Senin, 17 September 2012

Sosiologi dan tiga tahapan menurut august comte

Natasha Anissa
Tugas 2 Sosiologi KPI 1D


August comte (1798 – 1857)
Seorang ahli filsafat dari Perancis
yang juga dijuluki sebagai bapak sosiologi, namun Comte lebih tepat dianggap
sebagai got father daripada progenitor sosiologi karena sumbangan comte
terbatas pada pemberian nama dan suatu filsafat yang membantu perkembangan
sosiologi. Menurut Reiss tokoh yang lebih tepat dianggap sebagai penyumbang
utama bagi kemunculan sosiologi ialah Emile Durkheim.
Sosiologi berasal dari Socius dan
logos. Di mana socius memiliki arti kawan /
teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut
ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.Coser
(1977) mengisahkan bahwa comte semula bermaksud memberikan nama social physics
bagi ilmu yang akan diciptakannya itu, namun kemudian mengurungkan niatnya
karena istilah tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint simon.
Comte mengemukakan pemikirannya
tentang suatu filsafat yang mendorong perkembangan sosiologi dalam bukunya
"Course de philosophie positive" mengenai "hukum tiga tahap".
Comte menjelaskan bahwa tujuannya yang menyeluruh adalah "untuk
menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia
dengan semua aspeknya yang penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada
dari perubahan-perubahan umat manusia mulai dari kondisi yang hanya sekedar
lebih tinggi daripada suatu masyarakat kera besar, secara bertahap menuju ke
tahap peradapan eropa sekarang ini".
Hukum tiga tahap merupakan usaha
comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif
sampai modern. Ini membawa kita kepada landasan pendekatan comte yakni teori
evolusinya atau tiga tahap tingkatan. Teori ini mengemukakan adanya tiga
tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya.
Menurut
comte proses evolusi ini melalui tiga tahapan utama:
1.      Tahapan teologis, yaitu akal budi manusia, yang
mencari kodrat manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir dari segala akibat
– singkatnya, pengetahuan absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan
oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
2.      Tahapan metafisis, dalam fase metafisik, atau
tahap transisi antara tahap teologis dan positivis. Tahap ini ditandai dengan
suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan
akal budi. Atau dengan kata lain akal budi mengandaikan bukan hal supranatural,
melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat
pada semua benda.
3.      Tahapan positivistic, yaitu akal budi telah
meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang
absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan
perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya – yakni hubungan-hubungan urutan
dan persamaanya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan
secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini. Comte memandang seluruh
pengetahuan sebagai ilmu sosial alam dalam pengertianya yang luas karena ia
menggambarakan perkembangan konteks sosial, khususnya sebagai salah satu dari
tiga tahapan intelektual tersebut
Jelas bahwa dalam teorinya
tentang dunia, comte memusatkan perhatian pada faktor intelektual. Ia
mengatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan
social. Kekacauan ini berasal dari sistem gagasan terdahulu (teologi dan
metafisik) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan social baru
akan berakhir apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh
positivisme. Positivisme akan muncul meski tak secepat yang diharapkan orang.
Comte
juga membagi sistem social menjadi dua bagian penting, yaitu masyarakat dan
hukum-hukum keberadaan manusia sebagai makhluk social dan yang kedua adalah
dinamika social atau hukum-hukum perubahan social. Yang mendasari system ini
adalah naluri kemanusiaan yang terdiri dari atas tiga faktor utama.
1.      Naluri-naluri pelestarian (naluri
seksual maupun material)
2.      Naluri-naluri perbaikan (dalm
bidang militer dan industry)
3.      Naluri social (kasih sayang,
pemujaan dan cinta semesta )
Diantara
ketiganya ada naluri kebanggaan dan kesombongan.
1.      C.     Metodologi
Menurut
Comte, metode positif mengarah pada perkembngan kebenaran organis (kebenaran
yang paling tinggi). Metode ini mengembangkan penggunaan observasi
(penelitian), percobaan (exsperiment), serta perbandingan untuk memahami
keseluruhan statisika dan dinamika social, metode-metode tersebut memberi
gambaran terhadap hukum-hukum social melalui eksperimentasi, baik secara
langsung maupun tak langsung, sebagai halnya evolusi masyarakat secara umum,
dengan cara ini comte sebagaimana metodologi yang mengarah perkembangan yang
lebih luas terhadap model teorinya yang didasarkan organik dan natural, yaitu
pada asumsi-asumsi organik dan natural.
Kesatuan ilmu juga diperlihatkan
; menurut comte, semua ilmu itu memperlihatkan hukum perkembangan intelektual
yang sama, seperti nampak dalam perkembangan hukum tiga tahap. Sedangkan
gagasan dasar bahwa manusia dan gejala sosial merupakan bagian dari alam dan
dapat di analisa dengan metode-metode ilmu alam. Sumbangan comte lainnya ialah
memberikan suatu analisa komprehensif mengenai kesatuan fisolofis dan
metodologis yang menjadi dasar antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu
sosial.
Karena memperkenalkan metode
positif ini, maka comte dianggap sebagai perintis positive. Ciri metode positif
ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus
bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan. Sarana yang menurut
Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah : Pengamatan , Perbandingan
, Eksperimen , atau metode historis.

 
DAFTAR PUSTAKA
 
Giddens anthony,sosiologi,sejarah
dan berbagai pemikirannya,Yogyakarta: penerbit kreasi wacana,2004
http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini