Selasa, 24 September 2013

Ihat Solihat KPI 1A_Tugas 2_Emile Durkheim 2

THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY

THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY  dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama. Didalamnya, durkheim meneliti perkembangan modern antara individu dengan masyarakat dan buku ini juga adalah karya  yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik. Selama durkheim tinggal di prancis, ia merasakan adanya krisis moral yang telah mengiring orang untuk berkiblat pada hak-hak individual yang sering mengekspresikan diri sebagai serangan terhadap keyakinan religius. Keadaan ini terus berlanjut sampai pemerintahan revolusioner berakhir.

Di dalam The division of labor membahas bahwa masyarakat modern tidak terikat oleh kesamaan antara orang  yang melakukan pekerjaan yang sama, yang mengikat masyarakat itu adalah pembagian kerja tersebut dan memaksa mereka agar etergantungan satu sama lain. Dalam pembagian kerja memang menjadi tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas sosial, tetapi durkheim berpendapat bahwa "fungsi ekonomi yang dimainkan oleh pembagian kerja yang menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkan. Dan fungsi sesungguhnya pembagian kerja adalah agar bisa menciptakan solidaitas antara beberapa orang. Dibawah ini adalah beberapa teori dukheim mengenai pembagian kerja, diantaranya:

1.      Solidaritas mekanis dan Organis

Durkheim membagi tipe solidaritas menjadi solidaritas mekanis dan organis, itu karena perbedaan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka masing-masing sebagai bagian yang utuh. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi suatu kesatuan itu karena semua orang adalah generalis.hubungan antar masyarakat ini timbul karena masyarakat terlibat dalam aktivitas yang ada tanggung jawab dan aktivitas yang sama. Dan  Sebaliknya, bagi masyarakat solidaritas organis mereka justru bertahan  bersama dengan perbedaan yang adanya masing-masing dengan kata lain semua orang itu mempnyai tanggung jawab dan pekerjaan yang berbeda-beda.

Masyarakat modern itu lebih sering memperlihatkan lapangan pekerjaan yang sempit,maka dari itu mereka lebih membutuhkan banyak orang yang bertahan dan membutuhkan bermacam-macam dari orang dapat bertahan hidup didunia modern. sebaliknya, masyarakat primitif karna dikepalai oleh ayah pemburu dan ibu peramu jadi segala kebutuhan masing-masing keluarga  dicukupi oleh ayah pemburu dan ibu peramu di masing-masing keluarga.

Kemudian durkheim berpendapat mengenai pembagian kerja di masyarakat primitif dan modern. Menurutnya, masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, dan kepercayaan bersama, sedangkan masyarakat modern lebih memungkinkan bertahan bersama dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi satu sama lain.

Menurut durkheim pembagian kerja adalah suatu fakta sosial material karena pada merupakan pembagian dari interaksi dalam dunia sosial. Oleh karenanya, fakta sosial harus ditafsirkan dengan fakta sosial yang lain, durkheim menganggap bahwa solidaritas mekanik dan organis ini karena disebabkan oleh dinamika penduduk. Pendapat ini merujuk pada jumlah dan banyaknya interaksi masyarakat yang timbul diantara mereka.

2.      Hukum Represif dan Restitutif

Fakta sosial material membahas pembagian kerja dan dinamika penduduk,sedangkan fakta sosial nonmateria itu lebih membahas bentuk solidaritas .menurut durkheim sangat sulit mempelajari fakta sosial nonmaterial secara langsung,terutama yang bersifat sangat melingkupi kesadaran kolektif.Dalam karyanya The Division of Labor in Society, durkheim mencoba mengkaji perbedaan hukum masyarakat solidaritas mekanis dan hukum dalam masyarakat dalam solidaritas organis.

Menurutnya masyarakat solidaritas mekanis terbentuk oleh hukum represitif cirinya adalah karena mereka lebih percaya pada moralitas bersama dan memiliki kesamaan satu sama lain. Sebaliknya, masyarakat solidaritas organis terbentuk oleh hukum restitutif,dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk pelanggaran yang mereka lakukan.

Ø  Norma dan patologi

Dalam bukunya yang lain,durkheim menjelaskan bahwa masyarakat yang sehat bisa diketahui karena sosiologi akan menemukan kondisi yang sama di masyarakat lain yang berada dilevel yang sama.Namun,jika masyarakat tidak dalam level dan kondisi yang sama berarti maka bisa jadi masyarakat itu mengalami patologi. Kemudian durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik beberapa bentuk abnormal yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern. Durkheim membaginya kedalam tiga bentuk: (1) pembagian kerja anomik,(2) pembagian kerja yang dipaksakan, (3) pembagian kerja yang terkoodinasi  dengan buruk.

Ø  Bunuh diri

Tujuan dari durkheim membahas hal ini karena untuk memberikan konstribusi terhadap pemahaman persoalan sosial, juga untuk menunjukkan kekuatan disiplin sosiologi. Bunuh diri secara umum ialah tindakan pribadi ataupun pesonal. Durkheim  dalam pembahasan ini ia lebih fokus pada kenapa suatu kelompok memiliki angka bunuh diri lebih tinggi daripada kelompok lain,dari situ ia menawarkan dua cara untuk mengevaluasi angka bunuh diri, cara pertama ialah dengan membandingkan tipe kelompok/masyarakat satu dengan yang lainnya, cara yang kedua melihat perubahan angka bunuh diri suatu kelompok dengan kelompok lainnya dalam renta waktu tertentu.

Durkheim membagi bunuh diri menjadi  empat jenis:

1.      Bunuh Diri Egoistis yaitu tingginya angka bunuh diri terdapat pada masyarakat yang individunya tidak berinteraksi baik dengan unit sosial yang luas,kemudian melahirkan pemahaman individu bukan bagian dari masyarakat dan sebaliknya. bunuh diri egoistis terjadi ketika integrasi melemah, tingginya angka bunuh diri ini ditentukan oleh"kelelahan yang tidak dapat disembuhkan dan depresi yang menyedihkan".

 

2.      Bunuh Diri Althruistis terjadi ketika integrasi sosial kuat atau dengan kata lain individu terpaksa melakukan bunuh diri,tingginya angka bunuh diri althuistis jika makin banyak harapan yang tersedia. Ketika integrasi melemah,seseorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk tetap hidup.

 

3.      Bunuh Diri Anomik terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut disebabkan individu tidak merasa puas. Peningkatan angka bunuh diri anomik selama periode deregulasi kehidupan sosial, sesuai pandangan durkheim tentang pengaruh dari nafsu yang dapat merusak individu ketika bebas dari kekangan eksternal.

 

4.      Bunuh Diri Fatalistis terjadi ketika regulasi meningkat,contohnya ketika seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas.

 

ELEMENTARY FORMS OF RELIGIOUS LIFE

 

Dalam buku ini durkheim menempatkan sosiologi agama dan teori pengetahuan dibagian depan. Sosiologi agamanya terdiri dari usaha mengidentifikasi hakikat agama yang selalu ada sepanjang zaman dengan menganalisis bentuk agama yang primitif. Sementara teori pengetahuan berusaha kategori fundamental pikiran manusia dengan asal muasal sosialnya.

Dengan kecerdasan yang dimilikinya, ia mampu menentukan hakikat abadi agama dengan cara memisahkan yang sakral dengan yang profan.

 

kepercayaan,Ritual dan Tempat ibadah

Kepercayaan adalah representasi yang menggambarkan hakikat yang sakral dan hubungan yang mereka miliki,baik dengan sesama sakral atau bukan.

Ritual adalah aturan tingkah laku yang mengatur bagaimana mseseorang harus bersikap terhadap hal yang sakral

Yang terakhir adalah tempat ibadah, agama membutuhkan tempat ibadah atau suatu komunitas moral yang dapat melingkupi semua anggotanya.

Sebagai ringkasan teori agama menurut durkheim bahwa masyarakat adalah sumber agama,konsep tentang tuhan,dan semua yang dianggap sakral. Durkheim percaya bahwa hal ini terdapat pada masyarakat primitif, meskipun hubungannya tidak tampak jelas mengingat masyarakat modern yang begitu kompleks.

     

TOTEMISME

Totemisme adalah sistem agama yang memiliki simbol bisa binatang dan tumbuhan yang dianggap sakral. Durkheim memandang totemisme sebagai bentuk agama yang paling sederhana, dan primitif.

 

 

 

 

PENDIDIKAN MORAL DAN REFORMASI SOSIAL

Pendidikan diartikan oleh durkheim sebagai proses dimana individu mendapatkan alat-alat fisik, intelektual dan moral yang diperlukan agar bisa berperan dalam masyarakat.

Sebelum durkheim memulai reformasi pendidikan, ada dua pendekatan yang digunakannya,yaitu melihat pendidikan sebagai perpanjangan gereja dan melihatt pendidikan sebagai pencetak individu yang alami.

      Program reformasi dan pendekatan reformasi durkheim berkaitan dengan pemahaman bahwa masyarakat adalah sumber moralitas. Program pemahamannya itu ditentukan oleh fakta masyarakat perlu mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tuntutan moral bagi individual.

 

Daftar pustaka

Ritzer,george.(2004). Teori sosiologi Modern. Bantul:Kreasi Wacana

dwikihandikapmi3_tugas3_sosiologiperkotaan

DWIKI HANDIKA
1112054000031
PMI
 
 
 
KONSTRUKTIVISM MENURUT WEBER & BERGER
 
 
Menurut Max Weber
 
            Konstruktivisme adalah perspektif terbaru dalam Studi Hubungan Internasional. Konstruktivisme merupakan perspektif alternatif yang menawarkan penjelasan yang berbeda dari perspektif utama dalam Hubungan Internasional. Ketika Perang Dingin berakhir, neorealist sebagai perspektif utama dalam Hubungan Internasional tidak bisa menjelaskan fenomena tersebut. Konstruktivis yang berakar dari disiplin ilmu Sosiologi menjadi salah satu perspektif yang dipinjam oleh Hubungan Internasional untuk menjelaskan berakhirnya Perang Dingin.
          
            Berakar dari pemikiran Emile Durkheim dan Max Weber, Konstruktivis berfokus pada kekuatan ide yang menjadi kesepakatan bersama. Asumsi dasarnya adalah bahwa ide membentuk realitas. Karena itu realitas bukan hal yang bersifat objektif dan terpisah dari pengamat. Maka dari itu realitas sosial adalah sebuah konstruksi sosial yang intersubjektif.
 
            Dari asumsi di atas maka suatu sistem internasional adalah sebuah ciptaan manusia. Manusia mempunyai ide bahwa di atas negara terdapat sistem internasional. Ide tersebut menjadi suatu kebenaran yang intersubjektif. Maka dari itu sistem internasional tidak dibentuk oleh materi tapi dibentuk ole ide. Ide tersebut mencakup sistem norma dan pemikiran. Pada dasarnya terdapat pluralitas ide. Ide itu menjdai berbeda di setiap masyarakat dan waktu tertentu. Maka dari itu tidak ada kebenaran yang bersifat universal. Kalaupun ada maka kebenaran itu adalah subjektifitas yang sama antar pengamat. Jika suatu realitas – sistem – dibentuk oleh ide, maka realitas jug adapt dirubah dengan cara ide atau pemikiran yang baru mengenai sebuah realitas.
 
            Terjadi perbedaan antara Rasionalis dan Konstruktivis dalam memandang sebuah fenomena. Rasionalis memandang fenomena melalui logika konsekuensi. Seorang actor akan mempertimbangkan untung rugi dalam mengambil sebuah tindakan atau beraksi atas lingkungan. Sedangkan Konstruktivis akan memandang sebuah fenomena dengan logika kelayakan. Seorang actor akan bertindak sesuai dengan konstruksi sosial yang membentuk identitas mereka. Hal ini menimbulkan kerancuan apabila identitas itu mengendalikan logika konsekuen seorang actor. Karena pada dasarnya kedua logika di atas dapat berlangsung secara sekaligus.
 
            Konstruktivis mengkritik positivis dengan aspek ontologis, epistimologis, dan metodologis. Secara ontologis, konstruktivis melihat bahwa realitas bukan berada di luar pengamat. Realitas sosial dikonstruksi oleh masyarakat. Secara epistimologis, pengamat bukan bersikap pasif terhadap realitas, namun terdapat ide atau pemikiran yang telah dikonstruksi masyarakat ketika menganalisis sebuah fenomena. Secara metodologis, konstruktivis menkritik empirisisme yang diajukan positivis. Karena setiap kelompok masyarakat di waktu dan tempat tertentu mempunyai ide an konstruksi pikiran yang berbeda-beda, maka tidak ada universalitas kebenaran.
 
 
 
 
Menurut Peter L.beger
 
Perspektif Berger tak dapat dilepaskan dari situasi sosiologi Amerika era 1960-an. Saat itu, dominasi fungsionalisme berangsur menurun, seiring mulai ditanggalkannya oleh sosiolog muda. Sosiolog muda beralih ke perspektif konflik (kritis) dan humanisme. Karena itu, gagasan Berger yang lebih humanis (Weber dan Schutz) akan mudah diterima, dan di sisi lain mengambil fungsionalisme (Durkheim) dan konflik (dialektika Marx). Berger mengambil sikap berbeda dengan sosiolog lain dalam menyikapi 'perang' antar aliran dalam sosiologi. Berger cenderung tidak melibatkan dalam pertentangan antar paradigma, namun mencari benang merah, atau mencari titik temu gagasan Marx, Durkheim dan Weber. Benang merah itu bertemu pada; historisitas. Selain itu, benang merah itu yang kemudian menjadikan Berger menekuni makna (Schutz) yang menghasilkan watak ganda masyarakat; masyarakat sebagai kenyataan subyektif (Weber) dan masyarakat sebagai kenyataan obyektif (Durkheim), yang terus berdialektika (Marx). Lalu, dimana posisi teori Berger? Masuk dalam positif, humanis, atau kritis?
Dalam bab kesimpulan di bukunya; Konstruksi Sosial atas Kenyataan: sebuah Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, Berger secara tegas mengatakan bahwa sosiologi merupakan suatu disiplin yang humanistik. Hal ini senada dengan Poloma yang menempatkan teori konstruksi sosial Berger dalam corak interpretatif atau humanis. Hanya saja, pengambilan Berger terhadap paradigma fakta sosial Durkheim menjadi kontroversi ke-humanis-annya. Pengambilan itu pula yang membuat Douglas dan Johnson menggolongkan Berger sebagai Durkheimian: Usaha Berger dan Luckmann merumuskan teori konstruksi sosial atas realitas, pada pokoknya merupakan usaha untuk memberi justifikasi gagasan Durkheim berdasarkan pada pandangan fenomenologi (Hanneman Samuel, 1993: 42)Selain itu, walaupun Berger mengklaim bahwa pendekatannya adalah non-positivistik, ia mengakui jasa positivisme, terutama dalam mendefinisikan kembali aturan penyelidikan empiris bagi ilmu-ilmu sosial (Berger dan Luckmann, 1990: 268).
Upaya yang paling aman (lebih tepat) dalam menggolongkan sosiolog tertentu, rupanya adalah dengan menempatkan sosiolog dalam posisinya sendiri. Dengan mendasari dari pemikiran interaksionisme simbolik, bahwa setiap orang adalah spesifik dan unik. Demikian halnya sosiolog, sebagai seorang manusia, tentu memiliki pemikiran yang unik dan spesifik. Namun hal ini bukan menempatkan sosiolog terpisah dan tidak tercampuri oleh sosiolog lain. Karena itu yang lebih tepat dilakukan adalah dengan mencari jaringan pemikiran (teori) antar sosiolog, bukan menggolong-golongkan. Dalam kasus Berger, maka pemikiran sosiolog sebelumnya yang kentara mempengaruhi teorinya adalah (sebagaimana disinggung di atas): Max Weber, Emile Durkheim, Karl Marx, dan Schutz, serta George Herbert Mead. Pengaruh Weber nampak pada penjelasannya akan makna subyektif yang tak bisa diacuhkan ketika mengkaji gejala yang manusiawi. Tentang dialektika (individu adalah produk masyarakat, masyarakat adalah produk manusia) Berger rupanya meminjam gagasan Marx. Sedang masyarakat sebagai realitas obyektif –yang mempunyai kekuatan memaksa, sekaligus sebagai fakta sosial, adalah sumbangan Durkheim. Schutz rupanya lebih mewarnai dari tokoh lainnya, terutama tentang makna dalam kehidupan sehari-hari (common sense). Secara umum, dalam masalah internalisasi, termasuk tentang 'I' and 'me' dan significant others, Mead menjadi rujukan Berger.
 

DIYA URROHMAN PMI3_TUGAS 3_ KONSTRUKTIVISM MENURUT WEBER & BERGER

KONSTRUKTIVISM MENURUT WEBER & BERGER

A.    MAX WEBER
Konstruktivis dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias social. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Oleh Karen aitu tuga ilmu social dalam hal ini mengamati cara agen melakukan penafsiran, memberi makna terhadap realitas. Makna berupa partisipan agen melakukan konstruk melalui proses partisipasi dalam kehidupan dimana ia hidup. Dalam tradisi konstruktivis mereka ingin keluar motif dan alasan tindakan individual guna memasuki ranah structural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).  

labib faishal ariq PMI3 _ TUGAS 3 _ TEORI KONTRUKTIVISME MENURUT MAX WEBER DAN PETER BERGER


TEORI KONTRUKTIVISME MENURUT MAX WEBER dan PETER L BERGER
Menurut Max Weber
            Konstruktivisme adalah perspektif terbaru dalam Studi Hubungan Internasional. Konstruktivisme merupakan perspektif alternatif yang menawarkan penjelasan yang berbeda dari perspektif utama dalam Hubungan Internasional. Ketika Perang Dingin berakhir, neorealist sebagai perspektif utama dalam Hubungan Internasional tidak bisa menjelaskan fenomena tersebut. Konstruktivis yang berakar dari disiplin ilmu Sosiologi menjadi salah satu perspektif yang dipinjam oleh Hubungan Internasional untuk menjelaskan berakhirnya Perang Dingin.
          

Robiyatul Adawiyah_KPI 1b_Tugas 3_EMILE DURKHEIM

THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY
The Division of Labor in Society (Durkheim,1893/1964) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (Tiryakian,1994). Di dalamnya Durkheim melacak perkembangan modern relasi individu dengan masyarakat. Dalam karya ini Durkheim terutama ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas.
Tesis The Division of Labor in Society adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka aga tergantung satu sama lain. Kelihatannya pembagian kerja memang menjadi tuntutan  ekonomi yang merusak solidaritas sosial, akan tetapi Durkheim (1893/1964: 17) berpendapat bahwa "fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Maka fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih."

LILIS OKVIYANI_PMI-3_TUGAS KE-3_TEORI KONSUMTIVISME WEBER DAN BERGER


                                           Tugas ke-3  Sosiologi Perkotaan  
      " Teori Konsumtivisme menurut Marx Weber dan Peter L. Beger "
-Marx Weber
Sumbangan pemikiran sosiologi Marx Weber tentang konsumsi, tampak bahwa Weber juga berbicara soal konsumsi ketika ia memperlihatkan bagaimana cara konsumsi dan gaya hidup seseorang berkaitan dengan etika Prostetan. Dengan kata lain, agama Prostestan memberikan dorongan motivasional untuk menjadi seseorang yang memiliki suatu orientasi agama yang bersifat asketik dalam dunia ( inner-worldly asceticism), yaitu suatu komitmen untuk menuruti keinginan jasadi atau inderawi, atau kenikmatan yang bersifat materisalistik, termasuk cara konsumsi tertentu, demi meraih suatu tujuan spiritual yang tinggi, yaitu keselamatan abadi, melalui pekerjaan di dunia yang di anggap sebagai suatu panggilan suci.

Nur Khaleda Ayuningtiyas KPI 1/C_Tugas3_Emile Durkheim 2

THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY
                The Division of Labor in Society (Durkheim,1893/1964). Di dalamnya, Durkheim melacak perkembangan modern terutama ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu posivistik". The Division of Labor in Society justru bisa dilihat sebagai penyangkalan terhadap analisis Comte ini (Gouldner, 1962). Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja yang tinggi bukannya menandai keruntuhan moral sosial, melainkan melahirkan moralitas sosial jenis baru. Tesis The Division of Labor adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Kelihatannya pembagian kerja memang menjadi tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas sosial, akan tetapi Durkheim (1893/1964:17) berpendapat bahwa "fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Maka fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih."

Achmad Daud- KPI 1A- tugas 3- Emile Durkheim2


THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY AND Elementary forms of religious life
 
A.    The Division of Labor in Society

(Durkheim, 1893/1964) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (Tiryakian, 1994). Di dalamnya, Durkheim melacak perkembangan modern relasi individu dengan masyarakat. Dalam karya ini durkheim terutama ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering di lihat sebagai krisis moralitas.the divisiion of labor in society adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik.

AdenAhmadJainudin_PMI3_tugas3_sosiologiperkotaan



KONSTRUKTIVISM MENURUT WEBER DAN BERGER
Menurut Max Weber :
            Konstruktivisme adalah perspektif terbaru dalam Studi Hubungan Internasional. Konstruktivisme merupakan perspektif alternatif yang menawarkan penjelasan yang berbeda dari perspektif utama dalam Hubungan Internasional. Ketika Perang Dingin berakhir, neorealist sebagai perspektif utama dalam Hubungan Internasional tidak bisa menjelaskan fenomena tersebut. Konstruktivis yang berakar dari disiplin ilmu Sosiologi menjadi salah satu perspektif yang dipinjam oleh Hubungan Internasional untuk menjelaskan berakhirnya Perang Dingin.
          

Halida Septianidar-KPI 1A-Tugas 3-Emile Durkheim 2

The Division of Labour in Society
Dalam buku ini Durkheim ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralias. Durkheim memulai dengan ungkapan "buku ini adalah sebuah karya yang membahasfakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik."
Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja yang tinggi bukannya menandai keruntuhan moral sosial, melainkan melahirkan moralitas sosial jenis baru. Dalam buku ini durkheim menerangkan bahwa masyarakat modern tidak dilihat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalahyang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain.

Budhi Baihakki_Ringkasan Demografi

Bab I
Ilmu Kependudukan dan Demografi
            Studi kependudukan merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan yang digunakan disini. Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1.      Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2.      Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor tersebut
3.      Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.

FEVI SALEHA_PMI5_DEMOGRAFI_


BAB I
                                    Ilmu Kependudukan dan Demografi
Demografi berasal dari Greek (yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard lebih dari seabad silam, diguanakan sebagai sinonim bagi population study. Sedangkan kata population bersumber dari bahasa latin. Menurut D.J. Bogue dalam bukun ya Principles of Demografi mengatakan bahwa demografi adalah studi matematik dan ststistik terhadap jumlah, komposisi, dan distribusi sosial dari penduduk manusia, dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantia terjadi sebagai akibat bekerjanya lima proses yaitu: fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

NUR HALIMAH_RINGAKASAN DEMOGRAFI


BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kependudukan dan Demografi
Studi kependudukan merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan yang digunakan, studi kependudukan mencakup:
1.        Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya
2.        Menerangkan sebab-sebab  perubahan  dari faktor dasar tersebut
3.        Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan.

faisal abdul aziz kpi 1c_tugas 3

Division of labor
The division dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (tiryakian,1994).didalamnya Durkheim melacak peerkembangan moderen relasi individu dengan  masyarakat. Division of labor adalah  bahwa masyarakat moderen tidak dilihat oleh kesamaan antara orang orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian  kerjalah  yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Kelihatannya pembagian kerja memang menjadi tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas social, akan tetapi Durkheim (1893/1964: 17) berpendapat bahwa "fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek  moralitas yang dihasilkannya. Maka fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih."

Siti Nur Rahmah_PMI 3_Tugas 3_Teori Komsumtivisme

A.  Max Weber
Taoisme dan Konfusianisme hal-hal yang disebutkan tadi tidak dijumpai karena:
1. Mereka menganggap bahwa nasib buruk atau nasib baik disesuaikan dengan penyembahan/pemujaan pada roh leluhur.
2. Kekerabatan diperluas (berdasarkan pentingnya agama ikatan kekeluargaan dan keturuna)sehingga ketika salah satu anggota keluarga ada yang mengalami kemiskinan maka yang lain akan ikut memantu.
3.  Disiplin kerja dan nasionalisasi proses kerja.
            Max Weber juga mengomentari tentang agama di India. Hindu dan Budha. Weber juga meneliti mengenai struktur masyarakat dan ajaran agama yang ada di India. System social India kuno mengenal system kasta. Secara langsung terkait antara keyakinan agama dan pemisahan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok status. Weber menggambarkan system kasta yaitu, Brahmana (pendeta), ksatria (prajurit), waisya (pedagang) dan Sudra (buruh).
         

Yulia Nur Shofiani_KPI 1C_Tugas 3_The Division Of Labor In Society & Elementary Forms Of Religious Life

The Division Of Labor In Society

The division of labor in society (Durkheim, 1893/1964) dikenal
sebagaikarya sosiologi klasik pertama. Di dalamnya, Durkheim melacak pekembangan modern relasi individu dengan masyarakat. Dalam karya ini Durkheim ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. Pada pendahuluan edisi pertamanya Durkheim memulai dengan ungkapan, "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik".

Haidar Hasan_KPI 1A_Tugas 3_Buku Karya Emile Durkhiem


The Division of Labour in Society
            Salah satu karya Durkheim awalnya adalah berbentuk tesis yang pada tahun 1893 terbit sebagai sebuah buku. Dalam buku pertamanya ini Durkhiem mempelajari berbagai bentuk solodaritas sosial yang berbeda-beda dari sudut pandang hukum. Begitu pula ia mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan angka kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri. Akhirnya Durkhiem mengerahkan segala kemampuannya untuk mengajukan hukum umum yang cukup dahsyat bahwa, bunuh diri bervariasi menurt terbaliknya tingkat integrasi kelompok sosial dimana individu menjadi anggotanya.
        

NurJannah_KPI1B_Tugas3_TeoriDurkheim

The Division of Labor in Society ( 1893 / 1964 )Dalam buku ini perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyrakat primitifdipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat. Tetapi, karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun. Ikatan utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang ruwet. Menurut Durkheim, pembagian kerja dalam masyarakat modern menimbulkan beberapa patologi. Dengan kata lain, divisi kerja bukan metode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. Menurutnya, berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.

Rizka Arfeinia_Demografi Bab 1-3

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Ilmu Kependudukan dan Demografi
       Studi kependudukan (Population Studies) merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan. Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1.   Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik, dan perubahan-perubahannya.
2.   Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut.
3.   Menganalisis segala konsekuensi yang munhkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.
     

AyuWidyaSetiaMurni_KPI 1B_Tugas3_EmileDurkheim

Teori Emil Durkheim
-  The divison of labor in society (1893/1964)

Dalam buku ini tertuju pada membuat analisis komparatif apa yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial,khusunya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat. Tetapi,karena kompleksitas masyarakat modern,kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun. Menurut durkheim,pembagian kerja dalam masyarakat modern menimbulkan beberapa patologi. Dengan kata lain, divisi kerja bukan methode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. Menurutnya berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.

SITI NURAINI_Tugas2_RINGKASAN BAB I, BAB II, BAB III

BAB I : PENDAHULUAN
Ilmu Kependudukan dan Demografi
Studi kependudukan (population studies) merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan yang digunakan disini. Studi kependudukan bertujuan dan mencakup :
a.       Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahannya
b.      Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut
c.       Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan itu

Rahayu Saputro_KPI 1C_Tugas 3_Emile Durkheim 2


1.      THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY
The Division of Labor in Society (Durkheim, 1893/1964) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama. Di dalamnya, Durkheim melacak perkembangan moderen relasi individu dengan masyarakat. Durkheim ingin  menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. Durkheim memulai dengan ungkapan, "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik". Buku ini smpai taraf tertentu bias dilihat sebagai penyangkal terhadap analisis Comte. Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja yang tinggi bukannya menandai keruntuhan moral social, melainkan melahirkan moralitas social jenis baru.

Nur Fajrina_PMI5_Rangkuman Demografi


Bab I
Ilmu Kependudukan dan Demografi
Istilah lain dari Ilmu Kependudukan yaitu Studi Kependudukan. Terdapat analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1.     Adanya informasi dasar tentang penduduk,karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2.     Menjelaskan sebab perubahan dari faktor dasar tersebut.
3.     Menganalisis segala perubahan-perubahan di masa depan.
Kemudian istilah demografi berasal dari kata Greek (Yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard lebih dari seabad yang silam, yaitu sinonim dari population study. Jadi pada dasarnya demografi yaitu studi ilmiah terhadap penduduk manusia,yang mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya.
Robert Thomas Malthus dan Teori-teori Alamiah

Cari Blog Ini