Nama : Siti Fatimah
Nim : 11150510000015
Kelas : KPI 1 A
Tugas 5
Keluarga Besarku
Untuk membuat deskripsi keluarga ini saya menelpon keluarga saya di
Lampung, pada pukul 07.02 wib saya mengirim pesan kepada mamah saya
agar mamah menelpon saya, sebab saya tidak memiliki cukup pulsa di
kartu prabayar saya. Tiga menit kemudian mamah menelpon saya, supaya
beliau tidak marah karena saya minta di telpon karena tugas yang harus
dikumpulkan hari ini juga, saya menceritakan tentang uang simpanan
saya yang sudah tidak cukup lagi untuk membayar uang kost bulan ini.
Setelah pembicaraan semakin hangat barulah saya bertanya kepada mamah
tentang asal-usul keluarga saya. Ternyata mamah juga kurang begitu
paham, jadi mamah berjanji akan menelpon beberapa jam kemudian setelah
beliau bertanya dengan ayah saya. Tepat pukul 15.00 wib, mamah saya
menelpon kembali beliau menceritakan semua hal yang saya butuhkan
dalam membuat deskripsi ini.
1. Asal-usul keluarga besarku
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki ikatan
batin yang kuat. Keluarga terbagi menjadi dua, yaitu keluarga inti dan
keluarga besar. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Sedangkan kelurga besar adalah kumpulan dari beberapa keluarga inti.
Pembentukan keluarga dapat melalui proses pernikahan, adopsi,
keturunan.
Dimulai dari asal usul ayah saya, kakek dari ayah saya bernama As'ari
beliau orang asli Jawa Timur Tulung Agung dan mendapatkan jodoh
bernama Jainab orang yang satu desa dengannya. Pasangan ini memiliki 9
anak dan ayah dari ayah saya adalah anak ke sembilan, bernama Imam
Nawawi dan beristri Marjunah. Hanya Marjunahlah yang sampai sekarang
tetap setia menemani 8 anak, cucu, buyut, dan cicitnya. Pada era
pemerintahan Soeharto, ayah dan ibu dari ayah saya mengikuti program
transmigrasi swadaya hingga sampailah ke Lampung Tengah.
Asal-usul keluarga mamah saya, kakek dan nenek dari mamah saya adalah
keturunan suku Sunda yang tinggal di daerah Indramayu. Kakek dari
mamah saya bernama Mustamin dan nenek bernama Asma, mereka memiliki
delapan orang anak. Ayahnnya mamah bernama Yaktadi anak ketiga dan
istrinya Susilah yang di karuniai sepuluh anak dan mamah adalah anak
kesembilan. Seluruh keluarga tinggal di Indramayu Jawa Barat. Sebagai
orang yang bersuku Sunda, seperti keluarga mamah saya adalah orang
yang bersikap lembut, para anak perempuannya suka berdandan, sangat
menghormati kaum laki-laki. Terkenal sebagai keluarga yang gemar
membantu orang lain secara sukarela.
Ayah dan ibu saya bernama Imam Mukarom dan Siti Nuryani, di persatukan
dalam ikatan pernikahan sejak 1986, dan memiliki empat anak. Saya
adalah anak ketiga. Seorang wanita sunda asli biasanya memiliki ego
yang khas dalam dirinya bisa dikatakan prinsip pribadi yang diturunkan
dari keluarga, dan seorang laki-laki jawa asli khususnya Jawa Timur
memiliki sikap jaga wibawa yang khas. Kedua sifat ini secara nalar
tidak akan bisa di persatukan tetapi karena megic power yaitu cinta
kedua insan ini dapat menjalani rumah tangga. Tetapi karena hal yang
tersebut diatas perbedaan pendapat personal bukan hal yang tabu lagi
terjadi. Belajar dari beberapa fakta yang terjadi dalam keluarga saya,
ternyata setiap suku akan membentuk kepribadian seseorang menjadi
sangat khas dan dari perangainya kita dapat menilai seseorang berasal
dari suku apa.
2. Jaringan Sosial
Sebelum mimiliki rumah sendiri ayah dan mamah saya tinggal dirumah
nenek. Nenek adalah seorang penjual tembakau kering (mbako) untuk
merokok pada jaman dulu. Secara langsung membuat nenek saya menjadi
orang yang banyak dikenal orang, karena ketika itu nenek saya adalah
penjual tembakau kering terlengkap satu-satunya. Dalam membangun
relasi, ketika masih muda nenek suka berkunjung kerumah-rumah tetangga
atau saudara-saudara angkatnya dengan membawa oleh-oleh. Beliau
dikenal sebagai orang yang tidak pelit. Ayah dan mamah saya pun
bekerja sebagai penjual buah-buahan di pasar yang sama, sudah barang
tentu jaringan sosial yang di bangun karena motif ekonomi sebagai
penjual dan pembeli atau sebagai agen barang dan penjual. Tetepi
setelah mamah melahirkan anak kedua, mamah dan ayah berhenti berdagang
karena ada beberapa alasan tersendiri.
Mamah saya seorang yang aktif mengikuti majlis talim, bahkan mamah
saya menjadi ketua majlis talim di desa saya. Hingga hari ini belum
ada yang mau untuk menggantikan posisi mamah saya sebagai ketua.
Menjadi seorang ketua membuat mamah saya banyak dikenal orang dan
terkadang berelasi dengan ketua talim di desa lain. Mamah juga sebagai
ketua grup hadroh di desa. Mamah yang hanya lulusan sekolah menengah
pertama tetapi banyak dipercayai orang lain untuk memegang taggung
jawab.
Ayah saya adalah seorang bayan (kepala dusun) sejak tahun 1990, empat
tahun setelah menikah ayah saya dipercayai untuk memegang tanggung
jawab tersebut. Menjadi bagian dari pemerintahan terendah saja sudah
membuat ayah saya dikenal banyak orang, karena ayah harus secara aktif
mendata warga di daerahnya. Setiap kali pembayaran pbb ayah saya, akan
menjadi orang yang sangat sibuk. Padahal menjadi seorang bayan tidak
mampu mengubah kehidupan perekonomian keluarga. Justru membuat ayah
saya memnghabiskan waktunya dengan komplain dari warganya, ketika
bantuan dari pemerintahan pusat yang mengambil data asal tembak atau
data yang sudah kadarluasa untuk menyalurkan bantuannya. Karena itulah
rumah saya tidak pernah sepi dari tamu walau hanya sehari. Ayah juga
adalah orang yang ramah dan suka bercerita. Dimanapun ayahku berada
dan dengan siapapun itu ayahku selalu berusaha untuk bercengkrama
dengan orang lain, hal ini pula yang membuat ayah dikenal banyak
orang.
Mengembangkan potensi diri masing-masing adalah cara keluarga besar
saya untuk bisa berkompetisi dengan keluarga lain.
3. Nilai dan sistem sosial yang dipergunakan di dalam keluarga
Walaupun tidak begitu dimunculkan tetapi di keluarga saya menganut
sistem kekerabatan patrilineal. Anak laki-laki dalam keluarga kami
menjadi utama, saya mengambil kesimpulan dari fakta yang saya alami di
keluarga saya bahwa anak laki-laki adalah bagian dari emasnya
keluarga. Benar saja ketika saya dan kedua kakak perempuan saya harus
mengalah ketika berbagi makan dengan adik laki-laki saya satu-satunya.
Semua yang adik laki-laki saya inginkan akan cepet di kabulkan oleh
kedua orang tua saya. Begitu pula tentang pekerjaan rumah yang
keseluruhannya di kerjakan oleh anak perempuan, tanpa ada sedikitpun
disentuh oleh anak laki-laki. Hingga adik laki-laki saya berusia 14
tahun dia belum memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah.
Setiap akhir pekan saya memiliki tugas mencuci baju, sepatu, dan
merapikan tempat tidur adik laki-laki saya.
Selain itu keluarga kami berpedoman pada ajaran agama islam. Ayah dan
mamah sangat ketat terhadap anak-anaknya jika menyoal ibadah wajib
seperti sholat dan puasa. Ayah dan mamah juga melarang anak-anaknya
untuk berpacaran. Jika ada yang ingin menikah maka pernikahan akan
dilangsungkan paling lambat 30 hari dari proses lamaran. Anak tertua
adalah pengganti dari ayah dan mamah walaupun dia seorang perempuan,
tetapi untuk sementara waktu saja karena anak laki-laki di keluarga
kami belum mampu berfikir dewasa. Setiap sholat subuh dan maghrib
keluarga kami selalu sholat berjamaah setelah itu mengaji Al-Qur'an.
Mamah sangat melarang anak-anakanya menggunakan pakaian yang ketat
(pres body) apalagi jika tidak berkerudung ketika keluar dari rumah.
Hal-hal di atas adalah cara ayah dan mamah saya mendidik anak-anaknya
agar selamat di dunia dan akhirat. Di sisi lain hal ini membuat saya
menilai baik buruk orang lain dengan ukuran yang ada di keluarga saya
ini.
Ayah dan mamah sepakat untuk tidak akan merestui anaknya menikah
dengan orang yang asli suku Lampung. Walaupun mereka membesarkan
anak-anaknya di tanah Lampung. Hal ini didasari pandangan stereotif
terhadap suku Lampung yang berperangai buruk, memandang kesuksesan
hanya dari segi seberapa banyak ia memiliki harta. Selain itu tradisi
yang menjadikan laki-laki seolah raja dirumahnya sehingga menjadikan
istrinya sebagai pembantu rumah tangga. Sebenarnya tidak semua
laki-laki suku Lampung asli seperti itu, hanya saja sebagian besar
fakta yang oang tua saya ketahui seperti yang tertulis diatas.