Minggu, 21 September 2014

Suryo widodo_tugas ke-2_Urbanisasi dan Perkotaan di indonesia

Urbanisasi dan Budaya perkotaan di indonesia

            Apa itu urbanisasi?urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang kecil maupun kota yang besar begitupun sebaliknya. Orang –orang yang melakukan urbanisasi disebut dengan urban. Munculnya keinginan untuk berpindah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendorong dari desan dan faktor penarik dari kota. Di indonesia sendiri ada beberapa tempat yang menjadi tujuan sebagian besar urbanisasi seperti jakarta,bandung,surabaya,medan, dan semarang.

            Faktor pendorong yang mengakibatkan urbanisasi dari desa ke kota adalah tidak adanya lapangan kerja yang cukup. Sebagian dari orang desa pergi ke kota untuk mencari pekerjaan karena kebanyakan dari orang desa adalah petani jadi ketika tidak musim panen mereka menggangur. Karena hal tersebut mereka mencari pekerjaan lainnya di kota dan mereka meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan.

            Adapun faktor penarik dari kota yaitu gaya hidup perkotaan yang megah dan maju dibandingkan wilayah lainnya sehingga menimbulkan keinginan untuk pindah dari desa ke kota. Akan tetapi hal utama yang menjadi dasar pendorong terjadinya urbanisasi yaitu mereka ingin untuk menaikan tantanan ekonomi mereka menjadi lebih baik sehingga mereka bisa hidup menjadi yang lebih baik.

            Dari 2 hal tersebut dapat di katakan bahwa mereka ingin mengadu nasib di kota-kota yang mereka inginkan. Padahal mereka belum tentu memiliki skill untuk beradu di kota sehingga mengakibatkan banyak sekali pengganguran sehingga mengakibatkan banyak sekali perampok atau pembunuh bayaran,Namun tidak semua para pendatang tersebut gagal saat berada di kota ada beberapa yang sukses namun mereka harus memiliki mental yang bagus.

            Fakta lapangan yang saya teliti di daerah Rawa Bambon kelurahan Kelapa dua wetan kecamatan ciracas, Jakarta timur terdapat banyak sekali pendatang-pendatang dari kampung untuk mengadu nasib mereka di jakarta dan sekitar 70% mata pencharian dari mereka adalah pedagang dan sisanya adalah karyawan perkatoran. Dan demi memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari di kota mereka harus berjualan berkeliling menjajakan dagangannya di pinggir jalan dan kemana-kemana.

            Dan hal tersebut mengakibatkan beberapa masalah yang harus di selesaikan seperti orang-orang yang tidak dapat hidup di kota harus tersingkir ke pinggiran kota atau bahkan pindah ke daerah lain sehingga dapat terjadi penumpukan di suato kota tersebut dan hal ini dapat mengakibatkan membludaknya suatu daerah tersebut.

            Di daerah rawa bambon banyak sekali orang-orang yang dulunya tinggal di tengah-tengah kota jakarta dan kini harus tersingkir dan pindah dari tempat asalnya hal tersebut. Hal ini sesuai dengan teori durkheim bahwa yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi secara massal dan menyeluruh adalah faktor stuktural. Durkheim mengatakan bahwa proses pembangunan yang dilakukan negara hanya terpusat di kota.

            Padahal jika wilayah pedesaan juga mendapat perhatian dalam pembangunan supastruktur maupun infrastruktur mereka tidak melakukan urbanisasi massal seperti ini. Dengan tidak pemerataan pembangunan maka masyarakat desa melakukan perpindahan dari desa ke kota untuk memenuhi keinginannya.

            Jadi diharapkan sekali di indonesia ini pemerintahnya melakukan kebijakan-kebijakan atau program-program pemerataan pembangunan antara kota maupun desa sehingga terciptanya keseimbangan antara kota dan desa

           

            

Nurul Latifah_KPI 5D_Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA : NURUL LATIFAH
KELAS : KPI 5D
ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
a. Pengertian Etika

Secara Etimologis berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang artimya cara bertindak, adat, tempat tinggal dan kebisaan yang menyangkut dengan masalah moral. Kata moral itu sendiri berasal dari bahsa latin "mos" yang memiliki arti yang sama dengan kata etika.            Jadi secara harfiah etika adalah salah satu cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993), Etika adalah suatu ilmu yang tentang apa yang baik dan yang buruk serta da tentang hak dan kewajiban (akhlak).
Menurut filosofi agama, Etika adalah sebuah pandangan moralitas yang mengarahkan manusia untuk berbuat baik antar sesamanya agar tercipta masyarakat yang baik dan aman. 
b. Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia, moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan  posisinya apakah baik atau buruk.  Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang  berkembang di masyarakat. Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

c. Pembagian Etika Sebagai Ilmu Moralitas
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang moralitas, Etika memiliki beberapa fungsi dan perwujudan yaitu:
- Etika Deskriptif (descriptive ethics)
Secara normatif menjelaskan secara moral deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
- Etika Normatif (normative ethics)
Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia.
- Metaetika (metaethics)
Merupan etika yang berusaha meberikan arti istilah dan bahasa yang di pakai dalam pembicaraan etiaka , serta cara berfikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika.
Menurut Plato dan Socrates
Dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat antara kebaikan moral dan peresonaliti yang sehat.
Etika dan etiket adalah sesuatu yang sangat berbeda. Etiket adalah kebudayaan yang ada didalam suatu masyarakat sedangkan etika adalah ilmu yang mempelajari dan mengkiritisi budaya tersebut. Etiket bersikap sempit dan berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Etiket di dunia barat dengan timur sangat berbeda jauh, contohnya adalah jika di negara kita, bersendawa adalah hal yang wajar dan itu dianggap seperti bersin.Tapi jangan sekali-kali anda bersendawa di depan orang barat karena itu merupakan penghinaan terhadapnya. Justru sebaliknya, orang barat menganggap kentut adalah sebuah hal yang wajar seperti bersendawa di Indonesia. Kentut di depan umum bagi orang barat bukan hal yang memalukan. Berbeda dengan orang Indonesia yang menganggap itu adalah hal yang kurang sopan. Itu adalah etiket. Sedangkan etika lebih mempelajari mengenai mengkritisi kejadian-kejadian seperti itu. Etika juga merupakan ilmu yang universal dan dapat diterima oleh orang banyak.
Amoral adalah sebuah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang karena kurangnya pengetahuan, memiliki kelainan atau belum cukup umur. Maksudnya adalah seperti ketika anda melihat orang gila di jalan yang berjalan tanpa mengenakan busana apapun. Anda tidak mungkin bisa bilang itu bejat karena walaupun anda bilang seperti itu mereka juga tidak akan mengerti. Hal ini juga sama seperti anak kecil yang telanjang ketika ada tamu di rumah. Mereka tidak mengerti bahwa berlari tanpa busana adalah hal yang tidak sopan. Sedangkan imoral adalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang walaupun orang tersebut sudah tahu bahwa hal tersebut memang salah dan tetap melakukannya. Contoh paling mudah adalah koruptor. Sudah tahu korupsi adalah tindakan yang bejat tetap saja dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 1993. Etika. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
 
 

Labib Faishal Ariq _ PMI 5 _ Tugas Demografi

A.    DEFINISI DEMOGRAFI
Demografi adalah Ilmu yang mempelajari penduduk suatu wilayah dari segi jumlah, struktur jumlah, komposisi dan perkembangannya perubahannya, dan perkembangannya.
Menurut Philip M. Hauser & Duddley Duncan demografi adalah Ilmu yg mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, komposisi penduduk, dan jumlah, persebaran, teritorial, penduduk,perubahan serta sebab sebabnya yg biasa timbul krn natalitas, mortalitas, sebab natalitas, mortalitas migrasi , dan mobilitas sosial migrasi.
Menurut D.J Bogue demografi adalah Studi matematik & statistik thd jumlah, komposisi distribusi spasial dr matematik dan jumlah, komposisi, penduduk manusia, dan perubahan  perubahan dr aspek tsb selalu terjadi akibat manusia, perubahan-proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
 
B.     SEJARAH ILMU KEPENDUDUKAN
Ilmu kependudukan adalah suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipisahkan dalam pendalaman ilmu kesehatan masyarakat, karena dalam penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, maka yang paling urgent untuk diketahui struktur dari suatu masyarakat itu sendiri dan pendekatan jenis apa yang harus dipakai untuk dapat berinterkasi dalam sebuah populasi masyarakat.
Salah satu definisi dari Ilmu kependudukan adalah : suatu ilmu yang mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumah, sruktur (komposisi penduduk dan perkembangan dan perubahannya. (Multilingual Demografic Dictionary, 1982).
Definisi lain yang dikemukakan oleh ahli lain adalah : Ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan dan penyebab perubahan-perubahan yang terjadi tersebut. yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status). (Philip M. Hauser dan Duddley Duncan. 1959)
Studi yang membahas mengenai penduduk yaitu ilmu kependudukan dan demografi. Ilmu kependudukan mempersoalkan hubungan-hubungan antara variabel demografi dan variabel dari sistem lain atau non-demografi (Hauser, 1959 dalan Rusli, 1995). Menurut Malthus (1830) dan Rusli (1995) merumuskan dua postulat tentang kependudukan, yaitu :
·  Orang yang tinggal di daerah tersebut.
· Bahwa kebutuhan nafsu seksual antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Sedangkan demografi adalah suatu studi mengenai jumlah, distribusi teritorial, dan komposisi penduduk, peubahan-perubahan yang bertalian dengannya serta komponen yang menyebabkan perubahan yang bersangkutan yang dapat diidentifikasi sebagai natalitas, mortalitas, gerak penduduk teritorial, dan mobilitas sosial atau perubahan status (Rusli, 1995).Selain pengertian demografi, disuatu wilayah pun dapat dianalisa mengenai bonus demografi yang berarti keuntungan ekonomis yang disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumberdaya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan (Adioetomo).
C.    TEORI TRANSISI DEMOGRAFI
Definisi Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar. Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard.
Menurut blacker (1947) ada 5 tahap dalam teori transisi demografi,dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah tahap transisi.
Tahap-tahap dalam transisi demografi yaitu :
 
1. Tahap stasioner tinggi
Tingkat kelahiran: tinggi
Tingkat kematian: tinggi
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: Eropa abad XIV
 
2. Tahap awal perkembangan
Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian: lambat menurun
Pertumbuhan alami: lambat
Contoh: India sebelum pd II
 
3. Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran: menurun
Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: cepat
Contoh: Australia, selandia baru tahun '30an.
 
4. Tahap stasioner rendah
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: rendah
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: Perancis sebelum pd II
 
5. Tahap menurun
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: negatif
Contoh: Jerman Timur & Barat tahun '75

Diya Urrohman_Pmi 5_Tugas 1

A.    Definis Demografi

Demografi, secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata 'demograhie' terdiri dari dua kata yaitu  demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti  catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology  makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu.

Secara epistemology (berdasarkan ilmu pengetahuan) , pengertian demografi  tidak sesederhana seperti dalam perspektif etimology, kata demorafi diberi  makna lebih spesifik tentang penduduk, menurut Philip M Hauser dan Dudley Duncan (1959) demografi didefinisikan sebagai berikut:

            ' Demographic is the study of the size, territorial distribution and composition         of population, changes there in and the components of such canges which     may     be indentified as natality, territorial movement (migration) and social             mobility'          (change of states)'

terjemahan dari  definisi tersebut  kurang lebih sebagai berikut:

           'Demografi mempelajari jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi         penduduk,        perubahan  dan sebab perubahan itu yang biasanya timbul     karena kelahiran,        perpindahan penduduk, dan mobilitas sosial'

 

B.     Teori Transisi Demografi

Teori Transisi demografi adalah model yang menggambarkan perubahan penduduk dari tingkat pertumbuhan yang stabil tinggi (tingkat fertilitas dan  mortalitas yang tinggi) ke tingkat pertumbuhan rendah ( tingkat fertilitas dan mortalitas rendah) yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini didasarkan pada interpretasi yang dimulai pada tahun 1929 oleh para ahli demografi (demografer),perubahan yang diamati adalah tingkat fertilitas dan mortalitas dalam masyarakat selama dua ratus tahun terakhir atau lebih.Transisi demografi istilah awalnya hanya menggambarkan pergeseran sosial yang terjadi dimasyarakat Barat dari abad sembilan belas ke 1930-an.Pada saat itu,masyarakat Eropa yang bertempat tinggal di luar negeri bergerak dengan kecepatan yang cukup dari tingkat fertilitas dan mortalitas tinggi ke tingkat fertilitas dan  mortalitas rendah dengan konsekuensi sosial yang besar.

 

       

C.    Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia

Nampaknya sukar untuk mengetahui secara tepat kapan munculnya makhluk yang disebut homo sapiens (manusia) di dunia ini. Para Ahli memperkirakan pada sekitar 35.000 tahun yang lalu. Waktunya mungkin tidak dipermasalahkan akan tetapi yang jelas angka pertambahan pendudukanya sangat lambat. Pada tahun 1 sesudah masehi, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 250 juta. Jadi membutuhkan waktu 35.000 tahun untuk mencapai jumlah penduduk 250 juta orang.

Pada tahun 1650, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 500 juta. jadi diperlukan waktu sekitar 1650 tahun menjadikan penduduk dunia dua kali lipat.

Pada tahun 1850 penduduk dunia menjadi 1 milyar (1.000.000.000) jumlahnya. Dan masih diperlukan waktu sekitar 200 tahun untuk menjadikan penduduk dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.

Pada tahun 1930 penduduk dunia diperkirakan mencapai 2 milyar. Dengan demikian hanya diperlukan waktu kurang dari 100 tahun untuk menjadi penduduk dunia dua kali lipat sebelumnya.

Pada Tahun 1976 penduduk dunia telah mencapai sekitar 4 milyar. Jadi hanya diperlukan sekitar 36 tahun saja untuk melipatgandakan penduduk dunia dari jumlah sebelumnya

Pada tahun 1985 penduduk dunia sudah mencapai 4,845 milyar jiwa. Dalam tempo hanya 9 tahun saja pertambahan penduduknya mencapai 845 juta. Istilah population explotion menggambarkan betapa hebatnya angka pertumbuhan penduduk dunia dewasa ini sehingga sebuah ledakan bom yang dahsyat.

Entah bagaimana jadinya planet bumi kita ini pada tahun 2000 mendatang. Berdasarkan perhitungan pada ahli, penduduk dunia pada saat itu akan mencapai 8 milyar. Para ahli dan orang awam sama-sama tercengang melihat fakta perkembangan yang demikian cepat itu. Sehingga mereka sering mereka-reka atau membuat semacam spekulasi, salah satu spekulasi menyebutkan bahwa pada masa 900 tahun mendatang hanya akan terdapat area tempat tinggal 1/32 inci persegi untuk setiap orang didunia (Nuveen, 1966).

 

tugas 1 / siti aisyah_kpi 5e_1112051000144

Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika tersebut merupakan studi tentang "benar atau salah" dalam tingkah laku atau perilaku manusia (right or wrong in human conduct). Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Right and Reason Ethic (1953), etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Secara umum pengertian etika adalah hubungan dengan perbuatan seseorang yang dapat menimbulkan penilaian dari pihak lainnya akan baik-buruknya perbuatan yang bersangkutan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia , kata "moral" memiliki arti (1) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila. (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan. Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian system nilai-nilai yang berlaku. Moral adalah suatu aturan atau tata cara hidup yang bersifat normatif (mengatur/mengikat) yang sudah ikut serta bersama kita.
Amoral perbuatan yang tidak mengandung  nilai moral. Dan immoral adalah perbuatan yang menentang moral.
Pengertian etiket adalah tata turan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan. Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana telah dijelaskan diatas berkaitan dengan moral (mores). Sedangkan kata etiket berkaitan dengan nilai sopan santun, tata karma dalam pergaulan formal.
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah , baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik-buruknya perbuatan manusia.
Subyektif adalah lebih kepada keadaan dimana seseorang berfikiran relatif, hasil dari menduga-duga berdasarkan perasaan atau selera orang.
Etika deskriptif adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya, etika deskriptif berbicara mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya untuk memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis. Aspek deskriptif ini akan memberikan informasi-informasi tentang fakta-fakta yang berkembang, baik dimasyarakat maupun dalam organisasi profesi itu sendiri sehingga penanganan pada aspek normative dan konseptual dapat segera direalisasikan.
Etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa ynag bernilai dalam hidup ini. Etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku dimasyarakat.  Etika normatif mengacu pada norma-norma/standart moral yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan, karakter individu , dan struktur social.
Hal ini tidak lain untuk mencapai sasaran dan tujuan utama etika itu sendiri, yaitu menentukan, menemukan, membatasi, dan membenarkan kewajiban, hak, cita-cita moral dari individu dan masyarakatnya. Dengan demikian pada aspek normatif sasaran praktisnya adalah member evaluasi berdasarkan penalaran atas perilaku dan karakter individu, berfungsinya organisasi-organisasi dan respon-respon alternative yang tersedia untuk menyelesaikan masalah konkret.
Metaetika adalahsebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Dalam metaetika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dan dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuat. Sebagai contoh, "seorang anak menendang bola hingga kaca jendela pecah." Secara meta-etis, baik buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut pandang yang netral. Pertama dari sudut pandang sianak, bukanlah suatu kesalahan apabial ia menendang bola ketika bermain, karena memang dunia anak-anak adalah bermain, apalagi dilakukan dengan tidak sengaja. Jika dilihat dari segi pemilik jendela maka hal tersebut sebagai kesalahan yang dibuat sianak.
Menyikapi persoalan-persoalan yang semacam inilah, maka metaetika dijadikan bekal awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil pertimbangan dibuat.
Hakekat etika filosofis termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam konteks filsafat yunani kuno etika filsafat sudah terbentuk dengan kematangan yang mengagumkan. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meningalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat empiris, karena seluruhnya berlangsung dalam rangka empiris (pengalaman inderawi) yaitu apa yang dapat dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu empiris berasal dari observasi terhadap fakta-fakta dan jika ia berhasil merumuskan hokum-hukum ilmiah, maka kebenaran hukum-hukum itu harus diuji lagi dengan berbalik kepada fakta-fakta. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, etika filsafat tidak membatasi gejala-gejala konkret. Tentu saja, filsafat berbicara juga tentang yang konkret, namun juga amat konkret.

Cari Blog Ini