Senin, 05 Mei 2014

Ridwan Efendi_Tugas5 (Perbaikan)_Hasil Penelitian Lapangan

Pola-Pola Pekerjaan Masyarakat Di Desa
Ridwan Efendi (1113054100020/ Kessos 2A)


A.   Latar Belakang
            Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah "tidak berlaku". Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai dan saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

enungkhoeriyah_tugas6_perbaikanlaporan

LAPORAN PENELITIAN 
PLURALISME BUDAYA MEMPENGARUHI PROSES INTERAKSI SOSIAL DI ASRAMA PUTRI UIN SYRIFHIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh: Enung Khoeriyah
A.    LATAR BELAKANG
Menurut Durkheim masyarakat mencakup pada interaksi sosial, perubahan sosial, dan kebersamaan.
Asrama putri UIN syarif hidayatullah Jakarta merupakan sebuah asrama yang berisi mahasiswi yang berkuliah di kampus Universitas Islam Negeri Jakarta. Mahasiswi yang berkuliah di Universitas Islam Negeri Jakarta berasal dari daerah yang beragam seperti Jawa, Sunda, Aceh, Padang dll , karena itu asrama yang di khususkan untuk mahasiswi ini memiliki anggota masyarakat yang prural. pruralisme itu terlihat dari kebiasaan, cara berbicara, cara berpakaian dan berfikir, kepluralismean tidak hanya di tinjau dari latar dan budaya mereka sebelumnya namun juga ditinjau dari lingkungan pendidikan mereka sebelumnya.

Rizkia Indiyani_Tugas5_Laporan Pengamatan

Berkurangnya Lahan Pembuangan Sampah Akibat dari Pembangunan Yang Semakin Pesat
·         Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap  sangatlah diperlukan untuk memenuhi keberlangsungan hidup tiap manusia. Namun disamping itu semua terdapat pula dampak negatif yang kita temui, contoh sederhana dampak dari kebutuhan pelengkap misalnya bungkus detergen yang di gunakan ibu rumah tangga sehari-hari. Semakin hari semakin banyak hasil plastik detergen yang entah akan di kemanakan dan dijadikan apa . Lalu pembuangan air cucian tersebut ke sungai, lama kelamaan air sungai tersebut dapat tercemar oleh air tadi.

Noor Rachmawaty_tugas 5_Perbaikan Penelitian

NOOR RACHMAWATY


PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kawasan pasar ciputat merupakan salah satu kawasan pusat pembelanjaan sayur mayur, pakaian anak dan orang dewasa, perlengkapan rumah tangga, accessories kecantikan, sembako dan banyak lagi yang bisa dibilang sangat strategis didaerah ciputat ini. Di kawasan pasar ciputat ini rata-rata banyak yang lebih mengandalkan berjualan dipinggir jalan atau yang sering di sebut pedagang kaki lima daripada dipertokoan karena dengan biaya sewa toko yang cukup dibilang mahal. Barang-barang yang diperjualkan oleh para pedagang kaki lima ini sangat beraneka ragam macam bentuknya dari harga sampai kualitasnya dari yang murah sampai yang mahal sekalipun ini diperjual belikan disini. Dari kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan elektronika, mebel dan lain nya diperjualbelikan juga disini.

Nur Yaumil Fithroh_Tugas 5_Perbaikan Penelitian

JUDUL : PERILAKU REMAJA MEROKOK DAN DAMPAK PADA KELUARGA

Nur Yaumil Fithroh
KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui orang merokok di mana-mana, baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan di kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai
dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun (Smet, 1994).

Vita Renita_Tugas 5_Laporan Penelitian (revisi)

TEMA : HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP KUALITAS
PENDIDIKAN ANAKNYA

A. LATAR BELAKANG
Orang tua seharusnya memahami bahwa merekalah sebagai penanggungjawab utama dalam pendidikan putra-putrinya. Secara umum, berhasil tidaknya pendidikan seorang anak biasanya dihubungkan dengan perkembangan pribadi orang tuanya dan baik tidaknya hubungan, komunikasi dan
kehidupan dalam keluarga.
Pendidikan yang kaya tercipta secara optimal melalui kolaborasi dari orang tua dan guru, sehingga tercipta harmoni yang sempurna antara rumah dan sekolah. Ini merupakan suatu proses yang dapat membantu
anak-anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan komunitas dimana mereka berada. Hal ini memampukan mereka untuk dapat membuat keputusan yang bebas tapi bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
profesionalnya.

EDI FIRDIANSYAH_TUGAS 5_PERBAIKAN PENELITIAN

TEMA : REVOLUSI  KOMPOR GAS DI LINGKUNGAN WARGA CINANGKA SAWANGAN DEPOK
A. Latar Belakang
Revolusiadalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama

Sarah Amalia Kusnendar_tugas5_perbaikan tor

PENGARUH SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
1. Latar belakang
   Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, masa dimana seseorang ingin menjadi dirinya sendiri, mencari apa arti hidup , mencontoh banyak hal untuk menemukan siapa dirinya, di masa remaja ini juga banyak sekali permasalahan yang muncul yang di akibatkan oleh faktor lingkungan, ekonomi, dan faktor lainnya. Banyak peran yang terlibat dalam perkembangan seorang remaja, seperti orang tua, keluarga, guru hingga teman sepermainan. Dewasa ini banyak permasalahan tumbuh di kalangan remaja seperti kekerasan remaja, pergaulan bebas hingga melunturnya moral remaja. Televisi atau sinetron khususnya menjadi salah satu sebab dan alasan merosotnya moral remaja, karena tayangan di sinetron saat ini membuat remaja mengikuti trend dan mode yang ada di televisi, oleh sebab itu sinetron menjadi salah satu penyebab merosotnya moral remaja.

Sarah Amalia Kusnendar_tugas6_laporanpenelitian

PENGARUH SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
1. Latar belakang
   Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, masa dimana seseorang ingin menjadi dirinya sendiri, mencari apa arti hidup , mencontoh banyak hal untuk menemukan siapa dirinya, di masa remaja ini juga banyak sekali permasalahan yang muncul yang di akibatkan oleh faktor lingkungan, ekonomi, dan faktor lainnya. Banyak peran yang terlibat dalam perkembangan seorang remaja, seperti orang tua, keluarga, guru hingga teman sepermainan. Dewasa ini banyak permasalahan tumbuh di kalangan remaja seperti kekerasan remaja, pergaulan bebas hingga melunturnya moral remaja. Televisi atau sinetron khususnya menjadi salah satu sebab dan alasan merosotnya moral remaja, karena tayangan di sinetron saat ini membuat remaja mengikuti trend dan mode yang ada di televisi, oleh sebab itu sinetron menjadi salah satu penyebab merosotnya moral remaja.

YUSMAR ABDILLAH_TUGAS5_PERBAIKAN PENELITIAN


TEMA : KEPEDULIAN WARGA JL.MAWAR DALAM TERHADAP SAMPAH
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia karena sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan dapat meningkatkan daya saing manusia. (Depkes RI, 2010).

FittaFauziah_TugasV_PerbaikanLaporanTema I

TINGKAT EKONOMI RENDAH MEMPENGARUHI BUDAYA MENGEMIS PADA MASYARAKAT

BAB I

PENDAHULUAN

Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Fenomena munculnya pengemis diindikasikan karena himpitan ekonomi yang disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam yang kurang menguntungkan dan lemahnya sumber daya manusia (SDM). Praktek mengemis merupakan masalah sosial, di mana mereka dianggap telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku. Mereka adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun (Bina Desa, 1987 : 3). Antropolog Parsudi Suparlan (1986; 30) berpendapat bahwa gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang terwujud di perkotaan dan telah menjadi suatu masalah sosial karena beberapa alasan. Pertama, di satu pihak menyangkut kepentingan orang banyak (warga kota) yang merasa wilayah tempat hidup dan kegiatan mereka sehari-hari telah dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut kepentingan pemerintah kota, di mana pengemis dianggap dapat mengotori jalan-jalan protokol, mempersukar pengendalian keamanan dan mengganggu ketertiban sosial. Tidak ditemukan data secara pasti yang mencatat sejak kapan munculnya tradisi mengemis.

Elita Noveliyanti_Tugas 5_Perbaikan Penelitian

TEMA: Kehidupan Masyarakat miskin (pengemis) didaerah komplek perumahan bintaro sektor 5

I.Latar Belakang
            Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Seharusnya pengemis di bantu oleh pemerintah dengan memeberikan mereka pelatihan-pelatihan agar mereka memepunyai keahlian,setelah mereka mempunya keahlian pemerintah seharusnya memberikan modal agar kemampuan yang mereka punya dapat berguna dan bermanfaat untuk hidup mereka yakni membantu keadaan ekonomi mereka sendiri.

            Alasan seseorang atau kelompok menjadi pengemis kebanyakan yaitu: pertama, karena secara lahir mereka cacat dan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja, pun tak ada yang menangung biaya hidupnya. Mereka memperlihatkan kecacatannya untuk mengundang belas kasih orang lain. Kedua, karena tidak mampu untuk membayar biaya sekolah. Ketiga, karena terpaksa. Entah terpaksa oleh keadaan atau dikoordinir oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung  jawab.

            Anggapan masyarakat terhadap pengemis yaitu orang malas yang tidak mau bekerja untuk dirinya sendiri maunya hanya meminta-minta saja padahal masih banyak yang bisa di lakukan mereka tidak dengan mengemis seperti menjadi pembantu rumah tangga,tukang kebun atau lainnnya.

II. Pertanyaan Penelitian

-          Bagaimana seluk beluk pengemis di komplek perumahan jln.puter bintaro sektor 5?

-          Bagaimana keadaan kehidupan pengemis di daerah ini?

III. Metode

            Metode yang di gunakan adalah metode kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung.

IV. Teori

            Teori yang di gunakan adalah teori emile durkheim karena subjek yang di teliti adalah kelompok pengemis dan metode yang di gunakan yaitu observasi serta output yang di hasilkan berbentuk narasi.

Pertanyaan Lapangan

-          Apa yang menyebabkan ibu mengemis?

-          Bagaimana keadaan ekonomi ibu setelah mengemis?

-          Apakah ada tempat lain selain di sini untuk ibu mengemis?

-          Mengapa ibu memilih mengemis di komplek perumahan di banding di jalan raya?

-      Apakah ibu mau berhenti mengemis jika ibu di tawarkan utnutk bekerja yang lebih layak?

-     Berapa penghasilan perhari yang ibu dapat dari mengemis?

Jawaban pertanyaan

-         Saya mengemis untuk membantu suami saya memenuhi kebutuhan hidup sehari hari

-         Saya mencoba mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga karena kebutuhan lebih banyak dari pada pendapatan yang saya dapat, anak anak saya masih sekolah dan masih membutuhkan banyak biaya

-          Tidak, Cuma kadang saya mengemis di macam-macam blok yang ada di komplek ini secara bergantian jadi tidak menetap di satu blok saja, biasanya setiap hari saya berpindah-pindah ke blok lain

-          Karena mengemis di komplek perumahan tidak terlalu banyak pengemisnya sehingga peluang saya mendapatkan uang lebih banyak di sini dan biasanya orang yang ada di sekitar komplek ini tidak hanya memberi uang tetapi juga memberi makanan, pakaian atau barang yg sudah tidak terpakai mereka lagi.

-     Tergantung jika penghasilan yang saya terima lebih besar daripada penghasilan mengemis saya lebih memilih untuk bekerja.

-     biasanya Rp.350.000/hari

Kesimpulan  

             Asal mula pengemis mengemis di komplek perumahan ini awalnya hanya satu dua orang saja lalu kemudia saya di ajak teman saya untuk mengemis di sana karenapendapatanya lebih banyak dan karena di sana masih sepi tidak terlalu banyak yang mengemis. Dari hasil observasi di atas dapat di simpulkan pengemis yang mengemis di daerah komplek masih terbilang sedikit dan belum terlalu banyak alasan mereka mengemis di daerah komplek perumahan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan mendapatkan barang-barang yang masih layak pakai dari orang-orang yang ada di komplek perumahan tersebut. biasanya mereka mengemis membawa cucu atau anaknya karna kebanyakan pengemis yang berada di sini terdiri dari wanita yang sudut tua dan anak anak yang masih kecil.mereka mau berhenti menngemis jika penghasilannya lebih besar dari pendapatan mereka mengemis. Untuk itu mulai dari sekarang sebaiknya kita dan pemerintah bekerja sama untuk menanggulangi masalah pengemis ini agar mereka tidak mengemis lagi. Terutama harus di ubah pola pikir mereka agar tidak mengemis lagi dan tidak di budayakan mengemis kepada keluarganya.

 

Profil Narasumber :

Kegiatan ini dilakukan di komplek perumahan daerah bintaro jaya sektor 5

·         Nama                      : Sutinah

·         Umur                       : 52 Tahun

·         Daerah Asal            : Sukabumi

·         Status                      : Pengemis di daerah komplek perumahan bintaro sektor 5
    Waktu                     : di lakukan pada hari sabtu 26 april 2014

 

HENDRI AFRILIANSYAH_TUGAS5_PERBAIKAN PENELITIAN

HENDRI AFRILIANSYAH_TUGAS5_PERBAIKAN PENELITIAN

 

TEMA : GAME ONLINE DIKALANGAN REMAJA

 

A.  Latar Belakang

 

Di zaman yang sangat modern ini, game online sudah tidak asing lagi di telinga kaum remaja. Beberapa tahun terakhir ini, banyak kaum remaja gemar bermain game online. Hal ini didukung dengan banyaknya game center dilingkungan sekitar yang menawarkan dengan harga terjangkau oleh kaum remaja.

Oleh sebab itu banyak remaja yang menyisihkan uang sakunya untuk bermain game online berjam-jam hingga lama-kelamaan kecanduan game online. Akibat hal

ini remaja pun banyak melupakan hal-hal yang lebih penting seperti belajar, beribadah, bahkan kesehatan pun dilupakan.

Apakah mereka tau pengaruh negatif tersebut? Apakah mereka sadar? Makalah ini akan menelaah hal tersebut tentang game online dan dampak-dampaknya hingga tips-tips agar tidak kecanduan dari game online.

 

A.   METODE PENELITIAN

 

Metode Kualitatif

Didalam metode kuantitatif ini mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak.

 

B.  PERTANYAAN

 

1.Kenapa bermain game online?

2.apa bermain game online menguntungkan?

 

C.  AREA RISET

 

Penelitian dilaksanakan di sekitar warung internet kawasan Rempoa tangerang selatan, melalui wancara dengan seorang remaja , pada tanggal 22 april 2014.

 

D.  TEORI SOSIOLOGI

 

Penelitian ini menggunakan teori fakta sosial EMILE DURKHEM

F.Hasil Penelitian

 

Seorang remaja yang kecanduan game online dan rela meninggalkan sekolahnya demi bermain game online. Itu dilakukan karena menghilangkan kepenatan dalam belajar dan Melatih mengembangkan imajinasi dan kreativitas berpikir secara lebih luas.

 

     PROFIL NARASUMBER

 

NAMA                : ZAINAL ARIFIN

UMUR                : 13 TAHUN

     PEKERJAAN   : PELAJAR

          KESIMPULAN

Game Online atau Online Games adalah sebuah permainan (games) yang dimainkan di dalam suatu jaringan (baik LAN maupun Internet). Faktor yang mempengaruhi kebanyakan dikarenakan rasa penat terhadap tugas dan ajakan teman-teman sekitar.

 

HENDRI AFRILIANSYAH

 

1113054100019

 

KESEJAHTERAAN SOSIAL

 

Rr. Aisyah Perwitasari_tugas5_perbaikan penelitian

Judul : Kesejahteraan Pedagang Lapak disepanjang Jalur Puncak


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lapak ialah tempat dimana para pedagang kaki lima dijalur puncak mencari pendapatan sehari-hari. Untuk mendapatkan kesejahteraan mereka harus mempertahankan lapaknya yang akhir-akhir ini sedang tersandung masalah. Akan ada penggusuran, alasannya lapak mereka berdiri dipinggir jalan puncak yang menghalangi bangunan seperti Bank, kantor-kantor, restoran ataupun rumah-rumah warga.

Para pedagang lapak ini tidak mempunyai pekerjaan lain kecuali mendirikan lapak mereka. Jadi, para pedagang hanya mengandalkan para lapaknya saja.

Pemerintah sekitar telah memberikan izin untuk mendirikan lapak meraka dengan catatan memperhatikan keindahan dan kebersihan di sepanjang jalan puncak. Ada sekitar 80 pedagang di daerah Gadog Kecamatan Megamendung.

 

1.2  Pertanyaan Penelitian

a.          Bagaimana kesejahteraan para pedagang lapak?

b.         Bagaimana kehidupan mereka bila lapak mereka tergusur?

 

1.3 Metode

Metode yang digunakan ialah metode Kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung.

Metode Studi Kasus : pengamatan tentang individu, suatu kelompok masyarakat ataupun lembaga-lembaga. Yang digunakan dalam metode ini ialah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionaire) dan keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang diamati (participant observer technique).

 

1.4 Teori

Menurut Max Weber sebuah tindakan manusia dapat berubah makna menjadi sebuah bentuk tindakan yang bermakna sosial manaka tindakan itu ditujukan pada orang lain. Tindakan yang bermakna sosial itu dalam bahasa yang lebih khusus olehMax Weber disebutnya sebagai tindakan sosial. Tindakan ini terjadi dibawah pengaruh keadaan emosional seseorang. Sama seperti tindakan tradisional, tindaka afektif juga memiliki sifat naluriah, tidak sadar atau tidak dapat dimengerti dan hanya dapat dijelaskan oleh psikologi dan psikoanalisa. Tindakan afektif ditandai dengan fakta bahwa tindakan tersebut tidak membawa tujuan untuk berakhir, tetapi sebagai tujuan itu sendiri dan murni untuk kepentingan dirinya sendiri. Tindakan ini juga bersifat irrasional.

 

1.5 Area Riset

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Jl. Raya Puncak, Kecamatan Megamendung, Cisarua dan Tugu, Kabupaten Bogor.

Objek : Lapak di sepanjang Jalur Puncak

Narasumber : Pedagang Lapak

Waktu penelitian : Dilaksanakan pada tanggal 19 April 2014 dan akan dilanjutkan pada tanggal 3 Mei 2014

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pertanyaan Lapangan

a.       Sudah berapa lama anda menempati lapak disini?

b.      Apa suka duka anda selama menempati lapak ini?

c.       Bagaimana tanggapan anda terhadap lapak yang kabarnya akan digusur oleh pemerintah?

d.      Apakah anda mempunyai penghasilan lain selain berjualan disini?

e.       berapa penghasilan anda perhari dalan penjualan?

f.        apakah dengan penjualan disini anda bisa menutup keuangan keluarga anda?

g.       apabila makanan yang anda jual tidak laku dan mulai membusuk, apa yang anda lakukan dengan sisa jualan anda?

 

2.2 Jawaban Narasumber

Nama saya Ujang umur 57 tahun, asli Bogor alamat rumah Kp. Pendeui Gadog. Saya sudah 15 tahun jualan disini, ada enaknya ada enggaknya. Enaknya ya karena saya jadi punya kerja, punya penghasilan. Soalnya kan saya lulusan SD dan jaman sekarang susah mencari pekerjaan susah. Tidak enaknya ya pendapatanya tidak sesuai kebutuhan kadang ada ruginya kalau dagangan saya tidak laku. Kalau masalah lapak mau digusur ya saya tidak setuju karena kan penghasilan saya cuman disini kalau lapak digusur saya tidak punya penghasilan terus keluarga saya mau dikasih makan apa. Terkecuali kalau pemerintah menggantikan pekerjaan dan nyediain perkerjaan juga bukan kami para pedagang lapak. Penghasilan perhari saya aja tidak tentu kadang hanya Rp.10.000,- itu juga belum bayar kebersihan, kadang saya juga ngambil pisang di kebun orang jadi kami harus bagi hasil.

Satu pisang duhargain Rp.5000,- s/d Rp.10.000,- itu tergantung jenis pisangnya. Tapi kalu lagi weekend hari sabtu minggu itu saya hargain 2x lipat nya. Kami pikir karena banyak para wisata dari luar kota (aji mumpung). Kalaupun penjualan tidak terjual terpaksa saya dan keluarga saya yang makan sendiri atau saya keliling kampung menjualnya dengan harga rendah.

 

2.3 Profil Narasumber

Nama : Ujang Saidi

Alamat : Kp. Pendeui Gadog

Umur : 57 Tahun

 

2.4 Kesimpulan

Jalan Raya Puncak Bogor memang sudah banyak lapak-lapak berjajar disepanjang jalannya. Itu membuat para wisata lebih mudah memburu oleh-oleh, tapi kita belum tahu apakah para penjual lapak tersebut hidup sejahtera atau tidak. Bahkan akhir-akhir ini banyak isu terkait penggusuran lapak dikarenakan menghalangi kantor, rumah ataupun bangunan yang ada disepanjang jalur puncak. Namun setelah adanya diskusi dengan pemerintah, para pedagang lapak cukup puas dengan hasil yang ditentukan, yaitu tetap berjualan di sepanjang jalur puncak dengan syarat bisa menjaga kebersihan dan keindahannya juga membayar pajak perbulan Rp.5000,- per bulan.

Ari Herlangga_Tugas 5 (Revisi)_TOR dan Hasil Penelitian

Nama : Ari Herlangga
Kelas : Kessos 2A
Nim : 1113054100027

 PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP TINGKAT PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANGAKATAN 2013

 

1.      Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta memajukan bangsa dan negara. Dalam arti luasnya, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap individu.

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sejak orde baru telah mengadakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran".

Penyelenggaraan pendidikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan perguruan tinggi dengan proses pengajaran yang berjenjang dan berkesinambungan. Sedang pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah dan perguruan  tinggi tanpa proses pengajaran yang berjenjang dan berkesinambungan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang berada di luar pendidikan formal. Dalam keluarga diselenggarakan pendidikan keluarga dengan pemberikan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan mengenai agama, moral, etika, budaya, dan keterampilan. Sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pendidikan. Dengan demikian, latar belakang keluarga harus diperhatikan guna tercapainya pendidikan yang maksimal.

Orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah tiga unsur yang bertanggungjawab dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan pemerintah bertugas menyiapkan sarana dan prasarana diselenggarakannya proses pendidikan, seperti kampus, dosen, pengawai yang mengurusi administrasi kampus dalam suatu perguruan tinggi. Bahar dalam  Maftukhah  (2007), menyatakan bahwa: pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas lebih banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka. Anak-anak yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang mendapat bimbingan dan pengarahan yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keluarga mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan anak karena keluarga adalah lembaga sosial pertama dalam hidup manusia. Dalam keluarga, orang tua memiliki tugas dan kewajiban dalam memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan anak, terutama dalam hal finansial. Dikatakan bahwa orang tua yang berstatus sosial ekonomi tinggi, tidaklah banyak mengalami kesulitan dalam proses pendidikan anaknya. Sebaliknya, bagi orang tua yang berstatus sosial  

Dalam proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang yang terkadang mahal. Akibatnya bagi orang tua yang tidak  mampu memenuhi sarana penunjang tersebut, maka anak akan terhambat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber daya manusia menjadi rendah sehingga menghambat kemajuan bangsa dan negara.

Keadaan demikian dapat kita lihat di jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, dalam kelas tersebut terdapat mahasiswa-mahasiswi dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Adanya perbedaan status sosial ekonomi orang tua para mahasiswa-mahasiswi tersebut mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran terutama dalam membiayai seluruh keperluaan pembelajaran. Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor dalam mencapai keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana besarnya pengaruh status sosial orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah .

 

2. Pertanyaan Penelitian

            Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.    Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa Kesejahteraan   Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah?

2.    Bagaimanakah tingkat prestasi akademik mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah ?

3.    Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah?

 

 

3.      Tujuan Penelitian

 

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a.       untuk mengetahui gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

b.      Untuk mengetahui tingkat prestasi akademik mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

c.       Untuk mengetahui besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

 

4.      Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

a.       Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi dan pengaruh status sosial ekonomi orang tua mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

b.      Secara Praktis

Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

 

5.      Hipotesis

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.

 

D.    Metode Penelitian

 

1.      Populasi dan Sampel

a.      Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar kita (Sugiyono, 2009:80).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar yang berjumlah 54 mahasiswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 36 perempuan.

b.      Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti menganggap populasi dalam penelitian ini adalah homogen yaitu keseluruhan populasi adalah mahasiswa.

2.      Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2009:38) mendefinisikan variabel sebagai atribut seseorang, atau subjek, yang mempunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu:

a.       Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah kondisi status sosial ekonomi orang tua mahasiswa yaitu:

1.                 Tingkat pendidikan

2.                 Tingkat pendapatan

3.                 Pemilikan kekayaan

4.                 Jenis tempat tinggal

 

b.      Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah prestasi akademik mahasiswa yaitu nilai Indeks Prestasi Akademik (IPK) mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.

3.      Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:202).

Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu:

a.         Instrumen yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua mahasiswa.

b.        Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi akademik mahasiswa.

 

4.      Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket. Angket digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi orang tua mahasiswa dan prestasi akademik mahasiswa.

 

HASIL LAPORAN PENELITIAN :

Secara teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa. Secara sederhana dapat terlihat bahwa keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mudah memenuhi segala kebutuhan hidupnya, termasuk dalam kemudahan memperoleh akses-akses yang berhubungan dengan pendidikan. Sebaliknya, keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki maka anak mengalami kesulitan dalam memperoleh pendidikan.

 

 


Rr. Aisyah Perwitasari_tugas5_perbaikan penelitian

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lapak ialah tempat dimana para pedagang kaki lima dijalur puncak mencari pendapatan sehari-hari. Untuk mendapatkan kesejahteraan mereka harus mempertahankan lapaknya yang akhir-akhir ini sedang tersandung masalah. Akan ada penggusuran, alasannya lapak mereka berdiri dipinggir jalan puncak yang menghalangi bangunan seperti Bank, kantor-kantor, restoran ataupun rumah-rumah warga.

Para pedagang lapak ini tidak mempunyai pekerjaan lain kecuali mendirikan lapak mereka. Jadi, para pedagang hanya mengandalkan para lapaknya saja.

Pemerintah sekitar telah memberikan izin untuk mendirikan lapak meraka dengan catatan memperhatikan keindahan dan kebersihan di sepanjang jalan puncak. Ada sekitar 80 pedagang di daerah Gadog Kecamatan Megamendung.

 

1.2  Pertanyaan Penelitian

a.          Bagaimana kesejahteraan para pedagang lapak?

b.         Bagaimana kehidupan mereka bila lapak mereka tergusur?

 

1.3 Metode

Metode yang digunakan ialah metode Kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung.

Metode Studi Kasus : pengamatan tentang individu, suatu kelompok masyarakat ataupun lembaga-lembaga. Yang digunakan dalam metode ini ialah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionaire) dan keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang diamati (participant observer technique).

 

1.4 Teori

Menurut Max Weber sebuah tindakan manusia dapat berubah makna menjadi sebuah bentuk tindakan yang bermakna sosial manaka tindakan itu ditujukan pada orang lain. Tindakan yang bermakna sosial itu dalam bahasa yang lebih khusus olehMax Weber disebutnya sebagai tindakan sosial. Tindakan ini terjadi dibawah pengaruh keadaan emosional seseorang. Sama seperti tindakan tradisional, tindaka afektif juga memiliki sifat naluriah, tidak sadar atau tidak dapat dimengerti dan hanya dapat dijelaskan oleh psikologi dan psikoanalisa. Tindakan afektif ditandai dengan fakta bahwa tindakan tersebut tidak membawa tujuan untuk berakhir, tetapi sebagai tujuan itu sendiri dan murni untuk kepentingan dirinya sendiri. Tindakan ini juga bersifat irrasional.

 

1.5 Area Riset

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Jl. Raya Puncak, Kecamatan Megamendung, Cisarua dan Tugu, Kabupaten Bogor.

Objek : Lapak di sepanjang Jalur Puncak

Narasumber : Pedagang Lapak

Waktu penelitian : Dilaksanakan pada tanggal 19 April 2014 dan akan dilanjutkan pada tanggal 3 Mei 2014

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pertanyaan Lapangan

a.       Sudah berapa lama anda menempati lapak disini?

b.      Apa suka duka anda selama menempati lapak ini?

c.       Bagaimana tanggapan anda terhadap lapak yang kabarnya akan digusur oleh pemerintah?

d.      Apakah anda mempunyai penghasilan lain selain berjualan disini?

e.       berapa penghasilan anda perhari dalan penjualan?

f.        apakah dengan penjualan disini anda bisa menutup keuangan keluarga anda?

g.       apabila makanan yang anda jual tidak laku dan mulai membusuk, apa yang anda lakukan dengan sisa jualan anda?

 

2.2 Jawaban Narasumber

Nama saya Ujang umur 57 tahun, asli Bogor alamat rumah Kp. Pendeui Gadog. Saya sudah 15 tahun jualan disini, ada enaknya ada enggaknya. Enaknya ya karena saya jadi punya kerja, punya penghasilan. Soalnya kan saya lulusan SD dan jaman sekarang susah mencari pekerjaan susah. Tidak enaknya ya pendapatanya tidak sesuai kebutuhan kadang ada ruginya kalau dagangan saya tidak laku. Kalau masalah lapak mau digusur ya saya tidak setuju karena kan penghasilan saya cuman disini kalau lapak digusur saya tidak punya penghasilan terus keluarga saya mau dikasih makan apa. Terkecuali kalau pemerintah menggantikan pekerjaan dan nyediain perkerjaan juga bukan kami para pedagang lapak. Penghasilan perhari saya aja tidak tentu kadang hanya Rp.10.000,- itu juga belum bayar kebersihan, kadang saya juga ngambil pisang di kebun orang jadi kami harus bagi hasil.

Satu pisang duhargain Rp.5000,- s/d Rp.10.000,- itu tergantung jenis pisangnya. Tapi kalu lagi weekend hari sabtu minggu itu saya hargain 2x lipat nya. Kami pikir karena banyak para wisata dari luar kota (aji mumpung). Kalaupun penjualan tidak terjual terpaksa saya dan keluarga saya yang makan sendiri atau saya keliling kampung menjualnya dengan harga rendah.

 

2.3 Profil Narasumber

Nama : Ujang Saidi

Alamat : Kp. Pendeui Gadog

Umur : 57 Tahun

 

2.4 Kesimpulan

Jalan Raya Puncak Bogor memang sudah banyak lapak-lapak berjajar disepanjang jalannya. Itu membuat para wisata lebih mudah memburu oleh-oleh, tapi kita belum tahu apakah para penjual lapak tersebut hidup sejahtera atau tidak. Bahkan akhir-akhir ini banyak isu terkait penggusuran lapak dikarenakan menghalangi kantor, rumah ataupun bangunan yang ada disepanjang jalur puncak. Namun setelah adanya diskusi dengan pemerintah, para pedagang lapak cukup puas dengan hasil yang ditentukan, yaitu tetap berjualan di sepanjang jalur puncak dengan syarat bisa menjaga kebersihan dan keindahannya juga membayar pajak perbulan Rp.5000,- per bulan.

Cari Blog Ini