Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Rabu, 19 Desember 2012
Mutia Soleha, KPI 1D
Andre Anang Pratama_Lap6_Jurnalistik 1A_Teori Konflik dan Pertentangan dalam Masyarakat
umukulsum_KPI1D_Tugas 6
tugas 6_pondok pesantren_Fadel M. Anugrah_kpi ID
Sejarah Pondok Pesantren Darunnajah
Peneliti:
Fadel M. Anugrah/1112051000113/KPI 1D
I. Latar Belakang:
Pondok Pesantren Darunnajah berdiri dengan 5 periode, yaitu :
1. Periode Cikal Bakal (1942-1960)
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Asian Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami. Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
2. Periode Rintisan (1961-1974)
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh kol.Pol.Drs.H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya diIAIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961. Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah. Balai pendidikan Darunnajah diresmikan pada tahun 1964.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.
3. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)
Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa asrama lokal. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
1. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu salat.
2. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu Al-Qur'an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da'wah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM).
4. Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
5. Periode Pengembangan (1987-1993)
Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.
6. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)
Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapikan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. K.H. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia.
Pada tahun 2011, Pesantren Darunnajah memiliki 14 cabang pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu, Riau,Kalimantan Timur, dengan luas asset 318 ha.
Saat ini Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami adalah Drs. KH. Mahrus Amin dan Drs. H. Sofwan Manaf M.Si.
II. Pertanyaan Pokok Peneliti:
1) Bagaimana sejarah KH. Abdul Manaf Mukhayyar ?
2) Apa saja bidang lembaga yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah ?
3) Berapa cabang Pondok Pesantren Darunnajah di Indonesia ?
4) Apa badan usaha yang Paling utama di Pondok Pesantren Darunnajah dari sejak dulu?
5) Apa peraturan baru yang di terapkan Biro Pengasuhan Santri kepada Wali Santri ketika Menjenguk Anaknya di pondok Pesantren Darunnajah ?
III. Metode Penelitian
Di penelitian ini pun peneliti masih menggunakan metode kualitatif guna memperoleh informasi secara mendalam tentang tipe kepemimpinan narasumber. Selain itu juga penulis dan narasumber masih dalam lingkungan yang sama.
Waktu : Rabu, 19Desember 2012
Pukul : 14.00 WIB – 16.00 WIB
Tempat : Kantin Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami pesanggrahan Jak-Sel
IV. Gambaran Subyek/Objek :
Ada narasumber yang saya temui, yakni :
IBM Andhika S kelahiran Tangerang, 26 Agustus 1990. ia adalah alumni pondok Pesantren Darunnajah serta ketua IKPDN (Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darunnajah) . Ia sekarang melanjutkan studinya di Universitas Islam Negri jurusan Ushuluddin. Dia juga berurusan penting dengan terikatnya alumni Pondok Pesantren Darunnajah dengan staf-staf yang ada Di Pondok Pesantren Darunnajah, serta acara reunion alumni dari angkatan 1 hingga angkatan ke 35. Dan menjadinya beliau menjadi ketua IKPDN mengajukan saya untuk menanyakan langsung bagaimana sejarah serta aktifitas, lembaga yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah.
V. Analisis
Jadi Sejarah K.H Abdul Manaf Mukhayyar muda pergi belajar ke berbagai tempat untuk mencari guru-guru dan terus berusaha untuk mendalami ilmu pengetahuan. Diantara gurunya saat itu adalah K.H. Zakariya dari lampung dan K.H Siddiq dari Bendungan Hilir. Setelah lama menimba ilmu dan pengalamannya, beliaupun akhirnya terinspirasi merintis untuk/ membangun sebuah madrasah. Pada mulanya belia membangun madrasah di kawasan palmerah yaitu diats tanah seluas 500 m2, namun setelah berjalan 1 tahun lamanya madrasah ini digusur oleh pemerintah.
Hal itu tak menjadikannya putus asa dalam berjuang, melainkan semakin mengobarkan semangat dalam hatinya. Bahkan setelah penggusuran beliau menjual sebagian harta benda serta perhiasan istrinya untuk membeli lahan tanah seluas 7 ha yang berlokasi di kawasan Ulujami Tangerang Jawa Barat (Darunnajah sekarang).
Bersamaan dengan itu, dipersiapkan kader yang dimulai dari anak-anaknya sendiri, dimulai dari Saifuddin Arif dikirim ke gontor tahun 1961.Perjuangan tidak berhenti sampai disini, pada tahun 1965 datanglah seorang pemuda alumni Pondok Modern Gontor asal Cirebon yaitu yang sekarang dikenal dengan KH. Mahrus Amin. Seterusnya beliau tinggal bersama Kyai Manaf untuk kemudian bersama-sama berjuang merintis pesantren Darunnajah. Pada awal mulanya Darunnajah hanya memiliki sebuah surau kecil dan dihuni oleh 3 orang santri. Tahun berikutnya bertambah menjadi 9 orang santri, makin lama santripun semakin banyak hingga akhirnya dibangunlah 3 unit gedung madrasah atas bantuan dari Gubernur DKI saat itu (Ali Sadikin).
Dalam merintis pesantren tidak sedikit rintangan dan cobaan yang harus dihadapinya. Termasuk diantaranya ialah menghadapi orang-orang yang tidak senang dengan kehadiran pesantren Darunnajah. Bahkan beliau bersama K.H.Mahrus Amin sempat pula diusir dari daerah Ulujami. Semua itu tidak membuat Kyai Manaf pesimis dengan cita-cita luhurnya untuk terus mengembangkan pesantren. Karena dia yakin betul bahwa jika kita berjuang di jalan Allah maka Allah pun akan selalu menolong kita.
Diantara langkah-langkah strategis yang dilakukannya dalam merintis pesantren yaitu berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah setempat, dan memohon restu serta do'a dari para Kyai. Dan Pondok Pesantren darunnajah memiliki berbagai lembaga ilmu yaitu
v Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah (STAIDA) Fakultas Tarbiyah dan Bahasa Arab
v Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) Darunnajah
v Tarbiyatul Muallimin wal Muallimat Al-Islamiyyah (TMI) SLTP/SLTA: SMA, MAK dan MTs di Darunnajah 1 terakreditasi "A"
v SMK jurusan Teknologi dan Informatika di Darunnajah 3, 6, 8 dan 14
v Sekolah Dasar Islam (SDI) Darunnajah
v Madrasah Ibtidaiyah
v Madrasah Diniyah
v Raudhatul Athfal/Taman Kanak-kanak (RA/TK) Darunnajah
v Playgroup Darunnajah
v Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) Darunnajah
Semenjak berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah, Pesantren tersebut Mempunyai keinginan yang kuat untuk mempunyai cabang yang banyak, agar semua masyarakat bisa mempelajari ilmu Al-Quran dan ilmu agama, dan ini adalah cabang2 pondok pesantren di Indonesia :
Pondok Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang Pondok Pesantren Di Indonesia yaitu :
v Darunnajah I Ulujami Jakarta
v Darunnajah II Cipining Bogor
v Darunnajah III Al-Manshur Serang Banten
v Darunnajah IV Tsurayya Serang Banten
v Darunnajah V An-Nahl Ciseureuh Tanjungan Cikeusik Pandeglang Banten
v Darunnajah VI An-Nakhil Pasar Bantal Teramang Jaya Mukomuko Bengkulu
v Darunnajah VII Jaziratunnajah Sei Bantal Binusan Nunukan Kalimantan Timur
v Darunnajah VIII An-Nur Cidokom Gunung Sindur Bogor
v Darunnajah IX Al-Hasanah Pamulang Tangerang
v Darunnajah X Bintaro Jakarta Selatan
v Darunnajah XI Al-Barakah Bengkulu
v Darunnajah XII Dumai Riau
v Darunnajah XIII Ciledug Tangerang Banten
v Darunnajah XIV Nurul Ilmi Paleuh Serang Banten
Berdirinya Koperasi Pondok Pesantren Darunnajah (KPDN) bertepatan dengan berdirinya Pondok Pesantren, yakni tahun 1974 di Ulujami yang dipimpin oleh Drs. K.H. Mahrus Amin, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah yang beranggotakan guru-guru, santri dan warga Pondok Pesantren Darunnajah lainnya. Berdirinya KPDN tidak terlepas dari peraturan perkoperasian No.12 tahun 1967 sebagai berikut: " Bahwa koperasi Indonesia bekerja sama, bertgotong-royong berdasar berdasrkan persamaan derajat, hak dan kewajiban" hal tersebut sesuai dengan arah dan tujuan Pondok Pesanten Darunnajah.KPDN didirikan pertama kali dengan modal yang diperoleh hanya dari simpanan pokok dan simpanan wajib saja. Usaha-usaha yang dikelola oleh KPDN ini masih terbatas pada penyediaan alat-alat tullis kantor dan penyediaan kebutuhan para anggota Pondok Pesantren itu sendiri. Seiring perkembangan zaman para pegurus anggota KPDN terus mencoba memajukan KPDN tersebut dengan membuat usaha-usaha baru tanpa harus meninggalkan usaha yang lama. Dengan menambah usaha baru ini KPDN bukan hanya menyediakan kebutuhan para anggota Pondok Pesantren Darunnajah saja, melainkan pula dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat sekitarnya. Dan membentuk peraturan kepada wali santri yang menjenguki anaknya ke Pndok Pesantren Darunnajah., sebagaimana peraturan tersebut tertera di hadapan jalan menuju ke asrama santriwati Pondok Pesantren Darunnajah :
v Dilarang merokok di Lingkungan Pondok Pesantren Darunnajah : Kampus Pondok pesantren Darunnajah dan Area Kantin dan parkir
v Disediakan tempat merokok di Area Abu Bakar
v Dimohon membuang sampah pada tempatnya
v Bagi yang tidak mengindahkan pemberitahuan ini akan dikenakan sanksi : Merokok denda Rp 150.000,00 dan membuang sampah sembarangan denda Rp 100.000,00
Kutipan nasehat KH. Mahrus Amin yang diumpamakan seperti 3 orang buta yang meraba gajah, yang satu menilai bahwa gajah seperti bedug, karena dia hanya meraba bagian perutnya saja, yang kedua menilai gajah seperti kipas, yang diraba hanya kupingnya saja, dan orang buta ketiga menilai gajah seperti pohon kelapa, karena meraba kakinya saja. Namun kita harus menyadari seutuhnya bahwa gajah itu binatang besar dan kuat.