Senin, 17 Maret 2014

Tugas 2 _ekomnas_

NurFajrina_Tugas2_GelombangYangBerbalik

Nama : Nur Fajrina (PMI 6)
Nim     : 1111054000009
Gelombang Yang Berbalik
Pada abad kedua puluh, kita berada dalam suatu krisis global yang serius, yang mana suatu krisis komples dan multidimensional yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan kesehatan dan mata pencaharian, kualitas lingkungan, hubungan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik.  Krisis ini merupakan krisis dalam dimensi-dimensi intelektual, moral, dan spiritual ini suatu krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah umat manusia. Untuk pertama kalinya kita dihadapkan dengan ancaman kepunahan ras manusia yang nyata dan semua bentuk kehidupan di planet ini.
Dua puluh lima tahun yang lalu tokoh-tokoh dunia memutuskan "atom untuk perdamaian", dan mengajukan atom sebagai sumber energi yang murah, bersih, dan terpercaya bagi masa depan. Akan tetapi kini kita menyadari bahwa kekuatan nuklir tidak lagi aman, bersih, dan tidak pula murah. Biaya kegilaan nuklir kolektif ini pun mengejutkan. Pada tahun 1978, sebelum terjadinya peningkatan biaya terbaru, pengeluaran militer dunia kira-kira 425 miliar dolar ­­– lebih dari satu miliar dolar setiap harinya. Lebih dari seratus negara, sebagian besar diantaranya berada di Dunia Ketiga, berada dalam bisnis pembelian senjata, penjualan perlengkapan militer baik untuk perang nuklir maupun kenvensional lebih besar daripada pendapatan nasional dari semua negara kecuali sepuluh negara di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat, sejumlah pekerja tambahan pun dipekerjakan dan ditambah dengan giliran kerja untuk meningkatkan produksi senjata yang kekuatan penghancurnya belum pernah tertandingi. Di negara ini kompleksitas industri militer telah menjadi bagian yang integral dari pemerintahan, Pentagon mencoba membujuk kita bahwa membangun lebih banyak senjata akan membuat negara menjadi lebih aman. Akan tetapi kenyataannya justru sebaiknya – semakin banyak senjata nuklir berarti semakin banyak bahanyanya. Elemen-elemen radioaktif yang dilepaskan oleh reaktor nuklir sama dengan elemen-elemen yang membentuk ledakan bom atom. Ribuan ton bahan beracun ini telah dilepaskan ke lingkungan oleh letusan-letusan nuklir dan tumpahan-tumpahan reaktor yang dapat mengakibatkan polusi-polusi udara yang berbahaya ini dapat mempengaruhi manusia serta mengganggu sistem ekologi. Pada manusia bahan-bahan beracun itu menumpuk dalam udara yang kita hirup, makan-makanan yang kita makan, dan air yang kita minum, hal ini dapat menimbulkan resiko terhadap perkembagan kanker dan penyakit-penyakit genetika semakin meningkat. Di lain pihak pada sistem ekologi polusi udara dapat melukai dan membunuh tumbuh-tumbuhan secara drastis. Dengan perkembangannya yang terus menerus, kemungkinan akan terjadinya kepunahan global itu setiap harinya semakin besar.
Melihat dari segi pembiayaan senjata nuklir akan berbanding terbalik dengan manfaat yang telah dilimbulkan oleh adanya senjata tersebut. Sementara itu lebih dari lima belas juta orang – sebagian besar diantaranya anak-anak meninggal karena kelaparan setiap tahun, lima ratus juta lainnya keurangan gizi dengan serius. Hampir empat puluh persen dari penduduk dunia tidak mempunyai peluang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan profesional, namun negara-negara berkembang menghabiskan biaya tiga kali lebih besar untuk persenjataan daripada untuk kesehatan. Namun demikian, telah jelas bahwa teknologi kita sangat mengganggu, dan bahkan merusak sistem ekologi yang menjadi gantungan eksistensi kita.
 

FEVI SALEHA_Tugas2_MENUJU ZAMAN SURYA


MENUJU ZAMAN SURYA
            Pandangan hidup sistem merupakan landasan kuat bagi ilmu-ilmu perilaku dan kehidupan serta ilmu-ilmu sosial, terutama ilmu ekonomi. Para ekonom cenderug memisahkan ekonomi dari struktur ekologis yang melingkupinya dan cenderung menggambarkannya dalam pengertian model-model teoritis yang sederhana dan sangat tidak realistik. Sebagian dari onsep dasar mereka, yang didefinisikan secara sempit dan diguakan tanpa konteks ekologis yang terkait, da tidak lagi tepat untuk memetakan aktifitas ekonomi dalam sebuah duia yang fundamental ini.

Budhi Baihakki PMI 6 Tugas 2 Fisika Baru


Fisika Baru
Pada permulaan fisika baru tercapailah prestasi intelektual seorang diri yang luar biasa albert einstein. Einstein memulai dua kecenderungan revolusioner dalam pemikiran ilmiah. Yang pertama adalah teori relativitas khusus dan yang kedua adalah suatu cara pandang baru tentang radiasi elektromagnetik yang menjadi ciri teori quantum, teori fenomena atom.
Perkembangan penting lainnya dalam fisika abad ke dua puluh adalah suatu konsekuensi penelitian eksperimental tentang atom. Pada awal abad ke duapuluh para fisikawan menemukan beberapa fenomena yang berkaitan dengan struktur atom, semacam sinar X radio aktif, yang tidak dapat diurai dalam penelitian fisika klasik.

Nur Halimah Tugas II_Sisi Gelap Pertumbuhan


Tugas II
Nama   : Nur Halimah (PMI 6)
SISI GELAP PERTUMBUHAN
Pertumbuhan teknologi yang berlebihan telah mencipatakan suatu lingkungan dimana kehidupan menjadi tidak sehat baik secara fisik maupun secara mental. Udara yang tercemar, suara yang menggangu, kemacetan lalu lintas, bahan pencemar kimia, bahaya radiasi, dan banyak sumber stres fisik dan psikologis telah menjadi bagian kehidupan sebagian besar dari kita sehari-hari.

jamillah_pmi2_tugas ke2 "strategi pembangunan desa pesisir mandiri"

jamillah
pmi2
1112054000040


STRATEGI PEMBAGUNAN DESA PESISIR MANDIRI
 
M Pendahuluan.
            Desa pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa di wilayah daratan. Desa pesisir memiliki akses langsung pada ekosistem pantai (pasir atau batu), padang lamun, serta ekosistem terumbu karang. Kondisi geografis-ekologis desa pesisir mempengaruhi aktifitas-aktifitas di dalamnya. Aktifitas ekonomi desa pesisir ialah memanfaatkan sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir. Seperti, perikanan, pertambangan, wisata bahari, dan transportasi.
M Isu-isu Kritis.
            Ada sejumlah isu kritis dalam pembangunan desa pesisir, yang terbagi kedalam lima ranah: (1) Isu ekologi. (2) Isu Sosoal. (3) Isu Ekonomi. (4) Isu Agraria. (5) Isu Geopolitik.
            Pertama, kerusakan ekologis secara alamiah maupun antropogenik. Kerusakan ekologis secara alamiah dapat dilihat dari berbagai macam bencana alam, seperti tsunami, angina topan, elnino, dan gempa. Kerusakan alamiah ini memang diluar control manusia. Sementara kerusakan ekologis antropogenik adalah kerusakan yang disebabkan oleh manusia baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Contoh kerusakan ekologis secara langsung antara lain seperti pengeboman ikan, pencemaran laut, serta erosi pantai akibat pembabatana mangrove. Sedangkan yang bersifat tidak langsung seperti sedimentasi akibat aktifitas hulu yang tidak ramah lingkungan.
            Kedua, isu social terkait dengan struktur social, budaya, dan politik. Struktur social masyarakat pesisir dicirikan oleh pola hubungan antara patron-klien. Scott (1993) melihat hubungan patron-klien sebagai fenomena yang terbentuk atas dasar ketidaksamaan dan sifat fleksibelitas yang tersebar sebagai sebuah sistem pertukaran peribadi.
            Ketiga, isu ekonomi umumnya terkait aktifitas ekonomi masyarakatnya yang bergantung pada sumberdaya pesisir. Aktifitas ekonomi di desa pesisir mencangkup perikanan, ekstratif (pasir laut), pariwisata, industry garam, pelabuhan dan transportasi, dan perdagangan. Potensi sumberdaya tersebut seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat pesisir, namun karena kebijakan pemerintah kelautan yang belum berpihak pada pengembangan ekonomi berbasis sumber daya pesisir dan lautan maka peluang tersebut masih belum berkembang.
Keempat, isu agraria. Persoalan penting yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut adalah ketimpangan struktur argaria di desa pesisir. Isu-isu kritis baik tanah maupun air terjadi di desa pesisir di pulau-pulau kecil. Isu agraria tanah seperti masalah pemukiman, penguasaan mangrove dan penyewaan pulau kecil yang terjadi di desa pesisir di pulau-pulau besar juga terjadi di desa pesisir di pulau-pulau kecil.
            Isu pemukiman muncul ketika pemukiman di atas pantai mulai berkembang. Nelayan membangun rumah di atas air sebagian karena alasan kultural, yaitu karena mereka sudah menyatu dengan alam, dan kondisi tersebut memudahkan mereka dalam menjalankan aktifitas di laut. Namun sebenarnya ada alasan structural, yakni adanya factor tekanan penguasaan lahan dan wilayah darat yang umumnya dudah dikuasai elit desa.
            Kelima, isu geopolitik. Desa pesisir merupakan wilayah daratan terdepan yang berhadapan dengan wilayah perbatasan. Oleh karena itu, desa pesisir rentan terhadap gangguan keamanan, baik secara politik maupun ekonomi. Secara politik, desa pesisir, khususnya di pulau kecil perbatasan sangat rentan terhadap masuknya pengaruh asing yang dapat mempengaruhi nasionalisme.
M Visi Desa Pesisir 2030.
            Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh desa pesisir, penyelesaian masalah desa pesisir harus berlandaskan pada tiga pilar. Pertama, kekuatan kelembagaan social dan ekonomi masyarakat desa pesisir sendiri serta kemampuan pengelola sumberdaya yang berkelanjutan. Kedua, kemampuan pemerintah yang memberikan kesempatan dan jaminan legal formal termasuk jaminan keamanan teritori dan ideology dari pengaruh negara luar. Ketiga, pihak swasta termasuk pengusaha-pengusaha perikanan dalam wadah kerjasama yang menguntungkan masyarakat desa pesisir.
            Visi desa pesisir 2030 dapat diformulasikan dalam bingkai kemandirian desa dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti pangan, energy, kesehatan, dan pendidikan. Konsep kemandirian sebagai visi 2030 tidaklah berarti desa pesisir terlepas kesaling-tergantungannya dengan desa atau wilayah lain. Konsep kemandirian tersebut mengacu pada konsep "net-benefit" yang dihasilkan dari pertukaran dengan daerah lain. Hal ini sekaligus untuk mengatasi problem surplus transfer dari desa ke kota yang selama ini terjadi.
M Jalan Menuju 2030.
Visi desa pesisir 2030 hendak dicapai dengan menggunakan sejumlah prinsip pendekatan sebagai berikut :
v  Berpusat pada rakyat: Merupakan prinsip yang mengutamakan rakyat sebagai sasaran maupun subyek pembangunan desa pesisir.
v  Berbasis pada budaya dan kearifan local: merupakan prinsip yang mendorong pembangunan desa pesisir tetap bertumpu pada kekayaan budaya dan kearifan local untuk menghadapi derasnya arus budaya global dan popular.
v  Focus pada keberlanjutan: merupaka prinsip yang mengutamakan hasil pembangunan yang dapat dinikmati secara terus menerus dan memikirkan dampak waktu panjang.
v  Holistic: merupakan prinsip yang menekankan perlunya menyentuh seluruh aspek kehidupan yang terkait satu sama lain.
v  Kemitraan: merupaka prinsip yang mementingkan adanya kerjasama antar pelaku yang terkait dengan pembangunan desa pesisir, baik masyarakat, pemerintah, dan swasta.
v  Keterkaitan antara proses mikro dan makro: merupakan prinsip yang menekankan keharmonisan antara proses yang berlangsung secara makro baik ditingkat nasional dengan proses mikro didaerah maupun desa.
v  Dinamis: merupakan prinsip yang mementingkan kemampuan desa untuk merespon perubahan-perubahan yg terjadi diluar, termasuk di dalamnya kemampuan beradaptasi tanpa harus tercerabut dari akar budaya lokalnya.
v  Rumah lingkungan: merupakan prinsip yang menekankan pentingnya kelestarian lingkungan pesisir dalam setiap kegiatan pembagunan desa.
M Penutup.
Karakteristik desa pesisir 2030 adalah desa yang mandiri dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar masyarakatnya yakni pangan, energy, pendidikan dan serta sejumlah karakteristik soaial-budaya, ekonomi, dan ekologi. Upaya mencapai visi desa pesisir 2030 tersebut memerlukan kerjasama berbagai pihak melalui strategi kebijakan mikro, meso, dan makro. Peran perguruan tinggi tidak semata melahirkan sejumlah konsep, inovasi teknologi tepat guna untuk pembangunan ekonomi desa, tetapi juga mendampingi proses pembangunan desa itu sendiri melalui tahap-tahap sebagaimana penjabaran strategi mikro bekerjasama dengan berbagai pihak.
Daftar pustaka.
ü  Charles, Anthony. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd: Victoria.
ü  DKP. 2007. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Direktorat Jendral Pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil, Departemen kelautan Perikanan.
ü  Kusumastanto, T. 2006. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ü  Kusamastanto, T. 2006. Ekonomi Kelautan (ocean economis). PKSPL-IPB press. Bogor.
ü  Satria, A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Cidesindo, Jakarta.
ü  Satria, A. 2006. Pembaruan Agrarian Nasional di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Makalah Disampaikan Pada Symposium Agrarian Nasional, Oleh BPN, Jakarta. Selasa, 12 Desember 2006.
ü  Scott, James.C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. J
ü  akarta: Yayasan Obor Indonesia.

ALFIAN BAYU_Tugas2_mengatsi krisis air di desa


ALFIAN BAYU PRASETIO
NIM : 1113054000021
MENGATASI KRISIS AIR DI DESA
Upaya Mengatasi Krisis Air
Memamahami dengan cermat factor penyebab krisis air di pedesaan yang terjadi, di harapkan akan menjadi kunci keberhasilan dalam upaya-upaya penanganannya. Dengan demikian teknologi yang diterapkan bias tepat guna, dapat di usahakan dengan biaya rendah dan dapat menggunakan bahan-bahan yang potensial di jumpai dengan mudah di lokasi.
Pemanenan Air Hujan
Pemanenan air hujan boleh dikatakan merupakan salah satu upaya manusia secara aktif untuk menahan air hujan sementara sebelum lolos dan kembali beredar secara hidrologis. Menangkap dan menyimpan adalah akttifitas dalam kegiatan ini.

IIS SUDIYANTI _Tugas2 pandangan hidup mekanik

Pandangan Hidup Mekanik )
Iis Sudiyanti_1111054000006_PMI6

Dalam ilmu biologi, pandangan Descartes tentang organism hidup sebagai sebuah mesin yang terbangn atas bagian-bagian yang terpisah memiliki kerangka konseptual yang dominan, kepercayaan bahwa sema aspek organism hidup dapat dipahami dengan mereduksinya hingga unsur-unsr pokoknya yang terkecil dan dengan meneliti mekanisme yang digunakan untuk berinteraksi masih tetap menjadi landasan kuat bagi pemikiran biologi yang paling konteporer sekalipun.  Fenomena biologis yang tidak bisa dielaskan dalam pengertian reduksionis ini dianggap tidak berharga dalam penyelidikan ilmiah. Konsekensinya, para biolog telah mengembangkan cara-cara yang aneh untuk menghadapi organisme hidup. Masalah-masalah yang tak terpecahkan oleh para biolog dewasa ini, yang tampaknya disebabkan oleh pendekatan mereka yang sempit dan terpecah-pecah, tapak  berkaitan dengan fungsi sistem hidup sebagai sebuah keseluruhan dan interaksi sistem hidup tersebut dengan lingkungannya.

Rizka Arfeinia Tugas ke-2 Kebuntuan Ilmu Ekonomi-

Kebuntuan Ilmu Ekonomi
Tugas ke-2
Oleh: Rizka Arfeinia
Pengembangan Masyarakat Islam - VI
            Ilmu ekonomi saat ini ditandai dengan pendekatan reduksionis dan terpecah-pecah yang merupakan symbol bagi kebanyakan ilmu-ilmu sosial. Para ahli ekonomi biasanya gagal mengetahui bahwa ekonomi hanyalah satu aspek dari suatu keseluruhan susunan ekologis dan sosial suatu sistem hidup yang terdiri dari manusia dalam interaksi yang terus menerus satu sama lain dan dengan sumber daya alamnya yang sebagian besar diantaranya berupa organisme hidup. Kesalahan mendasar ilmu-ilmu sosial adalah membagi-bagi susunan ini menjadi potongan-potonganyang dianggap mandiri dan dihadapi dalam bidang akademik yang terpisah.

Ade fauzan tugas2 Revitalisasi kelembagaan

Revitalisasi kelembagaan ekonomi pertanian dan pedsaan             
Sector pertanian dalam arti luas masih memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kesejahtraan masyarakat Indonesia. Peranan sector pertanian yang semakin menyusut dalam pembentukan PDB ternyata disertai dengan mengecilnya peranan dalam peranan tenaga kerja. Pembanunan pertanian ditujukan terutama bagi peningkatan pendafatan dan kesejahtraan petani dan keluarganya, namun dalam perakteknya tujuan tersebut sering sulit untuk diwujudkan. Contohnya kebijakan yang menyangkut komoditas beras. Kebujakan yang dimaksud untuk membantu petani padi, pada akhirnya dapat merugikan konsumen beras. Sebaliknya kebijakan beras murah untuk konsumen berlawanan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani padi. Berbagai upaya yang ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan petani ternyata menghadapi berbagai kendala.

Rizka Arfeinia Tugas ke-1 Kabuyutan

Kabuyutan
Tugas ke-1
Oleh: Rizka Arfeinia
Pengembangan Masyarakat Islam - VI


            Istilah Kabuyutan dalam agama Sunda setidaknya sudah ada pada awal abad ke-11 M. Prasasti Sanghyang Tapak yang dibuat kira-kira tahun 1006-1016 M, menerangkan bahwa Prabu Sri Jayabupati (selaku Raja Sunda) sudah menetapkan sebagian dari wilayah walungan Sanghyang Tapak (ketika itu) selaku kabuyutan, yaitu tempat yang mempunyai pantangan yang harus dituruti oleh semua rakyatnya.
Istilah ini terbentuk dari kata dasar buyut. Adapun kata buyut mengandung dua arti. Pertama, turunan keempat (anak dari cucu) atau leluhur keempat (orang tua dari nenek dan kakek). Kedua, pantangan atau tabu alias cadu atau pamali.

Dimas Pratio Peningkatan Kapasitas dan Penguatan Struktur Kelembagaan Otonomi Desa

“PENINGKATAN KAPASITAS DAN PENGUATAN
STRUKTUR KELEMBAGAAN OTONOMI DESA”
Tugas II
Pendahuluan
            Masalah yang dihadapi di desa bermacam-macam mulai dari persoalan keperluan akan desentralisasi dari Negara untuk membagi kekusaan, kewenangan, keuangan dan kepercayaan dan tanggung jawab kepada desa. Kedua, tentang didalam desa dengan basis local (swadaya dan moda sosial, pranata dan sumber daya sosial lain, dan sumberdaya ekonomi).
Masyarakat desapun sering menghadapi kendala diabaikan dalam berbagai persoalan, akibatnya menjadikan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat terus melemah sehingga menimbulkan jangka kematian yang pendek.

ABDUL RAHMAN_Tugas 2 MENGATASI KRISIS AIR DI DESA

MENGATASI KRISIS AIR DI DESA
Latarbelakang
                Air merupakankebutuhanutamamanusia. Air diperlukanuntukfisiologis, spertiminum, memasak, mandi, mandi, cucidankakus, danuntukkegiatanproduksiseperti industry danpertanian. Meskipun air menempatitiga per empatbagianbumiakantetapisebagianbesar air tersebutmerupakan air laut yang tidak bias secaralangsungdimanfaatkanuntukkeperluantersebutdiatas. Menurutlaporan World Commission On Water, dalam 20 tahun, air yang dibutuhkanuntukkonsumsidunia, baik air minummaupun air untukmengairitanaman, sudahtakcukuplagi. Jumlah air bersih yang tersediabagimanusiakurangdari 0,08persendariseluruh air dipermukaanbumi. Sekitar 70 % dari air itusudahdigunakanuntukagrikulturdankebutuhan air akanterusbertambahdidunia industry.

Agik_Tugas2_Teori max Weber





 
Max Weber
Max Weber (1864-1920) lahir di Erfurt di Thungiria, Jerman, telah dididik di bidang hukum dan ekonomi. Ia menjadi mahaguru di universitas-universitas di Berlin, Freiburg, dan Heidelberg. Sebagai akibat tekanan jiwa,
ia terpaksa berhenti sebagai mahaguru pada tahun 1900. selama 18 tahun ia tidak mengajar, tetapi melakukan riset dan menerbitkan banyak buku dan esei.
Mengenai teori perilaku sosial Max Weber atau sering kita dengar dengan Tindakan sosial, sebelumnya kita melihat apa yang disebut dengan sosiologi menurut Max Weber. Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi-institusi sosial, sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.

Aditiya Awaludin Tugas 2 INOVASI DALAM AKSELERASI


INOVASI DALAM AKSELERASI AGROINDUSTRI PERDESAAN
Sebagian besar penduduk indonesia yang khususnya tinggal didesa bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini yang membuat pembangunan sangat penting dan strategis dalam perspektif pembangunan nasional.
Pada saat ini struktur pertanin yang ada di Indonesia, sulit untuk melakukan perbaikan untuk menuju peningkatan kesejahteraan. Karena itu para petani tidak memiliki modal untuk mengelola usaha taninya yang meemungkinkan mereka tumbuh dan berkembang. Seperti usaha perbaikan produksi dan penurunan harga input untuk menekan biaya tidak akan mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa dan petani secara khusus.

M.Fahmi Nurdin Tugas2 - KESETARAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PERDESAAN

KESETARAAN GENDER DALAM
PEMBANGUNAN PERDESAAN

            Dengan kata lain , PUG (pengarustamaan gender) merupakan strategi untuk mengintegrasi minat, pengalaman, permasalahan, aspirasi dan kebutuhan lelaki dan perempuan ke dalam proses managemen pembangunan, di mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi hasil pembangunan dalam upaya mewujudkan kesetaraan keadilan gender di berbagai aspek kehidupan. Tujuan dari upaya tersebut adalah untuk mencapai KKG di semua aspek kehidupan manusia, untuk lelaki dan perempuan.

hendri afriliansyah_Tugas2_Teori Max Weber

Max Weber

Max Weber (1864-1920) lahir di Erfurt di Thungiria, Jerman, telah dididik di bidang hukum dan ekonomi. Ia menjadi mahaguru di universitas-universitas di Berlin, Freiburg, dan Heidelberg. Sebagai akibat tekanan jiwa, ia terpaksa berhenti sebagai mahaguru pada tahun 1900. selama 18 tahun ia tidak mengajar, tetapi melakukan riset dan menerbitkan banyak buku dan esei.

Mengenai teori perilaku sosial Max Weber atau sering kita dengar dengan Tindakan sosial, sebelumnya kita melihat apa yang disebut dengan sosiologi menurut Max Weber. Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi-institusi sosial, sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.

Syifa Thoyyibah Tugas 2. Fisika Baru


FISIKA BARU
Pada permulaan fisika baru tercapilah prestasi intelektual seorang diri yanmg luar biasa Albert Einsten. Dalam dua buah artikelnya, keduanya diterbitkan pada tahun 1905, Einsten memulai dua kecenderungan revolusioner dalam pemikiran ilmiah. Yang pertama adalah teori relativitas khusus dan yang kedua adalah suatu cara pandang baru tentang radiasi elektromagnetikl yang menjadi ciri teori quantum, dan teori fenomana atom.
Einsten sangat percaya pada harmoni alam yang inheren, dan selama kehidupan ilmiahnya, yang menjadi perhatian Einsten yang paling dalam adalah bagaimana menemukan suati fondasi fisika yang utuh. Dia mulai bergerak mendekati tujuan ini dengan membangun suatu kerangka umum bagi elektro dinamika dan mekanika, dua teori fisika klasik yang terpisah. Kerangka ini dikenal dengan teori relativitas khusus.
Perkembnagan penting lainnya dalam fisika abad kedua puluh adalah suatu konsekuensi penelitian eksperimental tentang atom. Pada awal abad kedua puluh para fisikawan menemukan beberapa fenomena yang berkaitan dengan struktur atom, semacam sinar X dan radio aktif, yang tidak dapat diurai dalam pengertian fisika klasik.

Elita Noveliyanti_Tugas2_Teori Max Weber

Teori sosiologi oleh max weber
Terbagi menjadi empat:
-    Teori kapitalisme
-    Teori tindakan
-    Teori verstehen
-    Teori karisma
           
 TEORI KAPITALISME
Dalam karyanya yang The Protestan Ethic and The Spirit of Cafitalism, Weber memaparkan bagaimana agama Protestan mendorong lahir dan berkembangnya kapitalisme. Namun, harus difahami bahwa pengaruh agama Protestan hanya satu bagian saja dari keseluruhan pemikiran Weber yang menjelaskan mengapa kapitalisme lahir dan berkembang di barat. Agama hanyalah salah satu faktor penting disamping faktor lain yakni rasionalisasi intitusi.

Janos Prakoso_Tugas2_Teori Max Weber

Max Weber (1864-1920)
                Maximilian Weber lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.

Elita Noveliyanti_Tugas2_Teori Max Weber

Teori sosiologi oleh max weber
Terbagi menjadi empat:
-    Teori kapitalisme
-    Teori tindakan
-    Teori verstehen
-    Teori karisma
           
 TEORI KAPITALISME
Dalam karyanya yang The Protestan Ethic and The Spirit of Cafitalism, Weber memaparkan bagaimana agama Protestan mendorong lahir dan berkembangnya kapitalisme. Namun, harus difahami bahwa pengaruh agama Protestan hanya satu bagian saja dari keseluruhan pemikiran Weber yang menjelaskan mengapa kapitalisme lahir dan berkembang di barat. Agama hanyalah salah satu faktor penting disamping faktor lain yakni rasionalisasi intitusi.
Weber mendefinisikan kapitalisme sebagai upaya manusia untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang di kelola secara pribadi. Meski demikian, kegiatan usaha yang dimaksu bukanlah sekedar perdagangan dan pertukaran barabg yang sudah ada sejak dahulu di masyarakat manapun. Menurut Weber kapitalisme harus mengandung aspek penting yakni rasionalisasi. Sistem kapitalisme yang rasionalmenurut weber adalah sistem yang menggunakan sisitem akuntansi, yaitu sistem yang menghitung pengeluaran dan pemasukan dengan sistem penghitungan berdasarkan tata pembukuan modern (Sociology of Economic Life: 92 – 93).
Menurut Weber, ada kondisi-kondisi sosial tertentu dalam masyarakat yang menentukan lahirnya sistem kapitalisme yang rasional. Pertama, adanya pergerakan bebas dari dari tenaga kerja, lahan, dan barang. Syarat kedua, adanya sistem kepimilikan,hukum, dan keuangan yang mndukung terciptanya pasar yang luas. Syarat-syarat ini yang kemudian menjadi jawaban kenapa kapitalisme bisa lahir dan berkembang di barat, tapi tidak di wilayah lainnya. Untuk mencapai kesimpulan, Weber meneliti sistem masyarakat di China dan India. Weber membandingkan antara sistem masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Di China, rasionalisasi terhambat oleh ikatan kesukuan dan klan yang feodal. Selain itu, sistem kekaisaran yang mendasarkan pemerintahan pada nilai-nilai dan keyakinan tradisional juga menghalangi terjadinya kondisi yang menjadi syarat kapitalisme. Di India syarat kapitalisme terhambat oleh sistem kasta. Pembedaan kasta menjadi syarat dalam sistem dan ekonomi di India.

Tindakan Sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975).  Suatu  tindakan  individu  yang  diarahkan  kepada  benda  mati  tidak  masuk  dalam  kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika  tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada   orang  lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan  sosial  dapat  berupa  tindakan  yang  bersifat membatin  atau  bersifat  subjektif  yang mungkin terjadi  karena  pengaruh  positif  dari  situasi  tertentu.  Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000).
Ciri-ciri tindakan sosial
Ada 5 ciri pokok  Tindakan sosial menurut Max Weber  sebagai  berikut: 
1.   Jika  tindakan manusia  itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal  ini bisa meliputi berbagai  tindakan nyata
2.   Tindakan nyata  itu bisa bersifat membatin  sepenuhnya
3.   Tindakan  itu  bisa  berasal  dari  akibat  pengaruh  positif  atas  suatu  situasi,  tindakan yang sengaja diulang, atau  tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam dari pihak mana  pun
4.   Tindakan  itu  diarahkan  kepada  seseorang  atau  kepada  beberapa  individu
5.   Tindakan  itu memperhatikan  tindakan orang  lain dan  terarah  kepada orang  lain 
   
    Tipe tindakan sosial

Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:
1.      Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai  dan  menentukan  tujuan  itu dan bisa saja  tindakan  itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai  tujuan  lain.
2.      Tindakan rasional nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.

3.      Tindakan  afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi  (Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari  luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti

4.      Tindakan  tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action) 
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.


Verstehen
Max Weber menawarkan model analisis sistem simbol dengan pendekatan Verstehen (pemahaman) yang memungkinkan orang untuk bisa menghayati apa yang diyakini oleh pihak lain, tanpa adanya prasangka tertentu. Dalam tradisi Verstehen, jika obyeknya adalah sistem budaya, maka bisa dipilih antara tradisi agung (great trdition) dan tradisi rendah (litlle tradition).
Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi idealis adalah tekanannya pada Verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan  sosial. Bagi Weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seorang pemahaman akan motifnya sendiri, tetapi tidaklah cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya hendak dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya ingin dilihat menurut perspektif itu. Proses tersebut mengacu pada konsep "take a role play" (mengambil peran) yang terdapat dalam interaksionisme simbol.
Tindakan Subyek harus dapat dipahami dalam hubungannya dengan arti subyektif yang terkandung didalamnya. Untuk itu, orang perlu mengembangkan suatu metode untuk mengetahui arti subyektif ini secara obyektif, akurat dan analitis.
Konsep Rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda. Pendekatan  obyektif  hanya berhubungan dengan gejala-gejala yang dapat diamati (benda fisik atau perilaku nyata), sedangkan pendekatan  subyektif  berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang sukar ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikiran dan motif-motifnya.
Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan, " Mengapa manusia menentukan pilihannya ? Metode yang dikembangkan oleh Weber adalah Verstehen, karena menurutnya sosiologi juga adalah manusia yang mengapresiasi lingkungan sosial dimana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu dapat berupaya memahami tindakan mereka, sehingga konsep inilah yang dapat membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu sosial.
Verstehen adalah suatu metode pendekatan yag berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan histori/sejarah. Pendekatan ini bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan makna yang dibuat oleh aktor yang terlibat di dalamnya. Yang menjadi inti dari sosiologi, bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakatnya, maupun nilai yang obyektif dari tindakan yang ada di dalamnya, melainkan semata-mata arti yang nyata dari tindakan perindividu yang timbul dari alasan subyektif itu yang di sebut dengan Verstehende Sociologie.

Teori Kharisma
Secara etimologi (bahasa), kata "kharisma" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "berkat yang terinspirasi secara agung" atau "pemberian Tuhan". Menurut Weber, kharisma hanyalah suatu persepsi/paradigma dalam masyarakat, bahwa seorang pemimpin telah diberkati oleh Tuhan karena kualitas kepemimpinan yang luar biasa. Kharisma terjadi, pada saat adanya krisis sosial, seorang pemimpin hadir dengan visi yang menawarkan sebuah solusi untuk mengatasi krisis sosial tersebut, kemudian muncul pemimpin yang dapat menarik rakyatnya yang percaya terhadap visi dan misi sang pemimpin itu. Kemudian mereka mengalami suatu keberhasilan berkat jasa sang pemimpin. Sehingga, seluruh rakyatnya percaya, bahwa pemimpin tersebut ialah orang yang diberkati oleh Tuhan dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Pemimpin kharismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan/bakat luar biasa atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan rakyatnya, bahwa pemimpin itu memang memiliki ciri tersebut.


Daftar Pustaka

Johnson,  D.P.  1986.  Teori  Sosiologi  Klasik  dan  Modern.  Terjemahan  Robert  MZ  Lawang.  Jakarta: Gramedia.

Ritzer, G. 1992. Sosiologi  Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan. Jakarta: Rajawali.

Ritzer, G  dan Goodman Douglas  J.  2005.  Teori Sosiologi Modern.  Terjemahan Alimandan.  Jakarta:
Prenada Media.

Ninaastuti.blogspot.com

tugas

Nur Syamsiyah_Tugas 2_Otoritas Lokal Dalam Penglolaan Sumberdaya Alam: Menatap Otonomi Desa dalam Perpekstif Sosiologi Pembangunan dan Ekologi Politik
 
Desa dalam pusaran kekuatan TNCs, TNSs, dan TNKs
Tidak mudah membayangkan seperti apakah wujud desa dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Indonesia pada tahun 2030 nanti. Berbagai spekulasi yang didasarkan oleh kondisi faktual dan prediksi kecendrungan global telah dimulai sejak lama oleh para pakar termasuk kalangan political ecologist agar bisa meraba "bangun struktur sosial dan politik serta nilai-nilai budaya" desa masa depan di kawasan negara dunia ketiga (termasuk Indonesia). "bukan hal yang mudah" untuk menggambarkan desa masa depan, karena proses masih dikawasan lokalitas yang berjalan amat sangat cepat dan membawa konsekwensi perubahan sangat substansial pada setiap aspek kehidupan lokal.
Desa (lokalitas) juga menjadi ajang perebutan magnetik berkepentingan sosial-politik dan ekonomi yang menjadikan eksitensinya selalu terkait dalam menentukan arah perkembangannya ke depan. Tesis tentang beradunya thestrong state dan the weak state dalam teori "global national dualism" statemen ini sangat jelas pada arena petarungan kekuatan global yang akan menyeret desa dalam arus kuat politik SDA dan akan mempengaruhi derajat ke daulatannya dalam menata kehidupan entitas sosial yang diayominya. Dari perspektif world system theory, Friedman (1999) bahkan dengan sangat tandas menyatakan bahwa gejala perebutan kekuatan sistem-sistem pengaturan dimana sistem sosial desa yang diwakili oleh indigenous civilization akan terus didesak oleh kekuatan barat-global world yang sangat menekan. Tekanan berlasung melalui ekspansi-ekspansi "sistem pengetahuan Barat" (yang mendesak sistem pengetahuan tempatan),"nilai-budaya modernitas ala Eropa Barat" (yang menggusur cara hidup khas-lokalistik), serta "sistem ekonomi kapitalisme" yang melaju seiring dengan perluasan kapital dari Trans-National Corporations (TNCs) yang mendesak perekonomian lokal (lihat Escobar, 1998, 1999; 2005 lihat juga Tabel 1 pada Lampiran).
Robinson (2001) mengemukakan lebih jauh bahwa kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui 2 cara, yaitu ekspansi kolonialisme di era penjajahan (abad 16-19) dan ekspansi globalisme di era modernisme (abad 20-21).
Hasil akhir dari bekerjanya sistem-sistem pengaturan khas kapitalisme dan globalisme adalah apa yang dikonskeptualisasikan sebagai pengaturan berbasikan kepahaman antar bangsa (antar negara). Kesepakatan antar negara dalam konteks globalisme dikenal sebagai konsep Trans-National States (TNSs). Teladannya sangat sederhana dalam hal ini adalah kesepakatan Indonesia dengan USA atas eksoplotasi bahan tambang yang berharga ekonomi tinggi. Kesepakatan tersebut selanjutnya mempengaruhi kepada TNCs untuk menggarap sumberdaya alam di berbagai lokalitas di Indonesia tanpa harus mengindahkan eksitensi komunitas lokal untuk campur tangan. Dalam konsep TNCs yang demikian itu, kedaulatan lokal terkooptasi dan
terjajah oleh kekuatan politik-ekonomi antar negara yang terkait secara trans-nationalitas. Dengan demikian, keputusan-keputusan yang dihasilkannya seringkali sangat merugikan eksitensi lokal. Dan timbul berbagai konflik sumberdaya alam yang tidak dapat dihindari. Kekuatan kolonisasi ala globalisme menempatkan TNCs menekan wilayah-wiayah kepada daulatan perekonomian suatu lokalitas (desa). TNSs  lebih bekerja pada wilayah-wilayah kedaulatan kekuasaan politik-pengaturan suatu sistem sosial, dimana "tangan-tangan birokrasi negara" bekerja dengan cermat dan seksama demi kepentingan TNSs (dan TNCs). Fakta yang kemudian muncul dalam sosiologi pembangunan dikatakan sebagai proses deteritorialisasi struktur dan budaya lokal untuk hidup yang mandiri tanpa penjajahan dari berbagai agensi ekstra-lokal(kelembagaan non-lokal dan agensi asing).
Castels (2001) mengemukakan dalam hal ini, bahwa ekspansi globalisme (trans-nationalism theory) yang menghempaskan sistem sosio-kemasyarakatan lokal dan prasyarat penting bagi terbentuknya "world modern social system"  sejak keseluruhan sketsa pembangunan kawasan negara dunia ketiga terperangkap dalam modernization-theory. Dalam kerangka ini, globalisme selain diartikan sebagai integrasi ekonomi dan sistem sosial global, tidak dapat dihindarkan konsep tersebut yang mengkaitkan pula gagasan tentang adanya penetrasi budaya Trans National Knowledge System (TNKs) secara sistematis seluruh dunia. Penetrasi TNK sebagai bagian dari keniscayaan modernisasi dan kapitalisme global ikut menggerogoti kedaulatan lokal terutama di wilayah spiritualitas dan budaya. Dalam hal ini, nilai-nilai kebajikan lokal (local virtues), kearifan lokal (local wisdom), pengetahuan murni (indigenous knowledge) secara sistematis dipinggirkan oleh pengetahuan Barat yang mendominasi dan datang bersamaan dengan kekuatan kapital-global (Escobar, 1998, 1999, Nygren, 1999).
Strategi "reteritorialisasi kedaulatan lokal" dapat berfungsi sebagai pengatas masalah proses-proses deteritorialisasi akibat globalisme, strateginya berpusat pada keunggulan lokal dan menjadi jalan tunggal pilihan-solusi dari "mazhab kekuasaan". Hanya dari sistem inilah, sistem lokal dapat tertolong dari pusaran yang sangat mematikan di masa kini dan mendatang.
Teladan-teladan yang representitatif dan sangat tepat untuk menggambarkan proses keterdesakan lokal oleh globalisme-modernisme-kapitalisme ala Eropa di Indonesia adalah kasus-kasus marjinalisasi teritorial sistem-sistem peradaban asli oleh kekuatan Barat yakni, "Ngato Toro" di Sulawesi Tengah atau "Suku Anak Dalam" di Jambi.
Dalam kerangka Foucauldian, dijelaskan bahwa otoritas lokalitas dibanyak kawasan dunia ketiga menyerah pasrah dan menjadi tidak berdulat lagi atas SDA,  jelas inilah yang sangat mengubah the whole landscape of livelihood system secara totalitas sehingga berdampak nafkah lokal yang sangat rendah. Contoh kasus:
Dimana seluruh SDA dikuras tanpa disisihkan yakni, di Timika Papua, di Kalimantan Timur, di pedalaman Sumatera, di kawasan Pantura Jawa, dsb.
Bagaimana pula seharusnya bentuk desa dimasa 2030 seharusnya dikembangkan? Pilihan strategi apa yang harus ditempuh oleh desa dalam hal pusaran globalisme terlalu kuat untuk dapat dihindarkan begitu saja?
 
Empat Skenario Sistem Pengelolaan SDA Lokal: Memberikan Kesempatan Bagi Lokalitas untuk Memilih
Dengan tetap berasumsi pada bekerjanya tiga pusaran arus globalisme yang menghempas desa atau lokalitas, maka dapat disusun teoretisasi tentang pengelolaan SDA oleh komunitas lokal dimasa depan. Yang sangat mengacu pada kerangka pemikiran Friedman (1999) yang mengemukakan bahwa kecendrungan global menawarkan dua ranah pemikiran tentang "identitas struktur kekuasaan" di wilayah kekuasaan pengaturan dan" identitas budaya tempatan" di wilayah sistem sosial-budaya lokal.
Dalam teoritasi Friedman (1999), ranah identitas mengenal dua kutub yang saling bersebrangan, yaitu "self-directed regime" (kedaullatan lokal) dan "other-directed regime" (keterjajahan oleh kekuatan asing) di kutub yang lain. Keduanya dihubungkan oleh continuum of identity yang divariasikan dalam struktur kekuasaan dan otoritas turunannya. Keduanya dikenal kutub "kosmopolitanisme" (keterbukaan total) yang bercirikan inter-dan-multikulturalisme di satu sisi, dan kutub "komunitarianisme" (ketertutupan budaya total) yang bercirikan budaya yang homogen di sisi lainnya. Kedua kutub  ditemukan variasi identitas budaya turunannya, yang dibangun oleh kutub identitas struktur dan kutub identitas budaya yang saling disilangkan secara tegak lurus, maka diperoleh sebuah matriks dengan 4 kuadran
Dengan menerapkan pemikiran Friedman dapat diperoleh empat kombinasi ekstrem tata-kelola SDA maupun identitas ekstrem. Ruang-ruang tata-pengaturan SDA tersebut adalah:
1)      Ruang ekstrem I ("kiri-atas"), adalah ruang dimana pengelolaan SDA mengandalkan struktur-struktur kelembagaan dan aturan-aturan lokal yang sangat otonom sifatnya. Segala kekuatan asing (TNCs, TNKs, dan TNSs)tidak dapat menembus isolasi ruang I sehingga pengelola SDA berkesan bercirikan "lokalisme defensif"(Winter, 2003).
2)      Ruang ekstrem II ("kanan-atas"), adalah ruang dimana kedaulatan lokal hanya terjadi dalam hal olah-otoritas pengelolaan SDA saja. Hingga taraf tertentu TNCs dan TNSs tidak mampu mengubah tantanan pengelolaan SDA lokal. "Tata-pengaturan Nagari di Ranah Minang" adalah contoh kedaulatan pengaturan lokal dalam pengelolaan SDA yang dimana struktur lokal masih lunak, namun orientasi nilai masyarakatnya telah mulai memudar.
3)      Ruang eksrem III ("kanan bawah") adalah ruang dimana modernitas-Barat yang dibawa oleh gerakan modernisasi (termasuk pemerintahan lokal) via berbagai kegiatan pembangunan, yang mampu mengubah struktur atau tatanan kelembagaan pengelolaan SDA lokal. Pada ruang ekstrem ini didapati struktur tata-pengaturan SDA dan orientasi nilai budaya yang terjajah  secara sempurna. Yakni, di desa-desa Jawa yang tidak lagi memiliki otoritas yang memadai pengelolaan SDA.
4)      Ruang ekstrem IV("kiri bawah") adalah ruang dimana kelembagaan bentukan pengelolaan SDA (akibat kekuatan proses-proses modernisasi-kapitalisme oleh TNCs dan TNSs) telah mengubah lanskap lokal dan tata-pengaturan SDA lokal tidak berdaya menghadapi keseluruhan mengikuti cara-cara yang diinterogasikan dari luar sistem lokal.

Cari Blog Ini