Selasa, 29 April 2014

Della aziza_tugas5_kesadaran beretika dalam diri remaja

Penelitian Sosiologi
Tema : kesadaran Beretika dalam diri Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan di alami.
Berbicara tentang remaja selalu dapat tanggapan yang beraneka ragam. Dalam bergaul, kita juga harusmemperhatikan tentang bagaimana etika-etikanya pergaulan yang benar. Kesadaran beretika seharusnya sudah dibangun sejak masih kecil.etika adalah aturan pergaulan hidup di masyarakat, jadi etika pergaulan remaja sendiri adala sopan santun atau tata krama dalam bergaul yang sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak melanggar baik  norma agama, norma kesopanan, norma adat, hukum dan lainnya.  Pada dasarnya manusia di tuntut untuk saling mengenal dan saling membantu. Namun dalam bergaul ada nilai-nilai yang harus di pedomani.

FittaFauziah_TugasV_TugasKegiatanPenelitian

A. Latar yang membelakangi tingkat ekonomi mempengaruhi budaya masyarakat

Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan
sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun
ekonomi. Fenomena munculnya pengemis diindikasikan karena himpitan
ekonomi yang disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam
yang kurang menguntungkan dan lemahnya sumber daya manusia (SDM).
Praktek mengemis merupakan masalah sosial, di mana mereka dianggap
telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku. Mereka
adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun (Bina
Desa, 1987 : 3). Antropolog Parsudi Suparlan (1986; 30) berpendapat
bahwa gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang
terwujud di perkotaan dan telah menjadi suatu masalah sosial karena
beberapa alasan. Pertama, di satu pihak menyangkut kepentingan orang
banyak (warga kota) yang merasa wilayah tempat hidup dan kegiatan
mereka sehari-hari telah dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap
dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut
kepentingan pemerintah kota, di mana pengemis dianggap dapat mengotori
jalan-jalan protokol, mempersukar pengendalian keamanan dan mengganggu
ketertiban sosial. Tidak ditemukan data secara pasti yang mencatat
sejak kapan munculnya tradisi mengemis. Akan tetapi, beberapa informan
mengatakan bahwa tradisi mengemis itu telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, antara tahun 1930-1940an. Bertahannya budaya mengemis
tersugesti oleh 'filsafat hidup' yang dipegang oleh leluhur bahwa
kalau ingin kaya harus miskin dulu, di mana miskin dimaknai dengan
susahnya untuk mempertahankan hidup, sehingga pemikiran itu mendorong
orang untuk giat bekerja dan berperilaku hemat dengan apa yang mereka
dapat.

Munculnya asumsi bahwa lahirnya budaya mengemis disebabkan oleh faktor
ekonomi merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Oleh sebab itu,
dalam menangani masalah pengemis diperlukan adanya kesadaran,
pemahaman yang komprehensif, baik dalam tataran konseptual, penyusunan
kebijakan sampai kepada implementasi kebijakan.

B. Rumusan Masalah

Dari realitas di atas, muncul pertanyaan mengapa masyarakat yang tidak
kekurangan secara ekonomi mau menekuni profesi menjadi pengemis,
bahkan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan
bagaimana pandangan mereka tentang profesi ini, serta nilai-nilai apa
yang disosialisasikan sehingga mendorong mereka berprofesi sebagai
pengemis.

Penelitian ini difokuskan untuk melihat secara etnografis berbagai hal
menyangkut keberadaan komunitas pengemis, khususnya menyangkut
persepsi mereka tentang profesi mengemis, bagaimana proses sosialisasi
nilai itu terjadi baik pada lingkup keluarga maupun di dalam lingkup
masyarakat (komunitas) yang lebih luas. Masalah lain yang dikaji
adalah model-model (modus operandi) dalam praktek mengemis, serta
jaringan antara pengemis yang ada di desa tersebut.

1. Munculnya Budaya Mengemis

Tidak ditemukan data secara pasti yang mencatat sejak kapan munculnya
tradisi mengemis. Akan tetapi, beberapa informan mengatakan bahwa
tradisi mengemis itu telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, antara
tahun 1930-1940an.

2. Bertahannya budaya mengemis tersugesti oleh 'filsafat hidup'
yang dipegang oleh leluhur bahwa kalau ingin kaya harus miskin dulu,
di mana miskin dimaknai dengan susahnya untuk mempertahankan hidup,
sehingga pemikiran itu mendorong orang untuk giat bekerja dan
berperilaku hemat dengan apa yang mereka dapat.

C. Teori Pendukung

Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan pada
pembaruan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tidak
tertarik pada metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi
dari sosialisme. Ia tak melihat proletariat sebagai penyelamat
masyarakat dan ia sangat menentang agitasi atau tindak kekerasan.
Menurut Durkheim, sosialisme sangat berbeda dari apa yang biasanya
kita pikirkan sebagai sosialisme. Bagi Durkheim, sosialisme
mencerminkan sebuah system dimana didalamnya perinsip moral ditemukan
melalui studi sosiologi ilmiah ditempat perinsip moral itu diterapkan.
Menurut Emil Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam
masyarakat dan proses-proses social.

D. Konsep Penelitian

Agar penelitian ini terarah sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang
diterapkan, maka perlu terlebih dahulu disusun konsep pemikiran dalam
melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini menganalisis tentang
banyaknya jumlah gelandang dan pengemis di Pusat Perbelanjaan seperti
Mall dan Pasar, Latar Belakang Pengemis, Alasan Pengemis, dimana
sasaran akhir dari program adalah meningkatkan partisipasi dari orang
lain yang mau mengeluarkan ide / pemikiran / solusi sampai
penghimpunan dana untuk membantu hidup mereka, minimal pembekalan
keterampilan mereka agar dapat berwiraswasta untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode pelaksanaan dilakukan dengan kualitatif karena akan menggali
seberapa dalam masalah sosial yang diteliti salah satunya dengan
mewawancarai, dengan wawancara sample langsung kita akan mengetahui
masalah yang terjadi. Kualitas hasil wawancara ditentukan dari
kualitas pertanyaan yang diajukan.

Pertanyaan :

Ulfa : Assalamu'alaikum, maaf mengganggu bu boleh saya mewawancarai
ibu sebentar..?

Ibu Aminah : Wa'alaikum salam, oh ia boleh de.

Ulfa : Nama ibu siapa terus usia ibu berapa?

Ibu Aminah : Saya Aminah usia saya 65 tahun.

Ulfa : Ibu berasal dari daerah mana?

Ibu Aminah : saya dari Bogor, de.

Ulfa : sudah berapa tahun ibu tinggal dan mengemis di Jakarta terus
tinggal dimana ibu? Maaf ya bu

Ibu Aminah : ±2 tahun, disini saya tidak punya tempat tinggal, saya
tidur dimana aja sama anak-anak jalanan.

Ulfa : sebab ibu rela menjadi pengemis apa bu?

Ibu Aminah : sebenarnya saya tidak mau menjadi pengemis, tapi harus
bagaimana lagi, dulu daya pemulung, dibantu oleh suami dan anak saya,
kemudian suami saya meninggal, disitu saya putus asa, ekonomi saya
semakin menipis dan saya harus ngasih makan pada anak kedua saya.
Kemudian ada ibu-ibu dikampung saya mengajak saya ikut dengannya, saya
bertanya "mau dibawa kemana bu? Terus pekerjaannya apa?" tanya saya,
ibu - ibu itu menjawab,"pokoknya ibu ikut saya, nanti juga tahu"
setelah saya ikut dengannya ternyata saya diajak mengemis di
purwakarta dan anak saya di titipkan di panti asuhan.

Ulfa : oh gitu, terus apakah ibu tidak takut tidur dimana aja?

Ibu Aminah : tidak de, karna sudah biasa, terus anak-anak jalanannya juga baik.

Ulfa : penghasilan ibu sehari rata-rata berapa:

Ibu Aminah : Ah saya tidak banyak de, tidak seperti orang-orang di
Jakarta sehari paling banyak 30.000, seringnya mendapat 20.000 atau
15.000.

Ulfa : Dari dan sampai jam berapa ibu keliling?

Ibu Aminah : dari jam 6 sampai 3 sore atau sampai dzuhur.

Ulfa : Bu, Apakah ada pengemis lain yang mengemis uangnya hanya untuk
berfoya-foya?

Ibu Aminah : Oh banyak de, mereka mengemis hanya untuk mabuk-mabukan,
senang-senang, melupakan ibadah. ibu sangat menyayangkannya, ingat ya
de kita jangan sampai ketinggalan shalat yang 5 waktu.

Ulfa : Pasti bu, Insyaallah tidak akan sampai begitu. Harapan ibu
kepada Pemerintah apa?

Ibu Aminah : Harapan saya, saya ingin pemerintah memberikan pekerjaan
kepada pengemis-pengemis seperti saya, seperti rencana pemerintah di
Jakarta, yang akan memperkerjakan anak jalanan, pengemis, dll sebagai
pembersih jalan dan menggajihnya setiap bulan, itu sangat mulia
dibandingkan pekerjaan ini, tapi saya sangat menyayangkan kepada
pengemis Jakarta yang tidak mau diatur oleh Pemerintah.

Ulfa : emmm gitu,, Ibu mungkin segini saja, maaf ya bu sudah
mengganggu waktu ibu, makasi atas perhatiannya.

Ibu Aminah : oh ia de sama-sama

Pengemis Anak Jalanan
Tujuan:Untuk mengetahui potret anak jalanan dan faktor penyebab keberadaannya

Topik: Faktor penyebab banyaknya anak jalanan

Tujuan:Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab banyaknyaanak jalanan

Nama Responden : Ajis

Waktu Pelaksanaan: 19 April 2014, pukul 17.30 WIB

Tempat: Cinere Mall

1.Apakah Anda masih sekolah?

Ya, saya masih sekolah kelas V SD

2.Jika Anda masih sekolah, lantas apa yang Anda lakukan di jalanan?

Saya berada di jalanan untuk membantu ibu mencari uang dengan caramengemis

3.Dalam semingggu, berapa kali Anda melakukan pekerjaan ini?

Hampir setiap hari saya ke tempat ini untuk bekerja, mulai siang sampai malam

4.Kapan dan di mana Anda biasa melakukan pekerjaan ini?

Saya berada di tempat ini setelah saya pulang sekolah sampai nanti
malam. Saya biasanya mencari uang di depan Cinere Mall sini



5.Sejak kapan Anda melakukan pekerjaan ini?

Saya melakukan pekerjaan ini sejak saya duduk di kelas IV SD



6.Apakah Anda masih mempunyai keluarga?

Saya masih mempunyai keluarga, tapi ayah saya sudah tidak ada. Jadi
saat inisaya tinggal bersama ibu dan adik saya



7.Bagaimana kondisi ekonomi keluarga Anda?

Kondisi ekonomi keluarga saya masih kekurangan, makanya saya bekerja sepertiini



8.Apakah penghasilan dari pekerjaan ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari?

Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan makan masih cukup, tapi jika
untuk kebutuhan yang lain masih kurang



9.Bersama siapa Anda biasa melakukan pekerjaan di jalanan ini?

Saya melakukan pekerjaan ini bersama ibu dan adik saya



10.Apa yang membuat Anda bersedia melakukan pekerjaan ini?

Saya mau melakukan pekerjaan ini karena kemauan saya sendiri untuk
membantu perekonomian keluarga dan meringankan beban ibu



11.Apa pendapat Anda tentang sekolah?

Saya merasa sekolah itu tidak enak, lebih enak bermain dengan
temansambil mencari uang



12.Menurut Anda apakah pekerjaan ini tidak mengganggu kegiatan belajar Anda?

Saya tidak merasa terganggu dengan pekerjaan saya sebagai pengemis disini



13.Apakah Anda tidak takut menghadapi dunia di jalanan yang keras?

Tidak, soalnya saya sudah biasa tinggal di jalanan seperti ini.
Lagipula disini temannya juga banyak



14.Permasalahan apa yang sering Anda hadapi saat Anda berada di jalanan?

Ya, saya pernah tertangkap razia Paling permasalahan yang sering
timbul adalah pada saat ada razia petugaskeamanan

15.Pernahkah Anda tertangkap razia petugas keamanan?

Ya, saya pernah tertangkap razia



16.Apa yang Anda lakukan pada saat ada razia oleh petugas keamanan?

Begitu saya tahu akan ada razia, saya langsung lari dan bersembunyi
ditempat yang aman



17.Apa yang dilakukan petugas keamanan kepada Anda jika Anda tertangkaprazia?

Saya pernah dipukul, diinjak dan dicubit oleh petugas keamanan

18.Adakah kebahagiaan yang pernah Anda dapatkan sebagai anak jalanan?

Tidak ada, lebih enak tinggal di rumah bisa main dengan teman-teman
dantidak perlu dikejar-kejar sama petugas keamanan



19.Apa harapan dan cita-cita Anda sebenarnya?

Tidak tahu, yang jelas saya ingin bermain di rumah dengan teman-teman



20.Apa suka duka Anda saat menjadi anak jalanan?

Sukanya pada saat dapat uang banyak, kalau dukanya pada saat ditangkap
petugas keamanan.

Syifa Thoyyibah_Mata Kuliah Ekologi Manusia_Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Gerakan 3R

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN 3R (REUSE, REDUCE, RECYCLE)  PEDULI SAMPAH "Care The Rubbish"

Tahap I

Instrumen :

NO

KEGIATAN

AKTOR

KETERANGAN

1

Diskusi Tokoh :

 

-          Kiyai

-          Guru Ngaji

-          Ibu-ibu PKK

 

2

Diskusi Kepala Desa/Lurah

-          Kepala Desa

 

3

Diskusi Pemuda

-          Remaja karang taruna

-          Remaja Masjid

 

4

Diskusi Motivator

-          Motivator Bank Sampah

 

5

Pola Aksi

-          Ibu Rumah Tangga

-          Masyarakat Setempat

 

 

Tahap II

Pelaksanaan :

Ø  Diskusi Tokoh

Kegiatan peduli sampah ini, perlu ada nya diskusi terlebih dahulu, dan diskusi pertama yang dilakukan yaitu dengan tokoh masyarakat setempat, atau tokoh yang berpengaruh di daerah tersebut. Karena target sasaran pada kegiatan ini adalah Ibu Rumah Tangga, tokoh yang dipilih juga yang dapat mempengaruhi ibu-ibu dalam melakukan kegiatan peduli sampah. Seperti, kiyai, guru ngaji, dan ibu-ibu PKK .

Diskusi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana para tokoh dapat mempengaruhi Ibu Rumah Tangga agar bisa lebih peduli terhadap sampah.

NO

KEGIATAN

DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

KETERANGAN

1

Pendekatan dengan tokoh masyarakat

 

 

 

2

Diskusi bersama tokoh masyarakat

 

 

 

3

Perencanaan kegiatan diskusi ke kepala desa

 

 

 

4

Perencanaan sosialisasi kegiatan gerakan 3R

 

 

 

 

Ø  Diskusi Kepala Desa/Lurah

Setelah diskusi dengan tokoh masyarakat setempat, kegiatan peduli sampah ini, perlu mendapatkan dukungan dari kepala desa setempat. Sehingga dapat mengetahui jumlah kepala keluarga (KK) yang berada di desa tersebut.

NO

KEGIATAN

DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

KETERANGAN

1

Diskusi bersama kepala desa untuk mengetahui jumlah KK

 

 

 

 

Ø  Diskusi Pemuda

Diskusi dengan pemuda/remaja di daerah tersebut juga diperlukan, dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada ibu rumah tangga untuk membuat sesuatu kreativitas dari sampah. Dan dapat membuat kompos sendiri untuk digunakan sendiri. Karena sudah saatnya kita memandang sampah punya nilai guna dan manfaat sehingga tidak layak dibuang percuma.

NO

KEGIATAN

DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

KETERANGAN

1

Pendekatan dengan pemuda/remaja setempat

 

 

 

2

Diskusi bersama remaja karang taruna dan remaja masjid

 

 

 

3

Perencanaan kegiatan diskusi bersama motivator

 

 

 

 

Ø  Diskusi Motivator :

Diskusi bersama motivator dari bank sampah juga diperlukan, dengan tujuan, agar ibu rumah tangga dapat mempunyai motivasi dan pengetahuan juga tentang program bank sampah. Sehingga dapat membuka bank sampah sendiri.

NO

KEGIATAN

DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

KETERANGAN

1

Diskusi bersama motivator bank sampah dan seluruh ibu rumah tangga di desa tersebut

 

 

 

2

Perencanaan sosialisasi kegiatan gerakan 3R

 

 

 

 

Ø  Pola Aksi :

            Setelah melakukan kegiatan diskusi bersama tokoh, kepala desa, pemuda, dan motivator dari bank sampah, aksi nyata yang diharapkan dari Ibu Rumah Tangga dan masyarakat setempat yaitu dapat melakukan gerakan 3R  (Reuse, Reduce, Recycle) dalam kesehariaannya. Yaitu dapat mengurangi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan sampah, menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya, dan dapat mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. dan dapat membuka bank sampah sendiri untuk di desa setempat.

Tahap III

Evaluasi :

·         Evaluasi dari kegiatan diskusi bersama tokoh masyarakat, yaitu kurangnya pengetahuan tokoh terhadap lingkungan, sehingga tokoh masyarakat setempat juga perlu diberi pengetahuan tentang gerakan 3R peduli sampah.

·         Evaluasi dari kegiatan diskusi bersama kepala desa, yaitu kurangnya data jumlah ibu rumah tangga yang bekerja di luar kota.

·         Evaluasi dari kegiatan diskusi bersama pemuda/remaja karang taruna dan remaja masjid, yaitu kurangnya partisipasi remaja karang taruna terhadap lingkungan, sehingga perlu adanya  sosialisasi dan edukasi tentang lingkungan ke para pemuda.

·         Evaluasi dari kegiatan diskusi bersama motivator bank sampah, yaitu kurangnya media KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk Ibu Rumah Tangga dan Masyarakat setempat. Sehingga perlu ditambah lagi media KIE tersebut untuk mempermudah melakukan gerakan 3R peduli sampah dan lingkungan.

 

Lisda Nur Asiah_tugas6_Term of Reference

Komunitas Anak Punk dan Pengaruhnya Bagi Para Penumpang Kendaraan Umum
 
        I.            Latar Belakang
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wbah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
      II.            Teori Sosiologi
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah  teori tindakan sosial yang dipelopori oleh Max Weber . Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti tindakan oranglain (Weber dalam Ritzer 1975).  Adapun ciri-ciri pokok tindakan sosial menurut Max Weber, sebagai berikut :
-          Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.
-          Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu
-          Tindakan itu memeperhatikan tindakan oranglain dan terarah kepada oranglain itu.
Menurut Weber tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang.
Weber membedakan tindakan sosial manusia kedalam empat tipe yaitu :
-          Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)
-          Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)
-          Tindakan Afektif atau Tindak yang Dipengaruhi Emosi (Affectual Action)
-          Tindakan Tradisional atau Tindakan karena Kebiasaan (Traditional Action)
 
    III.            Pertanyaan penelitian
 
1)      Apa faktor penyebab dengan adanya komunitas anak punk ini ?
2)      Apa tanggapan para penumpang angkutan umum dengan adanya komunitas seperti ini ?
 
    IV.            Metode
Metode yang saya gunakan adalah "Metode Kualitatif" yaitu metode yang mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara.
      V.            Area
Penelitian dilaksanakan di Mayestik, Blok M, Jakarta Selatan . penilitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa anak punk dan penumpang angkutan umum . Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19 April 2014 .
 

Cari Blog Ini