Rabu, 14 Oktober 2015

nita jurnalistik 1B keluarga besarku tugas 5

Nita

Jurnalistik 1B

KELUARGA BESAR

A.    Asal Usul

Setiap manusia di bumi ini pasti memiliki keluarga, baik dari keluarga yang kecil hingga keluarga besar. Keluarga merupakan suatu ikatan unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah atap yang sama dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga itu terdiri dari inti keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Dan keluarga besar merupakan inti keluarga yang terdiri dari sanak saudara, seperti kakek, nenek, sepupu, paman, bibi, kakak ipar dan sebagainya.

Nama saya nita  saya di lahirkan di garut, 17 july 1997 saya anak ke 5 dari 5 bersaudara bapak saya bernama rodin dan ibu saya bernama rohana saya adalah anak dari orang sunda orang tua saya asli orang sunda mereka lahir dan besar di sunda tepatnya di garut jawa barat bapak saya adalah anak ke ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan bapak pulan dan ibu uwar sadangkan ibu saya anak ke 4 dari pasangan bapak indi dan ibu diah.

Kakak pertama saya bernama nuraini dan dia saudah berkeluarga dia memliliki seorang suami yang bernama dayat, dia mempunyai  5 orang anak.

B.     Jaringan sosial

Setiap manusia di bumi ini pasti memiliki keluarga, baik dari keluarga yang kecil hingga keluarga besar. Keluarga merupakan suatu ikatan unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah atap yang sama dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga itu terdiri dari inti keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Dan keluarga besar merupakan inti keluarga yang terdiri dari sanak saudara, seperti kakek, nenek, sepupu, paman, bibi, kakak ipar dan sebagainya.

C.    Nilai nilai sosial dan sistem sosial budaya

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

 

Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:

·         Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang

·         Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten

·         Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang

·          Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan kannya.

Metode penulisan

·        Menanyakan langsung ke keluarga

·        Pengertian pengertiannya berasal dari wikipidia

Misbahul Anam_KPI 1B_Tugas 5

Nama : Misbahul Anam

NIM :11150510000071

Kelas : KPI 1B

Keluarga Besarku

 

A.    Asal-usul keluargaku

 

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang menetap dalam satu atap, lalu terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, ibu dan anak sebagai anggotanya. Keharmonisan keluarga bisa diciptakan oleh para anggota keluarga itu sendiri. Komunikasi yang baik menjadi salah satu syarat untuk terciptanya sebuah keluarga harmonis.

Nama saya Misbahul Anam, saya lahir di Jakarta dan saya anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah saya bernama Bahrudin Misbah dan Ibu saya bernama Jaetin. Dua orang tua saya berasal dari keturunan pasundan (orang-orang sunda). Tapi mereka dari daerah yang berbeda, kalo Ayah saya berasal dari Sunda Banten dan Ibu saya dari Sunda Cirebon. Ayah saya memiliki nasab dari keluarga kerajaan Banten.

Ayah dan Ibu saya adalah orang perantauan, mereka merantau di Jakarta semenjak mereka taman sekolah atau mondok di Pondok Pesantren. Ayah dan Ibu saya  di pertemukan di Kota Jakarta saat mereka berprofesi menjadi guru sekolah.

Ayah saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, beliau lahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayah saya menjadi yatim saat umur beliau masih enam tahun dan harus bekerja untuk menafkahi Ibu dan dua orang adik beliau. Dulu Ayah saya menjadi seorang petani dan pengembala saat umurnya masih tujuh tahun.

Lain lagi dengan Ibu saya, beliau anak ketiga dari tiga belas bersaudara. Ibu saya lahir dari keluarga saudagar, karna waktu itu Ayah dari Ibu saya adalah seorang juragan tanah di Cirebon.

 

B.     Jaringan Sosial

 

Jaringan sosial adalah suatu koneksi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan individu yang dijalin karena adanya satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan dll.

Keluarga besar saya berasal dari orang-orang yang agamis, Ayah saya menjadi guru agama dan ibu saya menjadi guru ngaji Al-Qur'an. Mereka berdua juga berkecimpung dalam dunia Wirausaha, Ayah saya memiliki usaha pakaian muslim dan Ibu saya juga memiliki usaha toko sembako. Dari situlah mereka bisa membiayai saya dan adik saya sampai sekarang. Ayah saya juga sekarang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Riyadhul Mu'minin di daerah Jakarta Barat.

 

C.    Nilai Sosial dan Budaya Keluargaku

 

Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, benar atau salah.

Setiap keluarga memilika nilai sosial dan budayanya masing-masing, begitu pula dalam keluarga besar saya yang berasal dari orang-orang agamis. Dalam keluarga beasar saya sangat mempertahankan etika atau adab dalam keluarga besar kami, seperti memanggil kakak atau paman kepada orang yang kedudukan nasabnya lebih tua, walaupun lebih muda dari umur kita.

Dan karna keluarga besar saya berasal dari pasundan, dalam keluarga kami juga ada budaya atau adat yang melarang lelaki yang yang berdarahkan sunda menikahi perempuan yang berdarahkan jawa.

Dalam keluarga besar kami juga di wajibkan  melanjutkan pendidikan Al-Qur'an dan bela diri saat umur kami menginjak tujuh tahun. Di keluarga saya juga mewajibkan anak-anaknya memakan bangku pendidikan di Pondok Pesantren.

Di keluarga besar saya juga mengharuskan kepada setiap kepalanya mengaji Al-Qur'an setiap hari, mengaji Fiqih dan Hadits seminggu dua kali, mengirim doa seperti yasinan, tahlilan dan manaqiban setiap seminggu sekali.

Di keluarga saya juga melanggar keras anggota keluarganya berpacaran, minum minuman keras, berjudi dan mencuri. Di keluarga kami juga di tanamkan rasa Iba ke pada orang yang membutuhkan, hidup sederhana dan mewajibkan anak-anaknya menabung.

Keluarga Besarku_Januwarti Nurul Aini_KPI 1B_Tugas 5

KELUARGA BESARKU

1.      ASAL USUL

Keluarga merupaka unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.Lingkungan keluarga yang kondusif menentukan optimalisasi perkembangan pribadi ,penyesuaian diri ,kemampuan bersosialisasi, kecerdasan ,kreativitas ,moral ,juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan.Karena pada dasarnya manusia itu memiliki potensi yang positif untuk berkembang akan tetapi potensi itu bisa teraktualisasikan atau tidak,sangat ditentukan oleh peran pendidikan dalam keluarga.

            Salah satu teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalah Teori Struktural- fungsional/ Teori Sistem.Pendekatan teori sosiologi struktural-fungsionalbiasa digunakan oleh Spencer dan Durkheim yang menyangkut struktur (aturan pola sosial) dan fungsinya dalam masyarakat dan pada kehidupan sosial secara total.

            Saya berasal dari sebuah keluarga besar antar suku jawa dan betawi, Ibu saya berasal dari jawa dan Bapak saya dari betawi, saya lahir di kota jakarta dan dibesarkan di kota jakarta pula, ibu saya dari kecil hidup di jawa beranjak remaja ibu saya merantau ke jakarta untuk mengadu nasip dan akhirnya bertemu dengan bapak saya.

            Nama saya Januwarti Nurul Aini saya lahir di jakarta pada awal tahun 1997 saya memiliki bapak yang bernama Abdul Mutholib beliau seorang pekerja keras seorang wirausahawan yang berprosesi sebagai pedagang, Ibu saya pun demikian seperti bapak saya, saya anak kedua dari tiga bersaudara, kakak saya bernama Chairul Anam kelahiran akhir tahun 1992 sekarang masih bergelut di dunia perkuliahan karena sempat mengambil cuti akhir tahun lalu sekarang melanjutkan kuliah dan sedang dalam proses penyusunan skripsi, adik saya bernama unique Nur Fatmala Kelahiran tahun 2002 dan sekarang masih duduk di bangku SMP kelas delapan di sebuah pondok pesantren di kota bogor, Dan saya Januwarti Nurul Aini sekarang saya seorang mahasiswi di sebuah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

 

1.                  JARINGAN SOSIAL

            Jaringan sosial adalah sebuah pola koneksi dalam hubungan sosial individu, kelompok dan berbagai bentuk kolektif lain.Hubungan ini bisa berupa hubungan interpersonal atau bisa juga bersifat ekonomi ,politik atau hubungan sosial yang lain.Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus ,dimana "ikatan" yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial.Berpijak pada jenis ikatan  ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia.

            Dalam keluarga besar saya jaringan sosial adalah pengusaha karena dari adik-kakak bapak dan ibu saya rata-rata pedagang dan ada sebagian dari keluarga Bapak saya seorang karyawan di sebuah perusahaan-perusahaan di jakarta, namun dari keluarga ibu saya hampir semuanya adalah seorang pedagang, dan kakak saya awalnya seorang karyawan di sebuah perusahaan hanya saja tidak dilanjutkan dan memilih untuk resign dari jabatannya dan memilih untuk meneruskan usaha keluarga dan sekarang kakak saya pedagang menggantikan bapak saya, namun dari diri saya sendiri saya tidak merasa memiliki jiwa pedagang seperti ibu dan bapak saya, saya lebih memilih untuk bekerja di jalan yang berbeda, saya ingin menjadi seorang broadcaster yang berpengalaman dan diminati orang banyak.

1.                  NILAI-NILAI SOSIAL DALAM KELUARGA

Nilai sosial lahir sebagai bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan dan disepakati bersama untuk mencapai ketentraman hidup bersama orang lain.Diharapkan manusia mempunyai gambaran yang mana yang baik dan mana yang buruk ,serta mana yang boleh dan mana yang dilarang.

Dalam keluarga saya, nilai-nilai sosial yang dijaga yaitu sopan santun terhadap orang yang lebih tua, tidak boleh membangkang terhadap orang yang lebih tua apalagi terhadap orang tua, harus mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Dalam hal ini keluarga saya lebih memperdalam nilai-nilai sosial dalam suku jawa, karena suku jawa sangat ketat akan adat-adat serupa.Dari cara berbicara, makan, berkumpul dan tata krama lainnya. Otentik adalah manusia yang selalu berperilaku santun terhadap orang lain.Dalam keluarga kami sangat mendahulukan sopan dan satun juga kedisiplinan.Sikap sopan dan santun kami terapkan kepada siapa pun terlebih kepada yang lebih tua.Bila semua masyarakat mengikuti norma dan etika, tidak akan ada konflik di dalam masyarakat,dan hubungan pun terjalin harmonis.

Hal-hal yang sudah dijabarkan di atas tadi memang cukup sepele, tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Semua itu pun harus dipupuk dari kecil, agar terbiasa berkehidupan dengan sopan dan santun.Semua itu dapat dibiasakan yaitu  perlu peran besar dari orang tua bagaimana mendidik anak-anaknya ,juga bagaimana pola pergaulannya di luar rumah.Selanjutnya kembali kepada masing-masing karena pada dasarnya semua orang tua bahkan yang bukan dari suku Jawa sekali pun pasti mendidik anaknya untuk sopan dan santun kepada orang lain.

 

 

danang nurhidayana-kpi 1 b- keluarga besarku- tugas 5

~KELUARGA BESAR~

 

ASAL-USUL KELUARGA

Setiap manusia di bumi ini pasti memiliki keluarga, baik dari keluarga yang kecil hingga keluarga besar. Keluarga merupakan suatu ikatan unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah atap yang sama dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga itu terdiri dari inti keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Dan keluarga besar merupakan inti keluarga yang terdiri dari sanak saudara, seperti kakek, nenek, sepupu, paman, bibi, kakak ipar dan sebagainya.

Danang nurhidayana yaitu nama saya, dilahirkan di Bogor, 25 agustus 1997. Saya anak ke-tiga dari tiga orang bersaudara. Bapak saya bernama Sudiyono dan ibu saya bernama Dewi Chusnul Chotimah. Saya adalah anak dari orang jawa namun jawa nya tercampur, bapak saya dari Yogyakarta asli dan ibu saya dari  Garut asli. Bapak saya anak tunggal dari pasangan Martosuito dan ibu Payemsetroirono. Sedangkan ibu saya anak ke dua dari pasangan Holil dan Hj.uken. dari keluarga besar bapak saya, saya mempunyai banyak saudara sepupu walaupun bapak saya terlahir dari anak tunggal, namun saya tak bisa menceritakannya disini karena sangat panjang ceritanya jadi intinya saudara sepupu dari bapak saya ada banyak, dan dari keluarga besar ibu saya hanya punya dua puluh saudara sepupu. Kakak pertama saya yang bernama donny nurdiansyah dan ia sudah bekerja di Asei asuransi dan ia memiliki istri yang bernama diannella dan istrinya sedang hamil 8 bulan, lalu kakak ke dua saya yang bernama agung dwiyansyah ia pun sama sudah bekerja juga di kementrian Pendidikan dan Kebudayaan namun ia belum menikah. Kalau bapak saya bekerja di kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sama seperti kakak kedua saya namun beda selisih lantai kalau ibu saya hanya jadi ibu rumah tangga.

JARINGAN SOSIAL

Jaringan sosial merupakan sebuah koneksi dalam hubungan sosial individu, kelompok dan lain-lain. Jaringan sosial yang dialami dari keluarga besar saya bermacam-macam. Bapak saya bekerja di kementrian pendidikan dan kebudayaan dan ibu saya hanya sebagai ibu rumah tangga namun ibu saya kadang mencari uang sambilan sebagai tukang jahit dirumah saya. Kemudian  kebanyakan keluarga dari bapak saya berpropesi pegawai negri sipil contoh nya pak de saya dia seorang jendral TNI AD bintang dua dan yang satu lagi sama TNI juga namun beliau beda pangkat  sedangkan pakde saya yang satu lagi bergabung di partai politik PDIP pokoknya semuanya saudara dari bapak saya kebanyakan adalah pegawai negri sipil. Kemudian kebanyakan keluarga dari ibu saya ber profesi sebagai guru ngaji dan guru agama, karena keluarga besar dari ibu saya sangatlah kuat dan masih kental dengan budaya islam dan ajarannya. Misalkan mamang saya dia seorang guru ngaji dan dia mempunyai buka praktek pengobatan untuk orang yang sakit jiwa maupun sakit-sakit lainnya dan cabang nya hanya ada di Garut yaitu kampung dari ibu saya itu sendiri.

NILAI-NILAI DAN SISTEM SOSIAL YANG DIPERGUNAKAN DI DALAM KELUARGA

Nilai-nilai budaya merupakan nilai yang disepakati oleh suatu masyarakat yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Setiap orang memiliki adat dan budaya yang berbeda dan tidak bisa disamakan antara budaya sattu dengan lainnya. Di keluarga saya soal adat istiadat dan budaya jawa tidak terlalu kental ya tidak tahu kenapa bapak saya tidak menerapkan adat dan budaya itu tersendiri. Namun jika di keluarga besar saya masih kental soal adat istiadat dan budaya jawa nya, karena keluarga besar saya keturunan keraton Yogyakarta dari bapak saya kalau dari ibu saya itu soal adat tidak pernah di terapkan dirumah namun ibu saya mengajarkan soal agama yang kental, Contoh tidak boleh meninggalkan solat lima waktu dan ngaji pada setiap malam kemudian akhlak harus dijaga itulah ibu saya menerapkan di keluarga saya. Walaupun saya keturunan jawa tengah dan jawa barat karena saya sudah sangat lama tinggal, besar, mencari kehidupan di Jakarta maka tidak heran jika saya mengikuti budaya betawi seperti dari bahasa, gaya hidup, pergaulan lingkungan serta tradisi betawi pun saya sempat mengikuti.

 Contoh nilai budaya yang dipergunakan di keluarga saya seperti:

1.      Mengerti soal ajaran ajaran agama islam

2.      Menghormati kepada orang yang lebih tua

3.      Harus mengikuti acara keluarga agar tetap menjalin silahturahmi

4.      Makan teratur pada waktunya

Menggunakan metode kuantitatif

Sumber wawancara dari narasumber orangtua

SITI FATIMAH_KPI 1 A_KELUARGA BESARKU_TUGAS 5

Nama : Siti Fatimah
Nim : 11150510000015
Kelas : KPI 1 A
Tugas 5

Keluarga Besarku
Untuk membuat deskripsi keluarga ini saya menelpon keluarga saya di
Lampung, pada pukul 07.02 wib saya mengirim pesan kepada mamah saya
agar mamah menelpon saya, sebab saya tidak memiliki cukup pulsa di
kartu prabayar saya. Tiga menit kemudian mamah menelpon saya, supaya
beliau tidak marah karena saya minta di telpon karena tugas yang harus
dikumpulkan hari ini juga, saya menceritakan tentang uang simpanan
saya yang sudah tidak cukup lagi untuk membayar uang kost bulan ini.
Setelah pembicaraan semakin hangat barulah saya bertanya kepada mamah
tentang asal-usul keluarga saya. Ternyata mamah juga kurang begitu
paham, jadi mamah berjanji akan menelpon beberapa jam kemudian setelah
beliau bertanya dengan ayah saya. Tepat pukul 15.00 wib, mamah saya
menelpon kembali beliau menceritakan semua hal yang saya butuhkan
dalam membuat deskripsi ini.
1. Asal-usul keluarga besarku
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki ikatan
batin yang kuat. Keluarga terbagi menjadi dua, yaitu keluarga inti dan
keluarga besar. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Sedangkan kelurga besar adalah kumpulan dari beberapa keluarga inti.
Pembentukan keluarga dapat melalui proses pernikahan, adopsi,
keturunan.
Dimulai dari asal usul ayah saya, kakek dari ayah saya bernama As'ari
beliau orang asli Jawa Timur Tulung Agung dan mendapatkan jodoh
bernama Jainab orang yang satu desa dengannya. Pasangan ini memiliki 9
anak dan ayah dari ayah saya adalah anak ke sembilan, bernama Imam
Nawawi dan beristri Marjunah. Hanya Marjunahlah yang sampai sekarang
tetap setia menemani 8 anak, cucu, buyut, dan cicitnya. Pada era
pemerintahan Soeharto, ayah dan ibu dari ayah saya mengikuti program
transmigrasi swadaya hingga sampailah ke Lampung Tengah.
Asal-usul keluarga mamah saya, kakek dan nenek dari mamah saya adalah
keturunan suku Sunda yang tinggal di daerah Indramayu. Kakek dari
mamah saya bernama Mustamin dan nenek bernama Asma, mereka memiliki
delapan orang anak. Ayahnnya mamah bernama Yaktadi anak ketiga dan
istrinya Susilah yang di karuniai sepuluh anak dan mamah adalah anak
kesembilan. Seluruh keluarga tinggal di Indramayu Jawa Barat. Sebagai
orang yang bersuku Sunda, seperti keluarga mamah saya adalah orang
yang bersikap lembut, para anak perempuannya suka berdandan, sangat
menghormati kaum laki-laki. Terkenal sebagai keluarga yang gemar
membantu orang lain secara sukarela.
Ayah dan ibu saya bernama Imam Mukarom dan Siti Nuryani, di persatukan
dalam ikatan pernikahan sejak 1986, dan memiliki empat anak. Saya
adalah anak ketiga. Seorang wanita sunda asli biasanya memiliki ego
yang khas dalam dirinya bisa dikatakan prinsip pribadi yang diturunkan
dari keluarga, dan seorang laki-laki jawa asli khususnya Jawa Timur
memiliki sikap jaga wibawa yang khas. Kedua sifat ini secara nalar
tidak akan bisa di persatukan tetapi karena megic power yaitu cinta
kedua insan ini dapat menjalani rumah tangga. Tetapi karena hal yang
tersebut diatas perbedaan pendapat personal bukan hal yang tabu lagi
terjadi. Belajar dari beberapa fakta yang terjadi dalam keluarga saya,
ternyata setiap suku akan membentuk kepribadian seseorang menjadi
sangat khas dan dari perangainya kita dapat menilai seseorang berasal
dari suku apa.

2. Jaringan Sosial
Sebelum mimiliki rumah sendiri ayah dan mamah saya tinggal dirumah
nenek. Nenek adalah seorang penjual tembakau kering (mbako) untuk
merokok pada jaman dulu. Secara langsung membuat nenek saya menjadi
orang yang banyak dikenal orang, karena ketika itu nenek saya adalah
penjual tembakau kering terlengkap satu-satunya. Dalam membangun
relasi, ketika masih muda nenek suka berkunjung kerumah-rumah tetangga
atau saudara-saudara angkatnya dengan membawa oleh-oleh. Beliau
dikenal sebagai orang yang tidak pelit. Ayah dan mamah saya pun
bekerja sebagai penjual buah-buahan di pasar yang sama, sudah barang
tentu jaringan sosial yang di bangun karena motif ekonomi sebagai
penjual dan pembeli atau sebagai agen barang dan penjual. Tetepi
setelah mamah melahirkan anak kedua, mamah dan ayah berhenti berdagang
karena ada beberapa alasan tersendiri.
Mamah saya seorang yang aktif mengikuti majlis talim, bahkan mamah
saya menjadi ketua majlis talim di desa saya. Hingga hari ini belum
ada yang mau untuk menggantikan posisi mamah saya sebagai ketua.
Menjadi seorang ketua membuat mamah saya banyak dikenal orang dan
terkadang berelasi dengan ketua talim di desa lain. Mamah juga sebagai
ketua grup hadroh di desa. Mamah yang hanya lulusan sekolah menengah
pertama tetapi banyak dipercayai orang lain untuk memegang taggung
jawab.
Ayah saya adalah seorang bayan (kepala dusun) sejak tahun 1990, empat
tahun setelah menikah ayah saya dipercayai untuk memegang tanggung
jawab tersebut. Menjadi bagian dari pemerintahan terendah saja sudah
membuat ayah saya dikenal banyak orang, karena ayah harus secara aktif
mendata warga di daerahnya. Setiap kali pembayaran pbb ayah saya, akan
menjadi orang yang sangat sibuk. Padahal menjadi seorang bayan tidak
mampu mengubah kehidupan perekonomian keluarga. Justru membuat ayah
saya memnghabiskan waktunya dengan komplain dari warganya, ketika
bantuan dari pemerintahan pusat yang mengambil data asal tembak atau
data yang sudah kadarluasa untuk menyalurkan bantuannya. Karena itulah
rumah saya tidak pernah sepi dari tamu walau hanya sehari. Ayah juga
adalah orang yang ramah dan suka bercerita. Dimanapun ayahku berada
dan dengan siapapun itu ayahku selalu berusaha untuk bercengkrama
dengan orang lain, hal ini pula yang membuat ayah dikenal banyak
orang.
Mengembangkan potensi diri masing-masing adalah cara keluarga besar
saya untuk bisa berkompetisi dengan keluarga lain.


3. Nilai dan sistem sosial yang dipergunakan di dalam keluarga
Walaupun tidak begitu dimunculkan tetapi di keluarga saya menganut
sistem kekerabatan patrilineal. Anak laki-laki dalam keluarga kami
menjadi utama, saya mengambil kesimpulan dari fakta yang saya alami di
keluarga saya bahwa anak laki-laki adalah bagian dari emasnya
keluarga. Benar saja ketika saya dan kedua kakak perempuan saya harus
mengalah ketika berbagi makan dengan adik laki-laki saya satu-satunya.
Semua yang adik laki-laki saya inginkan akan cepet di kabulkan oleh
kedua orang tua saya. Begitu pula tentang pekerjaan rumah yang
keseluruhannya di kerjakan oleh anak perempuan, tanpa ada sedikitpun
disentuh oleh anak laki-laki. Hingga adik laki-laki saya berusia 14
tahun dia belum memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah.
Setiap akhir pekan saya memiliki tugas mencuci baju, sepatu, dan
merapikan tempat tidur adik laki-laki saya.
Selain itu keluarga kami berpedoman pada ajaran agama islam. Ayah dan
mamah sangat ketat terhadap anak-anaknya jika menyoal ibadah wajib
seperti sholat dan puasa. Ayah dan mamah juga melarang anak-anaknya
untuk berpacaran. Jika ada yang ingin menikah maka pernikahan akan
dilangsungkan paling lambat 30 hari dari proses lamaran. Anak tertua
adalah pengganti dari ayah dan mamah walaupun dia seorang perempuan,
tetapi untuk sementara waktu saja karena anak laki-laki di keluarga
kami belum mampu berfikir dewasa. Setiap sholat subuh dan maghrib
keluarga kami selalu sholat berjamaah setelah itu mengaji Al-Qur'an.
Mamah sangat melarang anak-anakanya menggunakan pakaian yang ketat
(pres body) apalagi jika tidak berkerudung ketika keluar dari rumah.
Hal-hal di atas adalah cara ayah dan mamah saya mendidik anak-anaknya
agar selamat di dunia dan akhirat. Di sisi lain hal ini membuat saya
menilai baik buruk orang lain dengan ukuran yang ada di keluarga saya
ini.
Ayah dan mamah sepakat untuk tidak akan merestui anaknya menikah
dengan orang yang asli suku Lampung. Walaupun mereka membesarkan
anak-anaknya di tanah Lampung. Hal ini didasari pandangan stereotif
terhadap suku Lampung yang berperangai buruk, memandang kesuksesan
hanya dari segi seberapa banyak ia memiliki harta. Selain itu tradisi
yang menjadikan laki-laki seolah raja dirumahnya sehingga menjadikan
istrinya sebagai pembantu rumah tangga. Sebenarnya tidak semua
laki-laki suku Lampung asli seperti itu, hanya saja sebagian besar
fakta yang oang tua saya ketahui seperti yang tertulis diatas.

Dwike Nuraini_Jurnalistik 1 A_Keluarga Besarku_Tugas 5

Keluarga Besarku
 
1. Asal Usul

Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Saya Dwike Nuraini, anak kedua dari dua bersaudara yang kini mencari ilmu di UIN Syarif Hidaytullah Jakarta jurusan jurnalistik. Fitria Nurjanah, nama saudara perempuanku yang kini sedang menyusun skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan psikologi. Bapak saya bernama Yana Mulyana, lahir di Jayapura 2 September 1966. Beliau seorang guru musik di salah satu yayasan daerah Jakarta Timur. Beliau menjadi guru musik sejak tahun 1986, saat itu beliau masih mencari ilmu di UNJ dan wisuda pada tahun 1993. Beliau merupakan anak dari pasangan Karlan Sarjono yang berasal dari Cilacap dan Elis Sukaesih yang berasal dari Bandung. Kakek Karlan meninggal dunia sejak tahun 1999, sedangkan Nenek Elis alhamdulillah sampai sekarang masih diberi umur panjang. Kakek Karlan adalah seorang yang bekerja di pelabuhan, yaitu memberi aba aba bahwa kapal siap diberangkatkan. Sedangkan Nenek Elis hanya seorang ibu rumah tangga. Nenek Elis selalu menemani saat Kakek dinas di luar kota. Bapak saya adalah anak ke enam dari tujuh bersaudara. Kakak pertama dan keduanya sudah meninggal dunia karena kecelakaan. Bapak saya mempunya kembaran yaitu Yani Mulyani. Bibi Yani merupakan lulusan UI jurusan antropologi yang kini bekerja di suatu yayasan bidang penyuluhan kesehatan, seperti HIV AIDS. Beliau sudah melakukan penyuluhan tersebut di berbagai kota maupun negara, yang memang warga di daerah tersebut pergaulannya cukup bebas.

Selanjutnya, nama Ibu saya adalah Euis Nurnaningsi. Beliau lahir di Tasikmalaya, 27 Mei 1969. Ibu adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Endang Sopandi dan Wanah Wartika yang dua duanya berasal dari Tasikmalaya. Kakek Endang meninggal dunia sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar, sedangkan Nenek Wanah meninggal dunia sejak Ibu masih TK. Dahulu Kakek dan Nenek merupakan wirausaha di bidang rumah makan dan kerajinan. Kini pekerjaan tersebut dilanjutkan ke anak-anak dan cucu-cucunya. Ibu sudah mulai bekerja sejak tahun 1988 sebagai pendata, dan sejak tahun 1991 ibu bekerja di koperasi Telkom hingga sekarang.

2. Jaringan Sosial

Jaringan sosial adalah sebuah pola koneksi dalam hubungan sosial individu, kelompok dan berbagai bentuk kolektif lain. Hubungan ini bisa berupa hubungan interpersonal atau bisa juga bersifat ekonomi, politik atau hubungan sosial yang lain.
Biasanya, keluarga besar berkumpul saat liburan panjang. Tetapi kalau saudara yang lokasinya tidak terlalu jauh, rutin setiap bulannya berkumpul. Selain silaturahmi, kadang juga membicarakan tentang bisnis berdagang.
 
3. Nilai-Nilai Sosial dan Sistem Sosial Budaya

Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Sistem sosial budaya adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah negara Pancasila ke dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sudah sebagai suatu kewajiban keluarga untuk saling membantu jika keluarganya sedang kesulitan, kecuali masalah keluarga pribadi yang memang termasuk aib. Biasanya keluarga saya di bagi waktu untuk memberi uang jajan nenek nenek. Misalnya bulan pertama jadwalnya Bapak, dan bulan selanjutnya om om dan bibi bibi saya.

Berbicara tentang sosial budaya, rata-rata keluarga berasal dari etnik sunda. Tetapi ada pula yang dari Jawa, dan masih menjunjung tinggi adat istiadat. Kita sebagai keluarga, harus saling menghargai. Tetapi ketika ada hal yang memang menyimpang, harus di tegur dan klarifikasi agar tidak menimbulkan permasalahan baik internal maupun eksternal.

Metode penulisan
·         Menanyakan langsung ke orang tua.
·         Untuk pengertian-pengertian, berasal dari wikipedia.
 

faizah nur hidayah_jurnalistik 1A_Keluarga besarku_tugas4

Faizah nurhidayah

1115051000089

Jurnalistik IA

Keluarga Besarku

  1. Asal-usul

Perkenalkan nama Saya Faizah Nurhidayah gadis bungsu kelahiran Banjarnegara 22 Juni 1997 .Saya berasal dari etnis suku jawa yaitu  Jawa Tengah , di sebuah kota bernama kota Banjarnegara . Keluarga Besarku bernama "Djagaredja"  merupakan keluarga dari Ibu. Oleh sebab itu sering di sebut di masayarakat desa keluarga dari mbah djagaredja di baca djogoredjo karena Mbah Djagaredja merupakan kepala desa di desSayazaman dahulu. Istrinya bernama Mbah Toyibah. Djagaredja merupakan keturunan dari Mbah Candrayudha .Djagaredja merupakan keluarga dari Ibu dan keluarga dari mbah kakung , Mbah Djagaredja mempunyai sepuluh orang anak :1) Samsiyah , 2) Samsidah ,3) Salimah, 4)Salbingah, 5)Suwarti, 6)Sumarliyah,7)Tamsir,8)Talkis,9)Sumardji,10) Sukengsi. Dan yang masih hidup ada . Ibu adala anak dari anak ke sembilan yaitu mbah kakung Sumardji menikah dengan Mbah Putri , Tuminah dan mempunyai tiga anak perempuan : Sumiarti(Ibu) , Muji Astuti dan Mindarti . Sebagai anak sulung Ibu sudah biasa bekerja dari kecil ,untuk biaya sekolah dan mengurus adik adik perempuannya. Mbah Kakung dan Mbah Putri kental akan budaya Jawa yakni Mba kakung sering memainkan gamelan ( disini bonang) dan Mbah Putri menyanyi sebagai sinden , Ibu dan Bu lik Muji bisa berkarawitan (menyanyi lagu jawa ) dan adik Ibu yang satunya bu lik menari , Ibu juga bisa menari dan sering ikut lomba-lomba kebudayaan jawa saat kecil.

 

 

 

Bagan 1 Keluarga Dari Mbah Kakung (Ibu)

Mbah kakung menikah dengan mbah Putri , mbah Putri merupakan keluarga dari mbah Masngud dan Raminah, mempunyai tiga anak yakni Saparin,Tuminah dan Muginah ketiganya masih hidup sampai sekarang, Mbah Putri merupakan anak kedua (Tuminah). Mbah Putri sudah mulai ikut menyinden dari umur yang sangat belia berawal dari sering menonton wayang ikut Mbah Masngud Kakung Mbah Putri di ajak untuk berlatih menjadi sinden.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          


Bagan 2 Keluarga dari Mbah Putri (Ibu)

Kalau keluarga besar dari Bapak sering di sebut keluarga Mbah Rusdi karena kakek buyutku bernama Rusdi .Kakek bernama Ahmad Wikarto. Keluarga ini dari Kaki (sebutan untuk kakek di keluarga Bapak) Yang mempunyai empat anak  yaitu : Salam, Ahmad Wikarto (kakekku/kaki), Rastam dan Tuminem. Dulu Kaki berdagang sapi .

Bagan 3 Keluarga Kaki/aki dari Bapak

       Nini atau sebutan nenek  di keluarga Bapak bernama Nenek Rubinah , Nini merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dan keluarga nini biasa disebut Keluarga Sawi karena kakek buyutku bernama demikian. Nini berprofesi sebagai dukun bayi, atau ngetrennya sekarang Bidan. Tapi nini tidak mengenyam bangku universitas atau apapun.

Sayaterlahir dari rahim seorang Ibu yaitu Ibu Sumiarti dan Bapak Slamet , Sayamerupakan anak bungsu dari dua bersaudara ,jarak umurku dengan kakak hanya lima tahun Ibu dan Bapak seperti yang suda saya jelaskan merupakan keturunan Jawa Tengah. Nilai yang biasa di ajakan di keluarga saya adalah sopan santun unggah ungguh , seperti orang Jawa kita  harus menjaga nilai budaya yang di ajarkan dari Mbah mbah terdahulu. Siapapun keturunan kita atau bagaimanapun di dalam keluarga harus tetap dianggap keluarga. Tradisi budaya yang kental seperti mitos-mitos pun masih ada di rumah tapi tidak yang mengarah ke musyrik , seperti anak perempuan harus rajin, tidak boleh duduk di depan pintu, namun menurut saya nilai-nilai seperti itu memang di gunakan untuk mengontrol agar seseorang harus mempunyai batasan-batasan tertentu terhadap sesuatu. Adanya nilai juga menjadi kontrol sosial . Biasanya Nilai yang di langgar akan mendapat sanksi .

  1. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan,adalah suatu pola dimana ada koneksi di dalam hubungan sosial individu kelompok dan berbagai bentuk kolektif lain.

Jaringan sosial dari keluarga yang lebih dominan adalah dari Ibu , keluarga selalu rutin mengadakan acara Arisan keluarga halal bihalal setiap 3 Syawal acara keluarga tersebut juga diadakan untuk saling bereknalan karena sudah banyak yang tidak kenal. Menjelaskan tentang silsilah keluarga , dan dilaksanakan bergantian di setiap daerah yag berbeda. Keluarga Bapak dan Ibu juga sering bertemu dalam acara-acara nikah atau hajatan yang lain , saling membantu bahkan sampai menginap beberapa hari untuk membantu acara , ketika itu keluarga dari mana saja datang, bahkan sampai ada yang tidak ku kenal. Keluarga Bapak hanya mengadakan pengajian pada saat bulan Syawal. Secara bersama-sama . Mungkin karena keluarga Bapak tidak sebanyak Ibu , yang hampir di setiap wilayah di Indonesia ada, kebanyakan di Jawa dan Jakarta.

Kebanyakan mempunyai bisnis keluarga masing-masing , kebanyakan bisnis mereka hanya dari keluarga Mbah masing-masing,namun karena ,Mbah Kakung tidak sekaya mbah yang lainnya kami hanya menjalani kehidupan keluarga yang sederhana berkekecukupan.

  1. Nilai-nilai dan sistem sosial Budaya yang Dipergunakan di Dalam Keluarga.

Nilai , suatu kualitas dimana sesuatu diargai, diinginkan atauberguna dan menjadi objek kepentingan.

Nilai sosial bersifat abstrak , dan berisi tentang gagasan gambaran terhadap sesuatu yang diidam-idamkan masyarakat tentang baik benar dan berharga yang dapat bergna bagi perkembangan serta kebaikan kehidupan bersama.Nlai sosial budaya yang masih ada di dalam keuarga baik skala keluarga inti maupun besar :

  1. Ngajeni,Ngormati  wong tua ( menghormati dan menghargai orang tua) .

  2. Mituhu sama Bapak dan Ibu , tidak boleh berbicara saru (berkata kasar)  atau tidak berbahasa krama inggil dan menggunakan bahasa ngoko (bahasa yang tidak formal). Walaupun lambat laun kian hilang dimakan peradaban tapi kelarga saya masih memgang teguh adat sopan santun walau tidak sebagus krama inggilnya jaman dahulu.

  3. Menjaga nama baik keluarga dimanapun berada , menghargai orang lain berbuat baik karena keluarga saya percaya bahwa nandure apik olihe apik urip iki apa sing dewek tandur atau yang artinya hidup ini bagaimana cara kita menanam jika kita menanam kebaikan maka akan menuai kebaikan pula.

  4. Adigang Adigung Adiguna.

  5. Membantu keluarga dan membela .

  6. Namun tradisi kejawen sudah tidak di jalankan karena keluarga sudah mnyadari akan nilai Agama yang tidak di campuri dengan adat karena agama dan adat berebeda, namun budaya yang baik harus tetap di pertahankan.

  7. Masih ada tahlilan setiap malam jumat dan syukuran baik itu panen dan lain sebagainya namun tidak ada niatan mengadakan seperti itu untuk hal yang musyrik, malahan dengan adanya seperti itu menyebabkan keluarga semakin dekat akrab dan rukun menyiapkan kebutuhan acara baik pengajian ataupun syukuran secara bersama-sama .

  8. Untuk pernikahan keluarga saya baik besar maupun inti tidak membatasi akan akulturisasi budaya  bahkan adik ibu menikah dengan orang padang  ada keluarga yang menikah dengan orang sumatera kalimantan dan sebagainya.

  9. Tetap menjaga silaturahmi , interaksi antar keluarga selalu terjalin.

  10. Menghormati siapapun . Ramah.

     

    Sumber data :

    Wawancara Via telfon dengan Ibu dan Bapak.

    Data keluarga besar di SMA saat pelajaran biologi.

    Buku Snmptn

    Metode yang di gunakan kuantitatif.

SYIFA NUROHMAH_Masalah Perkotaan Dengan Persfektif Struktural Fungsional_TUGAS 5 SOSKOT

Nama: Syifa Nurohmah
NIM:11140540000010
Prodi: PMI3

MASALAH PENGAMEN JALANAN

DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL


Struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi tentang sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubugan. Ciri pokok perspektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat (societal needs). Masyarakat sangat serupa dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat melangsungkan keberadaannya atau setidaknya berfungsi dengan baik. Ciri dasar kehidupan sosial struktur sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan merespon terhadap permintaan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Asumsinya adalah ciri-ciri sosial yang ada memberi kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsistem utama dari masyarakat tersebut.

Pemahaman seperti ini dalam pandangan talcot parsons menghantarkan kita untuk memahami masyarakat manusia dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia.

1.      Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lain.

2.      Oleh karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut. Functional imperative menggambarkan empat tugas utama yang harus dilakukan agar masyarakat tidak mati yaitu :

a.       adaptation to the environnment

Contoh lembaga ekonomi

b.      goal attainment

Contoh pemerintah bertugas untuk mencapai tujuan umum

c.       integration

Contoh : lembaga hukum, dan lembaga agama

d.      latentcy

Contoh : keluarga dan lembaga pendidikan bertugas untuk usaha pemiliharaan.

Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis-stasioner, jika satu bagian tubuh manusia berubah maka bagian lain akan mengikutinya. Demikian juga dengan masyarakat, masyarakat selalu mengalami perubahan tetapi teratur. Perubahan sosial terjadi pada satu lembaga akan berakibat perubahan di lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru.

Teori fungsional struktural Dalam teori ini , Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini didasari pada, suatu yang funsional pada kelompok tertentu dapat dianggap disfungsional bagi kelompok lain. ( Soetomo ,1995 : 15). Teori ini dapat digunakan dalam fenomena pengamen anak terkait , pandangan kelompok tertentu seperti aparat penegak ketrentaman dan ketertiban menggangap pengamen anak menggangu lalu lintas. Dilain sisi , kelompok anak anak jalanan yang mengamen , menggangap ini sebagai tindakan yang wajar untuk dapat mencari nafkah.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa salah satu hambatan yang dihadapi ketika para anak yang mengamen  bekerja ialah seringkali mereka berusaha untuk menghindari kejaran petugas keamanan. Dari hal ini dapat dilihat bahwa , pengamen anak yang bekerja menganggap hal yang dilakukannya benar ditinjau dari mereka ingin mendapatkan uang melalui cara yang halal ,karena mengamen pun mendapatkan uang dari para penggua jalan secara sukarela. Akan tetapi dilain pihak, para  petugas menilai bahwa yang mereka lakukan dapat menggangu ketertiban lalu lintas. Menyebabkan terganggunya kenyamanan pengguna jalan dan para  penumpang transportasi umum. Pengamen anak menggap mengamen hal yang wajar untuk mencari uang didukung dengan tidak tersedianya lapangan pekerjaan untuk orang dengan usia nak anak. Oleh karenanya , mereka menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dengan mengamen , tidak lah dituntut untuk memiliki skill khusus dalam menjalankan nya. Hal yang pengamen anak butuhkan meliputi botol plastik bekas yang di isi pasir sebagai alat pengiring ketika bernyanyi dan sebuah kantung  plastik sebagai wadah untuk uang. Dengan demikian, menimbulkan "kesan" tidak rumit dalam menjalankan kegiatan mengamennya dan juga sebagai salah satu alasan makin menjamurnya pengamen anak.

Fenomena pengamen anak sudahlah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Pengamen anak ini kebanyakan muncul di daerah kota yang ramai akan mobilitas  penduduk. Kawasan yang menjadi tempat dimana pengamen anak melakukan aksinya paling banyak di daerah lampu merah. Salah satunya lampu merah Pasar Rebo,Jakarta Timur. Kawasan ini tak pernah sepi. Dari pagi hingga malam ,  banyak sekali penduduk baik dari Jakarta maupun luar Jakarta melewati kawasan ini. Bertepatan dengan itu, kawasan ini pula berdekatan dengan terminal Kampung Rambutan. Berbagi macam angkutan umum ,dari mulai minibus hingga bus antar kota melewati Lampu Merah Pasar Rebo sebagai bagian dari tujuan perjalanan. Padatnya laju transportasi umum ini menyebabkan kawasan tersebut menjadi tempat yang strategis untuk pengamen anak mencari uang. Munculnya pengamen anak yang tiap tahun makin bertambah berkaitan erat dengan kemiskinan. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang luas, mengakibatkan anak yang seharusnya belum mencari nafkah justru turut mencari nafkah. Memang dapat dilihat sisi positifnya. Dengan bekerja, dapat tumbuh jiwa etos kerja pada seorang anak sejak dini. Akan tetapi banyak sekali sisi negatif nya. Anak anak yang mengamen tersebut tidak dapat menjalankan peran dan hak anak sebagai mana mestinya. Kesejahteraan ekonomi dari keluarga yang mengantarkan anak anak mengamen. Dengan jumlah tanggungan keluarga yang besar, upah yang diterima dari pekerjaan orang tua yang tidak memadai , serta kompleks nya kebutuhan  pokok keluarga, mengharuskan anak untuk turut ambil peran dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Anak anak yang mengamen tidak dapat menjalankan rutinitas sebagai mana anak pada umumnya. Kebutuhan mereka atas kesenangan masa kecil harus dikesampingkan dengan turut memikul beban yang seharusnya  bukanlah kapasitas mereka.

A.    Pengamen Perkotaan

Pengamen perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.

Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat di setiap kota pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan 'masyarakat miskin perkotaan'. Bahkan di malam hari banyak orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi

 

Faktor-faktor yang membuat seseorang mengamen diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Faktor Ekonomi

Anak pengamen harus mau melakukannya demi tuntutan ekonomi, dimana orang tua tidak mampu membiayai  kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah. Untuk itu demi memenuhi kebutuhan tersebut maka seorang anak harus melakukannya.  Bahkan kadangkala orang tua menyuruh anaknya mengamen untuk menambahi kebutuhan hidup atau orang tua yang malas bekerja hanya mengandalkan hasil pengamen anaknya,

2.      Kurang Kasih Sayang

Anak yang kurang kasih sayang atau tidak menerima kasih sayang  dari orang tua. Artinya hanya karena kesibukan orang tua sibuk untuk mencari harta atau kesenangan sehingga orang tua tidak memiliki  waktu untuk mencurahkan perhatian, bertanya tentang apa masalah anak, bertukar pikiran, dan berbagi rasa dengan anak. Dengan tidak menerima kasih sayang dari orang tua maka anak pun mencari kesenangan dengan  lain untuk  menghibur dirinya walaupun dengan cara bagaimanapun. Cara mengamen adalah salah satu penghiburan diri bagi anak karena dengan bernyanyi sebagai pengamen dapat menghibur hati, menungkapkan isi hati, dan menghabiskan waktu,

3.      Rasa ikut-ikutan

Anak dipengaruhi lingkungan atau teman sebaya untuk mencari hiburan, menghindari pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau merasa hebat akan dirinya. Padahal jika ditesuri, sebenarnya niat seorang anak, segi ekonomi, tidak membuat anak menjadi seorang pengamen, tetapi hanya karena ikut-ikutan atau dipengaruhi  maka seorang anak pun melakukannya. Dengan melihat situasi ini meskipun anak pengamen harus mengalami panas terik, hujan, caci maki, pukulan, tetap memiliki jumlah yang banyak. Hampir ditiap persimpangan jalan dapat ditemui di pasar, di rumah makan, terminal, dan sebagainya.Akan tetapi hal yang sering muncul adalah bersifat negatif dari berbagai kalangan seperti akan menganggu kemacetan lalu lintas, kurangnya nilai estetika tata ruang kota, dan menganggu kenyamanan yang berkendaraan. Yang sudah diteliti bahwa psikologis anak pengamen ini tidak memiliki rasa malu, tidak peduli atau acuh tak acuh, dengan tujuan agar keberadaan mereka diterima masyarakat sebagai bentuk budaya baru. Agar keberadaan mereka tetap eksis anak pengamen juga berupaya untuk melawan berbagai pihak baik pihak hukum dan non hukum hanya untuk mempertahankan harga diri dan rasa solidaritas diantara mereka.

 

Fenomena sosial kehidupan anak pengamen memiliki dua arti yaitu pengaruh yang hanya bekerja di jalanan dan menunjukkan gaya kehidupan di jalanan. Bekerja di jalanan  artinya mencari nafkah hanya mengandalkan pengamen untuk kebutuhan hidup sedangkan gaya hidup di jalanan hanya sekedar mewujudkan dapat hidup dijalanan  dan tidak hanya mengandalkan hasil pengamen. Dari segi usia sebenarnya anak pengamen tidak wajar melakukannya dengan alasan orang tua harus memiliki tanggung jawab dan memberi kasih saysng kepada anaknya. Meskipun orang tua tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebaiknya anak tidak dibolehkan mengamen lebih  baik menjual makanan atau kebutuhan kecil-kecil dengan cara berkeliling untuk menambah kebutuhan hidup walaupun keuntungan tidak besar.

Untuk itu sebagai orang tua harus mampu memberikan tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak agar tidak terjadi anak pengamen di tengah kota. Disamping itu aparat hukum memiliki aturan yang tegas terhadap hukum, hukum harus ditegakkan  demi masa depan anak bangsa. Apabila hal-hal ini dilakukan maka sangat tipis kemungkinan munculnya anak pengamen di jalanan yang saat ini telah menjamur. Selain itu juga jika anak pengamen tidak muncul di tengah kota maka nilai estetika kota pun ada, hal-hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi.

B.     Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan

Seperti kita tahu bahwa salah satu rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.

Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan minim, dsb.

Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.

Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis pengamen :

1.      Pengamen Baik

Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.

2.      Pengamen Tidak Baik

Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.

3.      Pengamen Pengemis

Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengakul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang lain dalam mencari uang.

4.      Pengamen Pemalak / Penebar Teror

Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.

5.      Pengamen Penjahat

Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.

6.      Pengamen Cilik / Anak-Anak

Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini ias dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya JANGAN DIBERI UANG agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan

C.     Dampak Negatif :

 

·         Membuat lingkungan menjadi kumuh

·         Menjadi masalah sosial.

·         Masa depan semakin suram

·         Bertambahnya angka anak putus sekolah

 

 

D.    Penyesaian masalah :

 

·         Memperkuat iman dan taqwa anak sejak dini.

·         Mengumpulkan pengamen untuk di beri keterampilan agar dapat lebih berguna bagi masyarakat. Sperti di ajarkan bermain musk dengan baik.

·         Memberi beasiswa bagi anak yang kekurangan biaya agar tidak putus sekolah.

·         Orang tua lebih memperhatikan anaknya

·         Orang tua lebih mengawasi pergaulan anaknya

 

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan itu sendiri menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong orang miskin.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) juga menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak. Ada lima ketidak beruntungan yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18) yaitu:

1. Kemiskinan (poverty)

2. Fisik yang lemah (physical weakness)

3. Kerentanan (Vulnerability)

4. Keterisolasian (isolation)

5. Ketidak berdayaan (powerlessness)

Kelima hal diatas merupakan kondisi yang ada pada masyarakat miskin di negara berkembang seperti Indonesia. Penyebab kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis, maka ia akan senantiasa berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Kemiskinan yang dihadapi oleh setiap generasi manusia pasti berbeda. Semakin tinggi taraf kehidupan suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula permasalahan kemiskinan yang mengelilingi mereka. Karena itu, pemaknaan kemiskinan mengalami perubahan di setiap saat dan setiap tempat.

Sebab-sebab kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya manjadi terhambat. Itu semua bisa kita lihat bahwa semakin banyak jumlah para pengamen jalanan yang diorganisir oleh pihak tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu karena mereka juga tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan uang. Penyebab lain menurut Kuncoro (2000: 107) mencakup tiga aspek, yaitu :

1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.

3. Kemiskinan muncuk akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan.

 

Fenomena pengamen di era globalisasi sebagian besar di latar belakangi oleh kemiskinan. Selain itu ada yang sengaja menjadi pengamen karena tidak mendapat pekerjaan, malas bekerja dan karena ingin melakukan bisnis pengamen. Respon masyarakat terhadap pengamen tidak begitu baik, sebagian besar masyarakat tidak menyukai pengamen, dan merasa terganggu dengan adanya pengamen. Fenomena ini semakin banyak dari waktu ke waktu. Dan penanganan pemerintah belum menunjukkan hasil yang di harapkan karena prospek pengamen semakin bertambah.

Menanggapi masalah pengamen sebaiknya pemerintah mengadakan survei tentang semua indikator yang membuat mereka mengamen. Setelah indikator tersebut sudah diketahui barulah pemerintah menentukan kebijakan sesuai dengan indikator di daerah tertentu. Jadi kebijakannya tidak disamaratakan antara daerah satu dengan daerah yang lain, karena indikatornya belum tentu sama. Pemerintah sebaiknya memberikan bimbingan atau pendidikan tentang keterampilan, dan memberikan bekal berwirausaha. Dengan begitu mereka mempunyai usaha yang tidak akan habis dan akan terus berlanjut dalam memenuhi kabutuhan dari pada hanya bantuan bahan pokok yang langsung habis tetapi tidak menghasilkan.

Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap anak jalanan tanpa mengetahui kondisi anak jalanan tersebut. Mengamen, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan mahasiswa. Padahal mereka belum tentu mengetahui penyebab anak jalanan itu mengamen dan meminta-minta. Kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut. Kesimpulannya, Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Dan Kurangnya kemampuan atau skill yang dimiliki sehingga membuat banyaknya pengangguran dan menjadi pengamen.

 

 


Cari Blog Ini