Kamis, 03 Oktober 2013

Moch.Daniel Halim B_KPI 1B_Sosiologi_Max Webber

MAX WEBER


Buku "The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism" (Bagian I bab 1-3)

Buku ini tampaknya merupakan karya Max Weber yang paling dikenal orang, bahkan bagi mereka yang merupakan kalangan awam, atau bukan dari kelompok akademisi. Hal ini dimungkinkan karena isi buku ini banyak sekali dibahas pada berbagai tulisan, sehingga banyak orang yang tahu dengan teori ini walau belum sempat membaca buku aslinya, meski yang berbahasa Inggris sekalipun.

Kaitan antara Sikap Religius dengan Posisi di Industri Modern

Pada bagian awal buku ini Weber menyampaikan bahwa ada dua fakta sosial (= istilah Durkheim) yang muncul secara bersamaan sehingga dapat diduga saling berkaitan, yaitu pandangan religius dengan posisi dalam kegiatan ekonomi. Weber memaparkan kondisi ini dengan menyampaikan data-data - meskipun tidak berupa angka - dengan membandingkan beberapa kelompok masyarakat di Eropa. Cara penjelasan seperti ini sangat mirip dengan pendekatan Durkheim misalnya dalam buku The Suicide.

Weber memulai dengan kenyataan bahwa banyak pemimpin-pemimpin bisnis dan pemilik perusahaan, serta mereka yang memiliki keterampilan lebih tinggi: beragama Protestan. Hal ini dijumpai tidak hanya pada negara dimana orang Protestan mayoritas namun juga dimana mereka minoritas, sebagaimana di wilayah Jerman Timur antara suku bangsa Jerman dan Polandia (Poles). Terlihat jelas adanya partisipasi kalangan penganut Protestan dalam kepemilikan kapital, dalam kegiatan manajemen, dan pada level atas dari struktur pekerja di industri modern dan perusahaan-perusahaan komersial. Pada hakekatnya, para penganut Protestan lah yang menggerakkan kegiatan industri modern tersebut.

Mereka biasanya berasal dari keluarga yang sejahtera, setidaknya secara material, yaitu dari keluarga Protestan yang sudah mapan semenjak abad ke 16. Weber ingin menjawab pertanyaan: mengapa pada wilayah dengan kemajuan ekonomi yang hebat, di sana juga terjadi revolusi dalam gereja. Ia mengakui jawaban untuk ini tidaklah mudah. Weber menjawabnya melalu analisis perbandingan sejarah. Kontrol gereja terhadap kalangan industriawan yang ia amati bukannya melemah, tapi yang terjadi sesungguhnya adalah timbulnya bentuk kontrol baru. Kontrol baru ini sesungguhnya jauh lebih ketat, dan langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Lebih jauh, Weber melihat pengaruh paham Calvinism di abad ke 16 yang semula di Geneva dan Skotlandia, lalu meluas sampai ke Belanda, lalu abad ke 17 sampai pula ke Inggris. Dan di Inggris ini, pengaruh Calvinism semakin menemukan bentuknya yang semakin kuat.

Cari Blog Ini