Senin, 17 September 2012

Pemikiran Emile Durkheim Tentang Agama


Pemikiran Emile Durkheim Tentang  Agama
Nama              : Imas Hayati Nufus [KPI 1E] / Tugas ke-2
a.      Pemikiran Emile Durkheim Tentang  Agama
Emile Durkheim lahir di Alsace, Prancis. Iamasukkesekolah-sekolah di PrancisdanJerman, tempatiabelajarhukum, filasafat, ilmusosial, psikologi, danantropologi. Beliauadalahseorangsosiologteoritisdanpraktisipendidikan. Durkheim adalahseseorangpertama yang memperolehgelar professor di bidangpendidikandansosiologi.
Dalamkaryanya yang terakhir, The Elementary Forms Of ReligiousLife( bentuk-bentukawalkehidupan agama) yang diterbitkandalambahasaperancis (1912/1965), Emile Durkheim memusatkanperhatiannyapadapusatterakhir nonmaterial-yakni agama. Dalamkaryaini, Emile Durkheimmembahasmasyarakatprimitifuntukmenemukanakar agama.Iayakiniadapatsecaralebihbaikmenemukanakar agama dengancaramembandingkanmasyarakat primitive yang sederhanaketimbangmasyarakat modern yang kompleks. Temuannyaadalahbahwasumber agama adalahMasyarakatitusendiri,masyarakatlah yang menentukanbahwasesuatuitubersifat sacral (suci) dan yang lainnyabersifatprofan, khususnyadalamkasus yang disebuttotemisme. Dalam agama primitive (totemisme) inibenda-bendasepertitumbuh-tumbuhandanbinatangdidewakan.

Pemikran agama menurut August Comte dan Emilie Durkheim, Tugas 2, Arif Syahrizal KPI 1 E


PEMIKIRAN AUGUST COMTE DAN EMILE DURKHEIM TENTANG SOSIOLOGI AGAMA
     Nama      : Arif Syahrizal
     Kelas      : 1 E
     NIM       : 1112051000133

              Menurut emile durkheim tentang agama dengan kajian aspek aspek Sacred dan Profane dalam masyarakat, kepercayaan dan simbol simbol suci pada masyarakat primitif dan pra industri. Pendek kata, agama di lihat dari berbagai prespektif dan bersinggungan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Namun setelah tahun 1920 mengikuti kematian Max Weber, sosiologi agama kembali mengalami kemunduran dan berlangsung sampai tahun 1950. Namun masa 30 tahun tersebut tidak berarti memberikan sumbangan apapun . Negara negara, seperti Inggris, Amerika dan Perancis dengan susah payah berhasil mencapai kecanggihan teoritis yang dapat menjadi kerangka acuan para ahli masa berikutnya.
             

Pemikiran Tentang Agama Menurut August Comte dan Emile Durkheim . Nama : Novi Fitriani. Kelas : KPI E . Tugas ke II

Nama : Novi Fitriani
NIM : 1112o51000147
Tugas ke II

Pemikiran Tentang Agama Menurut August Comte dan Emile Durkheim

Agama memiliki definisi yang beragam, demikian banyaknya sehingga definisi agama semakin tidak jelas. Berikut pandangan tentang definisi agama menurut beberapa tokoh Intelektualisme
1. August Comte
Dari definisi yang dikemukakan Tylor yaitu agama sebagai; kepercayaan kepada wujud-wujud spiritual. Walaupun agama memiliki banyak perbedaan, namun mereka semua sama dalam hal ini, bahwa terdapat ruh-ruh di alam ini yang berfikir, bertindak dan merasakan seperti manusia.   Frazer dan Spencer adalah termasuk tokoh yang sependapat dengan Tylor.   August Comte, walaupun ia juga sepakat dengan definisi tersebut, akan tetapi ia menganggapnya bahwa definisi tersebut tidak sempurna.

Sosiologi

Sosiologi
Oleh: meteor mardiansyah_kpi1D

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara berinteraksi dalam bermasyarakat. Sosiologi berasal dari kata yunani yaitu sosios dan logos.
Dan berikut adalah tokoh tokoh para pelopor sosiologi:
 Auguste Comte, memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte, lahir di Montpelier, Prancis pada tanggal 19 Januari 1798. Orang tua Auguste Comte berasal dari kelas menengah dan akhirnya sang ayah meraih posisi sebagai petugas resmi pengumpul pajak lokal. Meskipun ia adalah seorang mahasiswa yang cerdas, namun Comte tidak pernah mendapatkan ijazah sarjana. Ia dan seluruh mahasiswa seangkatannya dikeluarkan dari Ecole Politehnique karena gagasan politik dan pembangkangan mereka. Pemberhentian ini berdampak buruk pada karir akademis Comte. Pada tahun 1817 ia menjadi sekretaris dan "anak angkat" Claude Henri Saint- Simon, seorang filusuf yang empat puluh tahun lebih tua dari Comte (Manuel, 1962:251).

Sosiologi dan August Comte

APA ITU SOSIOLOGI?
AGUN AKBAR TABRANI (KPI 1 D)


kata sosiologi berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan kata bahasa yunani logos yang berarti cerita, di ungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul "cours de philosophie positive" karangan august comte (1798-1857).  Sosiologi muncul sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Namun, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakta, sosiologi baru lahir kemudian di eropa yang sejak awal abad ke-19 dapat di katakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia satu dan lainnya di dalam suatu kelompok berakibat timbulnya pola hubungan antar manusia guna menghindari bentukan antar individu, dan individu dengan kelompok. Atau secara singkat dapat di definisikan bahwa sosiiologi adalah ilmu yang berobjek pada pola pola hubungan antar manusia.

Sosiologi August Comte

Nur Triana Yuliani (KPI1D)

1.       Apa itu sosiologi ?
Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti teman,dan bahasa Yunani logos yang berarti ilmu pengetahuan, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, perilaku masyarakat dan perilaku sosial dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.

August Comte

Sosiologi August Comte
Iryanti Rachmaniar (KPI 1 D)

Kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang artinya teman dan kata bahasa Yunani logos yang berarti cerita, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul " Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan,bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, sosiologi baru lahir kemudian di eropa yang sejak pada awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Saat itu para ilmuan mulai menyadari perlunya mempelajari kondisi dan perubahan sosial secara khusus. Para ilmuan itu kemudian berupaya membangun teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

TUGAS 1 KPI 1D_Nur Triana Yuliani

    Nama saya Nur Triana Yuliani, lahir di Jakarta pada tanggal 16 juli 1994. Saya anak ke 3 dari 3 bersaudara, saya memiliki dua orang kakak laki-laki.  Ayah saya bernama Nunung dan Ibu saya bernama Wahyuni. Ayah dan Ibu  bekerja sebagai polisi. Sejak kecil saya tinggal bersama keluarga saya di asrama polisi ciputat dan pada tahun 2003 saya pindah bersama keluarga saya ke daerah sawangan-depok.
Saya lulusan dari

tugas ke 1_ meteeor mardiansyah_kpi1D

Nama saya meteor mardiansyah, saya lahir pada tanggal 30 mei 1995 hari selasa.
Saya lahir di Cirebon tepatnya  di desa jamblang kecamatan jamblang kabupaten Cirebon.
Ibu saya bernama arnia dan beiau seorang guru di sekolah dasar, dan ayah saya kerja sebagai jurnalis. Saya mempunyai seorang adik wanita dan tahun ini baru masuk smp.
Ibu dan ayah saya sudah cerai sejak saya kelas 5sd, dan saya tinggal bersama ibu saya sampai lulus dari MAN CIREBON 1.

Tentang Sosiologi dan August Comte

KPI1D_Dewi Mufarrikhah
DEFINISI SOSIOLOGI
Kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang artinya teman, dan kata bahasa Yunani logos yang berarti cerita, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul  "Cours De Philosophie Positive". Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, sosiologi baru lahir kemudian di Eropa yang sejak awal abad ke 19 dapat dikatakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Saat itu para ilmuan mulai menyadari perlunya mempelajari kondisi dan perubahan social secara khusus. Para ilmuan itu kemudian berupaya membangun teori social berdasarkan cirri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Hukum Tiga Tahap dalam Sosiologi

Nurul Latifah
TUGAS 2 KPI 1D

AUGUSTE COMTE
"PENDIRI" SOSIOLOGI,BAPAK POSITIVISME
Istilah
sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf
dalam pelajaran ke-47 Course de la philosophie(kuliah filsafat)karya auguste
comte.Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius
dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata
atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Pada sebutan dasar itulah neologisme ini di perkenalkan oleh
penulisnya.

Tugas 1 KPI 1D_Dewi Mufarrikhah

Nama saya Dewi Mufarrikhah, biasa dipanggil Dewi. Saya lahir pada tanggal 21 Maret 1995 di Jakarta. Saya anak kedua dari 3 bersaudara dari sebuah keluarga yang sederhana. Saya pernah bersekolah di SDI Ruhama Tangerang Selatan, MTsN 3Jakarta, dan di SMAN 87 Jakarta. Selama ini saya belum pernah medapatkan piala sebagai bukti prestasi saya. Tapi buat saya, untuk bisa belajar di sekolah dan perguruan tinggi negeri sudah cukup menjadi sebuah prestasi yang membanggakan bagi diri saya dan orang tua saya.
Saya tinggal di jl.tarumanegara gg.jati RT 001/09 Cirendeu, Ciputat Tangerang Selatan, tidak jauh dari UIN Jakarta. Biasanya saya berangkat ke UIN naik angkot tapi kalau di hari tertentu saya mendapat kesempatan untuk membawa motor, saya akan membawa motor. Mama melarang saya untuk sering naik angkot karena menurutnya itu adalah suatu pemborosan, "rumah dekat kenapa harus naik angkot?". Mungkin kalau saya sudah sehebat bapak saya akan melakukan apa yang bapak lakukan ketika berangkat dan pulang mengajar.
Hobi saya membaca majalah, menonton TV, jalan-jalan, dan browsing di internet. Mungkin beberapa orang menganggap apa yang biasa saya lakukan adalah sifat-sifat pemalas, tapi buat saya itu adalah cara saya untuk menambah ilmu baru di luar tempat saya belajar. Saya bukan orang yang suka dimarahi, biasaya kalau orang tua atau guru ada yang memarahi saya, saya hanya diam dan mengambil inti dari apa yang mereka katakan kepada saya.
Dari kecil saya bercita-cita sebagai seorang presenter karena itu saya masuk UIN dan mengambil jurusan komunikasi untuk memeperdalam ilmu mengenai cara berkomunikasi

Sosiologi dan tiga tahapan menurut august comte

Natasha Anissa
Tugas 2 Sosiologi KPI 1D


August comte (1798 – 1857)
Seorang ahli filsafat dari Perancis
yang juga dijuluki sebagai bapak sosiologi, namun Comte lebih tepat dianggap
sebagai got father daripada progenitor sosiologi karena sumbangan comte
terbatas pada pemberian nama dan suatu filsafat yang membantu perkembangan
sosiologi. Menurut Reiss tokoh yang lebih tepat dianggap sebagai penyumbang
utama bagi kemunculan sosiologi ialah Emile Durkheim.
Sosiologi berasal dari Socius dan
logos. Di mana socius memiliki arti kawan /
teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut
ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.Coser
(1977) mengisahkan bahwa comte semula bermaksud memberikan nama social physics
bagi ilmu yang akan diciptakannya itu, namun kemudian mengurungkan niatnya
karena istilah tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint simon.
Comte mengemukakan pemikirannya
tentang suatu filsafat yang mendorong perkembangan sosiologi dalam bukunya
"Course de philosophie positive" mengenai "hukum tiga tahap".
Comte menjelaskan bahwa tujuannya yang menyeluruh adalah "untuk
menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia
dengan semua aspeknya yang penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada
dari perubahan-perubahan umat manusia mulai dari kondisi yang hanya sekedar
lebih tinggi daripada suatu masyarakat kera besar, secara bertahap menuju ke
tahap peradapan eropa sekarang ini".
Hukum tiga tahap merupakan usaha
comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif
sampai modern. Ini membawa kita kepada landasan pendekatan comte yakni teori
evolusinya atau tiga tahap tingkatan. Teori ini mengemukakan adanya tiga
tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya.
Menurut
comte proses evolusi ini melalui tiga tahapan utama:
1.      Tahapan teologis, yaitu akal budi manusia, yang
mencari kodrat manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir dari segala akibat
– singkatnya, pengetahuan absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan
oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
2.      Tahapan metafisis, dalam fase metafisik, atau
tahap transisi antara tahap teologis dan positivis. Tahap ini ditandai dengan
suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan
akal budi. Atau dengan kata lain akal budi mengandaikan bukan hal supranatural,
melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat
pada semua benda.
3.      Tahapan positivistic, yaitu akal budi telah
meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang
absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan
perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya – yakni hubungan-hubungan urutan
dan persamaanya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan
secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini. Comte memandang seluruh
pengetahuan sebagai ilmu sosial alam dalam pengertianya yang luas karena ia
menggambarakan perkembangan konteks sosial, khususnya sebagai salah satu dari
tiga tahapan intelektual tersebut
Jelas bahwa dalam teorinya
tentang dunia, comte memusatkan perhatian pada faktor intelektual. Ia
mengatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan
social. Kekacauan ini berasal dari sistem gagasan terdahulu (teologi dan
metafisik) yang terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan social baru
akan berakhir apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh
positivisme. Positivisme akan muncul meski tak secepat yang diharapkan orang.
Comte
juga membagi sistem social menjadi dua bagian penting, yaitu masyarakat dan
hukum-hukum keberadaan manusia sebagai makhluk social dan yang kedua adalah
dinamika social atau hukum-hukum perubahan social. Yang mendasari system ini
adalah naluri kemanusiaan yang terdiri dari atas tiga faktor utama.
1.      Naluri-naluri pelestarian (naluri
seksual maupun material)
2.      Naluri-naluri perbaikan (dalm
bidang militer dan industry)
3.      Naluri social (kasih sayang,
pemujaan dan cinta semesta )
Diantara
ketiganya ada naluri kebanggaan dan kesombongan.
1.      C.     Metodologi
Menurut
Comte, metode positif mengarah pada perkembngan kebenaran organis (kebenaran
yang paling tinggi). Metode ini mengembangkan penggunaan observasi
(penelitian), percobaan (exsperiment), serta perbandingan untuk memahami
keseluruhan statisika dan dinamika social, metode-metode tersebut memberi
gambaran terhadap hukum-hukum social melalui eksperimentasi, baik secara
langsung maupun tak langsung, sebagai halnya evolusi masyarakat secara umum,
dengan cara ini comte sebagaimana metodologi yang mengarah perkembangan yang
lebih luas terhadap model teorinya yang didasarkan organik dan natural, yaitu
pada asumsi-asumsi organik dan natural.
Kesatuan ilmu juga diperlihatkan
; menurut comte, semua ilmu itu memperlihatkan hukum perkembangan intelektual
yang sama, seperti nampak dalam perkembangan hukum tiga tahap. Sedangkan
gagasan dasar bahwa manusia dan gejala sosial merupakan bagian dari alam dan
dapat di analisa dengan metode-metode ilmu alam. Sumbangan comte lainnya ialah
memberikan suatu analisa komprehensif mengenai kesatuan fisolofis dan
metodologis yang menjadi dasar antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu
sosial.
Karena memperkenalkan metode
positif ini, maka comte dianggap sebagai perintis positive. Ciri metode positif
ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus
bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan. Sarana yang menurut
Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah : Pengamatan , Perbandingan
, Eksperimen , atau metode historis.

 
DAFTAR PUSTAKA
 
Giddens anthony,sosiologi,sejarah
dan berbagai pemikirannya,Yogyakarta: penerbit kreasi wacana,2004
http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi

Identitas diri

Natasha Anissa
tugas 1 KPI 1D Identitas diri


TENTANG  DATA DIRI
Nama saya Natasha Anissa, semua teman saya biasa memanggil saya
Tasha. Saya anak pertama dari dua bersaudara, saya mempunyai seorang adik
laki-laki yang sudah duduk dibangku kelas 1SMA yang lumayan ternama di Jakarta
Utara. Saya lahir di Jakarta, 13 – Oktober – 1994 dengan persalinan sesar yang
alhamdulillah lahir selamat dan tidak cacat apapun. Saya tinggal di Jl.sungai
kendal RT.01/08 no.72 rorotan cilincing jakarta utara. Saya adalah alumni dari
SMAN 52 Jakarta Utara tepatnya di Tugu semper, sebuah sekolah yang
terakreditasi 'A' dan ternama di Jakarta Utara. Cita – cita saya adalah menjadi
seorang programmer dan mempunyai sebuah production house yang bisa melahirkan
musisi – musisi berbakat dan ternama kelak, oleh karena itu saya memilih
Komunikasi untuk menyalurkan dan memudahkan tergapainya cita – cita saya, saya
mengikuti test jurusan komunikasi di UIN dan IKJ, pada saat ingin mengikuti
test di IKJ tepat dengan tanggal pengumuman Mandiri UIN, alhamdulillah pada
saat itu saya diterima di UIN di jurusan yang saya jalani sekarang ini. Saya
ingin sekali mengikuti test IKJ waktu itu, karena fasilitas IKJ yang
memungkinkan serta pengalaman serta prestasi yang telah diraih IKJ membuat saya
yakin kelak saya akan menggapai cita – cita saya dengan lancar, tapi Allah
berkata lain. Orang tua saya menganjurkan saya untuk memilih komunikasi UIN
karena memang UIN sudah cukup ternama dan juga biaya kuliah yang memadai,
alhasil saya mengikuti perintah orang tua saya karena saya tidak ingin menjadi
anak durhaka apabila menolaknya, karena alesan biaya IKJ yang cenderung mahal
itu juga membuat saya mengurungkan niat untuk terus mengikuti testnya. Mungkin
saat S2 nanti saya bisa melanjutkan disana dengan biaya dari penghasilan kerja
saya sendiri, Amin. Saya cukup kecewa juga karena di komunikasi UIN ternyata
mempelajari ilmu komunikasi tidak saat semester awal melainkan semester 4 atau
5, oleh karena itu saya juga memilih untuk mengikuti UKM dan LSO yang
bersangkutan dengan cita – cita saya agar saya lebih mudah untuk menggapainya.
Walaupun di UIN cenderung mempelajari B.Arab dan pelajaran2 islami, saya akan
berusaha untuk menyeimbangkan pengetahuan saya dengan mahasiswi/a lain yang
sudah mempelajarinya semenjak di pesantren atau aliyah.

PANDANGAN AGAMA MENURUT AUGUST COMTE & E. DURKHAIM, Siti Aisyah KPI 1E, TUGAS II

PEMIKIRAN AGAMA MENURUT  E.DURKHEIM
Semua keyakinan agma yang di ketahui baik sederhana maupun kompleks mempunyai satu ciri yang sama, semuanya berisikan suatu sistem penggolongan mengenai segala sesuatu yang baik yang nyata maupun ideal mengenai apa yang difikirkan manusia kedalam dua kelas yang berbeda menjadi profane dan sacred. Secara alamiah sacred dianggaplebih tinggi martabat dan kekuasaannya terhadap yang profane, anggapan yang amat dekat dengan kehidupan manusia yang nyata mengenai dirinya sendiri. Manusia menganggap dirinya menempati kedudukan yang lebih rendah dan terikat daripada sacred.
Dilain pihak kita tak boleh lupa bahwa ada hal-hal yang sacred dari sebuah tingkatan dan bisa terjadi bahwa manusia merasa dirinya sendiri relatif tentram. Jalan lain dalam membahas sacred dan hubungannya dengan profane kecuali keanekaragamannya.  Kriteria keanekaragamannya hanya mampu menggambarkan klasifikasi benda-benda dan membedakannya satu sama lain karena sifatnya yang sangat khusus yakni kemutlakkannya.
Tujuan memperkenalkan manusia muda kedalam kehidupan agama untuk pertama kali ia meninggalkan dunia yang sepenuhnya profane yang ia lalui ketika masih kecil dan memenuhi dunia yang sacral. sekarang perubahan keadaan ini tidak dianggap sebagai perkembangan benih pra-eksistensi yang sederhana dan teratur melainkan sebagai transformasi totius substansial.
Kepercayaan keagamaan adalah representasi yang mengatakan hakikat segala sesuatu yang sacred dan hubungan-hubungan yang diciptakan, baik satu sama lain maupun yang profane. Oleh karena itu kakuatan agama adalah kekuatan manusia, kekuatan moral. Kekuatan agama bahkan dapat menjelma menjadi semacam unsur fisik, dalam hal ini agama akan berpadu dengan kahidupan material.
Semua agama bahkan yang paling bersahaja sekalipun adalah dalam konteks spiritualistik, karena semua kekuatan yang bekerja adalah spiritual dan juga objek utamanya bekerja terhadap kehidupan moral. Apapun yang dilakukan manusia atas nama agama tidaklah sia-sia, karena masyarakatlah yang melakukannya dan kemanusiaanlah yang mematangkan buahnya.


PEMIKIRAN AGAMA MENURUT  AUGUST COMTE
Wawasan comte terhadap konsekuensi-konsekuensi agama yang menguntungkan dan ramalannya mengenai tahap positif postreligius dalam evolusi manusia menghadapkan dia pada masalah rumit. Tidak seperti pemikiran-pemikiran radikal dan rvolusioner semasa dia. Comte menekankan perhatiannya pada keteraturan sosial, begitu dia malihat sejarah dia mengakui bahwa agama di masa lampau sudah menjadi satu tonggak keteraturan sosial yang utama.
Agama merupakan dasar untuk 'konsensus universal" dalam masyarakat, dan juga mendorong identifikasi emosional individu dan meningkatkan altruisme. Tetapi kalau dilihat dalam perspektif ilmiah (positif) agama didasarkan pada kekeliruan intelektual asasi yang mula-mula sudah berkembang disaat-saat awal perkembangan intelektual manusia. Peryatan rumit yang dihadapkan comte adalah bahwa bagaimana keteraturan sosial itu dapat dipertahankan dalam masyarakat positif dimasa yang akan datang,dengan suatu dasar tradisi pokok mengenai keteraturan sosial yang digali oleh positivisme.
Dengan sederhana comte mengemukakan gagasan untuk mengatasi masalah ini dalam tahap kedua dari karirnya, dengan mendirikan satu agama baru yakni agama Humanitas dan mengangkat dirinya sebagai imama agung. Ini aspek kedua dari perhatian comte mengenai keteraturan sosial. Aspek pertama meliputi suatu analisis obyektif mengenai sumber-sumber stabilitas dalam masyarakat. Face kedua ini meliputi usaha meningkatkan keteraturan sosial dengan agama humanitas sebagai cita-cita normatifnya. Ini merupakan permasalahan utama dalam bukunya yang berjudul System of Positive Politics.
Agama Humanitas comte merupakan satu gagasan utopis untuk merorganisasi masyarakat secara sempurna. Sosiologi akan menjadi rstu ilmu pengetahuan, hal itu memungkinkan satu penjelasan tentang kemajuan pengetahuan manusia secara komprehensif dan mengenai hukum-hukum keteraturan dan kemajuan sosial. Gagasan comte mengenai satu masyarakat positivis di bawah bimbingan moral agama humanitas makin lama makin terperinci. Misalnya dia menyusun satu kalender baru dengan heri-hari tertentu untuk menghormati ilmuan-ilmuan besar dan lain-lain yang sudah  bekerja demi kamajuan manusia.
Hal-hal yang terperinci ini memperliihatkan kepribadian comte yang suka memaksa dan otoriter. Tetapi ingatlah bahwa dia melihat suasana sosial dan intelektual dimasa hidupnya sebagai terancam anarki. Comte mengagumi kesatuan dan sintesa serta keharmonisan sosial dan intelektual yang diketahuinya ada di dunia abad pertengahan. Meskipun pandangan konservatif dalam sejarah aad pertengahan adalah tidak murni karena mencerminkan kerinduan nostalgik akan masa lampau yang harmonis yang berarti, yang sebetulnya belum pernah ada, gambaran seperti ini merupakan dasar perbandingan dengan kekacauan masa sekarang.
Masalah-masalah itu tentunya dapat dibicarakan menurut perspektif humanistik. Ahli ilmu sosial sekarang yang berpegang pada cita-cita suatu ilmu sosial yang bersifat obyektif, analitis, didasarkan pada data empiris, ditunjuk dan diilhami oleh nilai-nilai moral humanistik, setia pada impian "bapak sosiologi itu".

AGAMA MENURUT AUGUST COMTE DAN DEMILE DURKHEIM. MUHAMMAD ARIF FATHURRAHMAN KPI 1E TUGAS 2

PEMIKIRAN AUGUST COMTE DAN EMILE DURKHEIM TENTANG AGAMA
OLEH : MUHAMMAD ARIF FATHURRAHMAN KPI KELAS 1E
A.    Pemikiran August Comte
Sebelum mengetahui apa saja pemikiran comte, alangkah lebih baiknya kita mengetahui sedikit biografi tentang August Comte. August Comte lahir di Mountpelier, Perancis, 18 januari 1978 (Pickering, 1993:7). Orang tuanya berstatus kelas menengah dan ayahnya kemudian menjadi pejabat lokal kantor pajak.
August Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Comte juga berjasa dalam menetapkan dasar-dasar sosiologi. Karya Comte dinilai terlalu anarki yang terlalu banyak mencela para pemikir Perancis sehingga terjadi revolusi. Pemikiran Comte cenderung memberantas filsafat-filsafat yang dinilainya negatif. Tetapi tidak pada dua landasan. Pertama, dia berpikir bahwa tidak ada kemungkinan untuk kembali ke masa pertengahan karena kemajuan ilmu dan teknologilah yang tidak memungkinkan untuk kembali ke masa tersebut. Kedua, dia telah mengembangkan sistem teori yang canggih dibandingkan para pendahulkunya sehingga teori tersebut memadai untuk membentuk kajian yang baik dari sosiologi awal.
            Comte sama sekali tidak menginginkan perubahan revolusioner karena dia berpikir evolusi masyarakat secara alamiah akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Revolusi hanya diperlukan untuk membantu proses. Teori yang dikemukakan Comte biasa disebut hukum tiga tingkatan. Menurut dia tidak hanya dunia yang akan mengalami proses perubahan, tetapi juga individu, suatu kelompok, ilmu pengetahuan adan bahkan pemikiran berkembang melalui tiga tahapan. Pertama, tahap teologis terjadi sebelum era 1300 yang dalam pemikirannya lebih menekankan bahwa dunia sosial dan alam keteladanan kemanusiaan menjadi dasar dari segala sesuatu yang ada. Atau pada tahap ini manusia cenderung lebih percaya kepada hal gaib dimana peran otak lebih sedikit daripada hal gaib.
            Kedua, tahap metafisik yang terjadi kira-kira antara tahun 1300-1800. Pada tahun ini kemampuan manusia dalam berpikir sudah mulai lebih baik. Hal ini karena manusia sudah mulai berpikir bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu yang ada, bukannya dewa-dewa personal atau hal gaib. Ketiga, tahap positivistik yang terjadi pada tahun 1800. Pada tahun ini manusia sudah mulai yakin akan ilmu pengetahuan. Manusia lebih banyak melakukan pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial untuk mengetahui hukum apa saja yang mengaturnya.
            Dalam pengembangan teorinya, Comte lebih tidak hanya berpusat pada individu melainkan pada suatu unit atau suatu kesatuan yang lebih besar, seperti misalnya keluarga. Comte terkenal mempunyai daya ingat luar biasa. Berkat daya ingatnya yang seperti fotografi itu dia mampu menceritakan kembali kata-kata yang tertulis di satu halaman buku yang hanya sekali saja dibaca. Kemampuan berkonsentrasinya sedemikian rupa sehingga dia mampu mengungkapkan keseluruhan isi sebuah buku yang akan ditulisnya tanpa harus menulisnya. Kuliahnya seluruhnya disajikan tanpa berbekal catatan. Bila dia duduk untuk menulis buku, dia menuliskan segalanya dari ingatannya (Schweber, 1991:134).
 
B.     Pemikiran Emile Durkheim
Sebelum mengetahui apa saja pemikiran alangkah baiknya kita mengetahui sedikit bbiografi dari Emile Durkheim. Emile Durkheim lahir di Espinal, Perancis, 15 April 1958. Ia keturunban pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta. Tetapi, lketika berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis.
             Hubungan Durkheim dengan pencerahan jauh lebih mendua ketimbang Conte. Dyrkheim dipandang sebagai pewaris tradisi pencerahan karena penekanannya pada sains dan reformasu sosial. Akan tetapi, Durkheim juga dipandang sebagai pewaris tradisi konservatif, khususnya seperti tercermin dalam karya Conte. Perbedaannya adalah Conte berada di luar dunia akademis sedangkan Durkheim mengembangkan basis akademis yang kokoh untuk kemajuan karirnya.
            Durkheim membuat beberapa buku yang sangat penting pada saat itu. Diantaranya adalah buku yang berjudul The Rule of Sociological Method (1895/1982) Durkheim lenih menekankan pada tugas sosiologi yang mempelajari apa yang disebut sebagai fakta-fakta sosial. Dalam buku selanjutnya yang berjudul The Division of Labor in Society (1893/1964) Durkheim lebih memperhatikan segi analisis yang membuat manusia dikatakan sebagai keadaaan primitif atau modern.
Dan karya yang terakhir yang dibuat Durkheimrms adalah The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965), ia memusatkan perhatiannya pada bentuk terakhir dari fakta sosial non material yaitu agama. Dalam karya ini Durkheim membahas masyarakat primitif dalam mencari sebuah agama. Dia beranggapan bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Durkheim yakin bahwa ia dapat lebih baik menemukan akar agama dengan cara membandingkan masyarakat primitif dengan masyarakat modern. Masyarakatlah yang menentukan sesuatu itu bersifat sakral atau profan, khususnya dalam kasus yang disebut totemisme.
Dalam agama primitif (totemisme) ini benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang dijadikan sebagai Tuhan. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama. Agama dalam pandangannya adlah suatu cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial nonmaterial. Durkheim dikenal sebagai seorang reformis yang mencari cara untuk nmeningkatkan fungsi masyarakat. Dalam hal ini, dan dalam hal yang lainnya, Durkheim sejalan dengan sosiolog konservatif Perancis. Fakta bahwa ia menghindari berbagai ekses sosiologi Perancis telah menjadikannya sebagai tokoh terpenting dalam sosiologi Perancis.
Sumber :
Teori Sosiologi Modern,George Ritzer&Douglas J.Goodman ( Jakarta:kencana)hlm.104-107
 

Cari Blog Ini