Rabu, 14 Oktober 2015

SYIFA NUROHMAH_Masalah Perkotaan Dengan Persfektif Struktural Fungsional_TUGAS 5 SOSKOT

Nama: Syifa Nurohmah
NIM:11140540000010
Prodi: PMI3

MASALAH PENGAMEN JALANAN

DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL


Struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi tentang sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubugan. Ciri pokok perspektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat (societal needs). Masyarakat sangat serupa dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat melangsungkan keberadaannya atau setidaknya berfungsi dengan baik. Ciri dasar kehidupan sosial struktur sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan merespon terhadap permintaan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Asumsinya adalah ciri-ciri sosial yang ada memberi kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsistem utama dari masyarakat tersebut.

Pemahaman seperti ini dalam pandangan talcot parsons menghantarkan kita untuk memahami masyarakat manusia dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia.

1.      Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lain.

2.      Oleh karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut. Functional imperative menggambarkan empat tugas utama yang harus dilakukan agar masyarakat tidak mati yaitu :

a.       adaptation to the environnment

Contoh lembaga ekonomi

b.      goal attainment

Contoh pemerintah bertugas untuk mencapai tujuan umum

c.       integration

Contoh : lembaga hukum, dan lembaga agama

d.      latentcy

Contoh : keluarga dan lembaga pendidikan bertugas untuk usaha pemiliharaan.

Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis-stasioner, jika satu bagian tubuh manusia berubah maka bagian lain akan mengikutinya. Demikian juga dengan masyarakat, masyarakat selalu mengalami perubahan tetapi teratur. Perubahan sosial terjadi pada satu lembaga akan berakibat perubahan di lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru.

Teori fungsional struktural Dalam teori ini , Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini didasari pada, suatu yang funsional pada kelompok tertentu dapat dianggap disfungsional bagi kelompok lain. ( Soetomo ,1995 : 15). Teori ini dapat digunakan dalam fenomena pengamen anak terkait , pandangan kelompok tertentu seperti aparat penegak ketrentaman dan ketertiban menggangap pengamen anak menggangu lalu lintas. Dilain sisi , kelompok anak anak jalanan yang mengamen , menggangap ini sebagai tindakan yang wajar untuk dapat mencari nafkah.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa salah satu hambatan yang dihadapi ketika para anak yang mengamen  bekerja ialah seringkali mereka berusaha untuk menghindari kejaran petugas keamanan. Dari hal ini dapat dilihat bahwa , pengamen anak yang bekerja menganggap hal yang dilakukannya benar ditinjau dari mereka ingin mendapatkan uang melalui cara yang halal ,karena mengamen pun mendapatkan uang dari para penggua jalan secara sukarela. Akan tetapi dilain pihak, para  petugas menilai bahwa yang mereka lakukan dapat menggangu ketertiban lalu lintas. Menyebabkan terganggunya kenyamanan pengguna jalan dan para  penumpang transportasi umum. Pengamen anak menggap mengamen hal yang wajar untuk mencari uang didukung dengan tidak tersedianya lapangan pekerjaan untuk orang dengan usia nak anak. Oleh karenanya , mereka menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dengan mengamen , tidak lah dituntut untuk memiliki skill khusus dalam menjalankan nya. Hal yang pengamen anak butuhkan meliputi botol plastik bekas yang di isi pasir sebagai alat pengiring ketika bernyanyi dan sebuah kantung  plastik sebagai wadah untuk uang. Dengan demikian, menimbulkan "kesan" tidak rumit dalam menjalankan kegiatan mengamennya dan juga sebagai salah satu alasan makin menjamurnya pengamen anak.

Fenomena pengamen anak sudahlah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Pengamen anak ini kebanyakan muncul di daerah kota yang ramai akan mobilitas  penduduk. Kawasan yang menjadi tempat dimana pengamen anak melakukan aksinya paling banyak di daerah lampu merah. Salah satunya lampu merah Pasar Rebo,Jakarta Timur. Kawasan ini tak pernah sepi. Dari pagi hingga malam ,  banyak sekali penduduk baik dari Jakarta maupun luar Jakarta melewati kawasan ini. Bertepatan dengan itu, kawasan ini pula berdekatan dengan terminal Kampung Rambutan. Berbagi macam angkutan umum ,dari mulai minibus hingga bus antar kota melewati Lampu Merah Pasar Rebo sebagai bagian dari tujuan perjalanan. Padatnya laju transportasi umum ini menyebabkan kawasan tersebut menjadi tempat yang strategis untuk pengamen anak mencari uang. Munculnya pengamen anak yang tiap tahun makin bertambah berkaitan erat dengan kemiskinan. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang luas, mengakibatkan anak yang seharusnya belum mencari nafkah justru turut mencari nafkah. Memang dapat dilihat sisi positifnya. Dengan bekerja, dapat tumbuh jiwa etos kerja pada seorang anak sejak dini. Akan tetapi banyak sekali sisi negatif nya. Anak anak yang mengamen tersebut tidak dapat menjalankan peran dan hak anak sebagai mana mestinya. Kesejahteraan ekonomi dari keluarga yang mengantarkan anak anak mengamen. Dengan jumlah tanggungan keluarga yang besar, upah yang diterima dari pekerjaan orang tua yang tidak memadai , serta kompleks nya kebutuhan  pokok keluarga, mengharuskan anak untuk turut ambil peran dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Anak anak yang mengamen tidak dapat menjalankan rutinitas sebagai mana anak pada umumnya. Kebutuhan mereka atas kesenangan masa kecil harus dikesampingkan dengan turut memikul beban yang seharusnya  bukanlah kapasitas mereka.

A.    Pengamen Perkotaan

Pengamen perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.

Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat di setiap kota pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan 'masyarakat miskin perkotaan'. Bahkan di malam hari banyak orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi

 

Faktor-faktor yang membuat seseorang mengamen diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Faktor Ekonomi

Anak pengamen harus mau melakukannya demi tuntutan ekonomi, dimana orang tua tidak mampu membiayai  kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah. Untuk itu demi memenuhi kebutuhan tersebut maka seorang anak harus melakukannya.  Bahkan kadangkala orang tua menyuruh anaknya mengamen untuk menambahi kebutuhan hidup atau orang tua yang malas bekerja hanya mengandalkan hasil pengamen anaknya,

2.      Kurang Kasih Sayang

Anak yang kurang kasih sayang atau tidak menerima kasih sayang  dari orang tua. Artinya hanya karena kesibukan orang tua sibuk untuk mencari harta atau kesenangan sehingga orang tua tidak memiliki  waktu untuk mencurahkan perhatian, bertanya tentang apa masalah anak, bertukar pikiran, dan berbagi rasa dengan anak. Dengan tidak menerima kasih sayang dari orang tua maka anak pun mencari kesenangan dengan  lain untuk  menghibur dirinya walaupun dengan cara bagaimanapun. Cara mengamen adalah salah satu penghiburan diri bagi anak karena dengan bernyanyi sebagai pengamen dapat menghibur hati, menungkapkan isi hati, dan menghabiskan waktu,

3.      Rasa ikut-ikutan

Anak dipengaruhi lingkungan atau teman sebaya untuk mencari hiburan, menghindari pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau merasa hebat akan dirinya. Padahal jika ditesuri, sebenarnya niat seorang anak, segi ekonomi, tidak membuat anak menjadi seorang pengamen, tetapi hanya karena ikut-ikutan atau dipengaruhi  maka seorang anak pun melakukannya. Dengan melihat situasi ini meskipun anak pengamen harus mengalami panas terik, hujan, caci maki, pukulan, tetap memiliki jumlah yang banyak. Hampir ditiap persimpangan jalan dapat ditemui di pasar, di rumah makan, terminal, dan sebagainya.Akan tetapi hal yang sering muncul adalah bersifat negatif dari berbagai kalangan seperti akan menganggu kemacetan lalu lintas, kurangnya nilai estetika tata ruang kota, dan menganggu kenyamanan yang berkendaraan. Yang sudah diteliti bahwa psikologis anak pengamen ini tidak memiliki rasa malu, tidak peduli atau acuh tak acuh, dengan tujuan agar keberadaan mereka diterima masyarakat sebagai bentuk budaya baru. Agar keberadaan mereka tetap eksis anak pengamen juga berupaya untuk melawan berbagai pihak baik pihak hukum dan non hukum hanya untuk mempertahankan harga diri dan rasa solidaritas diantara mereka.

 

Fenomena sosial kehidupan anak pengamen memiliki dua arti yaitu pengaruh yang hanya bekerja di jalanan dan menunjukkan gaya kehidupan di jalanan. Bekerja di jalanan  artinya mencari nafkah hanya mengandalkan pengamen untuk kebutuhan hidup sedangkan gaya hidup di jalanan hanya sekedar mewujudkan dapat hidup dijalanan  dan tidak hanya mengandalkan hasil pengamen. Dari segi usia sebenarnya anak pengamen tidak wajar melakukannya dengan alasan orang tua harus memiliki tanggung jawab dan memberi kasih saysng kepada anaknya. Meskipun orang tua tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebaiknya anak tidak dibolehkan mengamen lebih  baik menjual makanan atau kebutuhan kecil-kecil dengan cara berkeliling untuk menambah kebutuhan hidup walaupun keuntungan tidak besar.

Untuk itu sebagai orang tua harus mampu memberikan tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak agar tidak terjadi anak pengamen di tengah kota. Disamping itu aparat hukum memiliki aturan yang tegas terhadap hukum, hukum harus ditegakkan  demi masa depan anak bangsa. Apabila hal-hal ini dilakukan maka sangat tipis kemungkinan munculnya anak pengamen di jalanan yang saat ini telah menjamur. Selain itu juga jika anak pengamen tidak muncul di tengah kota maka nilai estetika kota pun ada, hal-hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi.

B.     Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan

Seperti kita tahu bahwa salah satu rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.

Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan minim, dsb.

Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.

Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis pengamen :

1.      Pengamen Baik

Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.

2.      Pengamen Tidak Baik

Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.

3.      Pengamen Pengemis

Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengakul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang lain dalam mencari uang.

4.      Pengamen Pemalak / Penebar Teror

Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.

5.      Pengamen Penjahat

Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.

6.      Pengamen Cilik / Anak-Anak

Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini ias dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya JANGAN DIBERI UANG agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan

C.     Dampak Negatif :

 

·         Membuat lingkungan menjadi kumuh

·         Menjadi masalah sosial.

·         Masa depan semakin suram

·         Bertambahnya angka anak putus sekolah

 

 

D.    Penyesaian masalah :

 

·         Memperkuat iman dan taqwa anak sejak dini.

·         Mengumpulkan pengamen untuk di beri keterampilan agar dapat lebih berguna bagi masyarakat. Sperti di ajarkan bermain musk dengan baik.

·         Memberi beasiswa bagi anak yang kekurangan biaya agar tidak putus sekolah.

·         Orang tua lebih memperhatikan anaknya

·         Orang tua lebih mengawasi pergaulan anaknya

 

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan itu sendiri menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong orang miskin.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) juga menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak. Ada lima ketidak beruntungan yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18) yaitu:

1. Kemiskinan (poverty)

2. Fisik yang lemah (physical weakness)

3. Kerentanan (Vulnerability)

4. Keterisolasian (isolation)

5. Ketidak berdayaan (powerlessness)

Kelima hal diatas merupakan kondisi yang ada pada masyarakat miskin di negara berkembang seperti Indonesia. Penyebab kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis, maka ia akan senantiasa berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Kemiskinan yang dihadapi oleh setiap generasi manusia pasti berbeda. Semakin tinggi taraf kehidupan suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula permasalahan kemiskinan yang mengelilingi mereka. Karena itu, pemaknaan kemiskinan mengalami perubahan di setiap saat dan setiap tempat.

Sebab-sebab kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya manjadi terhambat. Itu semua bisa kita lihat bahwa semakin banyak jumlah para pengamen jalanan yang diorganisir oleh pihak tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu karena mereka juga tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan uang. Penyebab lain menurut Kuncoro (2000: 107) mencakup tiga aspek, yaitu :

1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.

3. Kemiskinan muncuk akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan.

 

Fenomena pengamen di era globalisasi sebagian besar di latar belakangi oleh kemiskinan. Selain itu ada yang sengaja menjadi pengamen karena tidak mendapat pekerjaan, malas bekerja dan karena ingin melakukan bisnis pengamen. Respon masyarakat terhadap pengamen tidak begitu baik, sebagian besar masyarakat tidak menyukai pengamen, dan merasa terganggu dengan adanya pengamen. Fenomena ini semakin banyak dari waktu ke waktu. Dan penanganan pemerintah belum menunjukkan hasil yang di harapkan karena prospek pengamen semakin bertambah.

Menanggapi masalah pengamen sebaiknya pemerintah mengadakan survei tentang semua indikator yang membuat mereka mengamen. Setelah indikator tersebut sudah diketahui barulah pemerintah menentukan kebijakan sesuai dengan indikator di daerah tertentu. Jadi kebijakannya tidak disamaratakan antara daerah satu dengan daerah yang lain, karena indikatornya belum tentu sama. Pemerintah sebaiknya memberikan bimbingan atau pendidikan tentang keterampilan, dan memberikan bekal berwirausaha. Dengan begitu mereka mempunyai usaha yang tidak akan habis dan akan terus berlanjut dalam memenuhi kabutuhan dari pada hanya bantuan bahan pokok yang langsung habis tetapi tidak menghasilkan.

Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap anak jalanan tanpa mengetahui kondisi anak jalanan tersebut. Mengamen, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan mahasiswa. Padahal mereka belum tentu mengetahui penyebab anak jalanan itu mengamen dan meminta-minta. Kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut. Kesimpulannya, Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Dan Kurangnya kemampuan atau skill yang dimiliki sehingga membuat banyaknya pengangguran dan menjadi pengamen.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini