa terhadap individu menurut Steven A. Chafee, komunikasi massa memiliki efek-efek sebagai berikut:

1.      Efek ekonomis yaitu menyediakan pekerjaan, menggerakan ekonomi ( contoh: dengan adanya industry media massa membuka lowongan pekerjaan).

2.      Efek sosial yaitu menunjukan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar Pos Kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.

3.      Efek penjadwalan.

4.      Efek penyaluran/ penghilang perasaan.

5.      Efek perasaan terhadap jenis media..

 

DAFTAR PUSTAKA

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/03/13/realitas-media-televisi-super-hiburan-536463.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_massa

Teori strukturallis (pendekatan institusional)_sutrisno sugiyono_109051000171_tugas 2

I.                   Pendahuluan

Teori Fungsional dan structural

Ciri dan jenis teori ini dibangun berdasarkan asumsi dasar teori, yaitu: (1) masyarakat adalah organism kehidupan; (2) masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan; (3) masing-masing subsistem saling memiliki fungsi yang berbeda; (4) fungsi-fungsi subsistem saling member kontribusi kepada subsistem lainnya; dan (5) setiap fungsi akan terstruktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing.

Meskipun pendekatan fungsional dan structural ini sering kali dikombinasikan, namun masing-masing mempunyai titik penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistic, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan system social. Pendekatan fungsionalisme yang berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan mempertahankan system. Apabila ditelaah, kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai penekanan yang sama yakni tentang system sebagai struktur yang berfungsi.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai ahli teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui "analytical realism", maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep abstrak ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang mencakup persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tindakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa macam motivasi, antara lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, antara lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit tindakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Karya Parson dengan alat konseptual seperti empat sistem tindakan mengarah pada tuduhan tentang teori strukturalnya yang tidak dapat menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun 1960, studi tentang evolusi sosial menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan perubahan sosial dalam bangunan teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini adalah visi metafisis yang besar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

II.                Metode Studi

Dalam penulisan Resume ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai teori-teori sosiologi. Sepert buku (Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat) dan mencari sumber di wikepedia.

III.             Analisis

Menurut Littlejohn (1996: 14), kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa persamaan karakteristik

A . baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fugsionalisme, keduanya sama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kukun waktu tertentu)dari pada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu)

B . kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak diinginkan (unintended consequences) dari pada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan strukturalis tidak mempercayai konsep-konsep 'subjektivitas' dan 'kesadaran'. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah factor-faktor yang berada diluar control dan kesadaran manusia.

C . kedua pendekatan sama-sama mempunyai kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan independent (bebas). Oleh karena itu, pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.

Daftar Pustaka

Burhan Bungin, (Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat) dan mencari sumber di wikepedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsionalisme_struktural

 

 

Cari Blog Ini