Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Sabtu, 12 Oktober 2013
Rahayu saputro_KPI 1C_Tugas6_Metode-metode dalam Sosiologi
Muhammad IhsanFauzi_KPI1C_Tugas6_Metode-Metode Sosiologi
Dalam sosiologi, terdapat cara (metode) yang digunakan untuk mempelajari objek sosiologi (masyarakat), yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode itu sendiri adalah cara kerja yang digunakan untuk memudahkan dalam melakukan suatu kegiatan atau penelitian.
Metode kualitatif
Dalam istilah bahasa Jerman dinamakan sebagai metode verstehen (pengertian). Metode kualitatif ini mengutamakan bahan yang sukar untuk diukur dengan angka-angka atau ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata didalam masyarakat. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang. Terbagi menjadi dua, yaitu:
Metode Historis
Metode ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Sosiolog yang menyelidiki akibat revolusi (secara umum) akan mempergunakan bahan-bahan sejarah untuk meneliti revolusi yang terjadi pada masa silam.
Metode Komparatif
Metode ini mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya. Perbedaan dan persamaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang; masyarakat dengan tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama.
Metode Kasus
Metode ini digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat (community). Bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Alat yang digunakan dalam metode kasus seperti, interview (wawancara), questionnaires (pertanyaan), schedules (daftar pertanyaan), participant observer technique dan lain.
Metode kuantitatif
Metode ini mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala-skala, indeks, tabel maupun formula, yang semua tu menggunakan ilmu eksak.
Di samping metode di atas, beberapa metode yang digunakan sosiologi untuk menelaah masyarakat berdasarkan jenisnya. Metode tersebut meliputi metode induktif, deduktif, fungsionalisme, empiris, dan rasionalisme.
Induktif. Mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapat kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas.
Deduktif. Menggunakan proses sebaliknya dari induktif yaitu dimulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus.
Fungsionalisme. Metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Gagasan pokok metode ini bahwa unsur-unsur ysng membentuk masyarakat yang mempunyai timbal balik yang saling memengaruhi dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam masyarakat.
Empiris. Metode yang mendasarkan diri kepada keadaan-keadaan yang dengan nyata diperoleh dari dalam masyarakat.
Rasionalistis. Metode yang mengutamakan penilaian dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang kemasyarakatan.
Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry® saya www.blackberry.com
Trs: Ayu Utami Saraswati KPI1B_Tugas1_DefinisiSosiologi
Ayu utami saraswati KPI1B_Tugas 6_metode-metode sosiologi
Trs: Ayu Utami Saraswati KPI1B_Tugas4_Teori Max Weber
Buku The Protestant Ethic bukanlah buku tentang kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern (karena sebelumnya memang telah ada beberapa bentuk kapitalisme) berkembang dan mulai mendominasi ekonomi.
Menurut Weber, semangat kapitalisme tidak dapat didefinisikan begitu saja berdasarkan kerakusan ekonomi; dalam banyak hal justru sebaliknya. Weber melacak dampak Protestanisme Asketis – terutama Calvinisme terhadap kelahiran semangat kapitalisme.
Calvinisme ialah aliran Protestanisme yang paling menarik perhatian Weber. Salah satu ciri Calvinisme yaitu gagasan bahwa hanya sejumlah kecil orang terpilih yang memperoleh keselamatan. Selain itu, Calvinisme berujung pada gagasan predestinasi; orang telah ditakdirkan apakah termasuk ke dalam golongan orang yang diselamatkan atau dikutuk. Tidak ada yang dapat dilakukan individu atau agama secara keseluruhan untuk memengaruhi nasib ini, kecuali mereka yang dapat menemukan kesuksesan ekonomi.
Trs: Ayu utami saraswati KPI 1B_Tugas 3_Teori Durkheim 2
a. solidaritas mekanis
solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.
b. solidaritas organic
masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi xecara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.
Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
Dasar dari pendapat Durkheim adalah agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun selalu ada perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai simbol dari masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian menjelma ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme dari masyarakat itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna (Tuhan adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama merupakan lambang collective representation dalam bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus agama. Orang yang terlibat dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka tentang collective consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara keagamaan suasana keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lambat laun collective consciouness tersebut semakin lemah kembali.
Trs: Ayu Utami Saraswati KPI1B_Tugas 2_Teori Durkheim
Dari: Ayu Saraswati <asaraswati10@yahoo.com>
Kepada: "kuliahtantan@gmail.com" <kuliahtantan@gmail.com>
Dikirim: Senin, 16 September 2013 21:19
Judul: Ayu Utami Saraswati KPI1B_Tugas 2_Teori Durkheim
Trs: Ayu Utami Saraswati KPI1B_Tugas1_DefinisiSosiologi
a. solidaritas mekanis
solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.
b. solidaritas organic
masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi xecara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.
Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
Dasar dari pendapat Durkheim adalah agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun selalu ada perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai simbol dari masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian menjelma ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme dari masyarakat itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna (Tuhan adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama merupakan lambang collective representation dalam bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus agama. Orang yang terlibat dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka tentang collective consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara keagamaan suasana keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lambat laun collective consciouness tersebut semakin lemah kembali.
Ahmad Fauzan KPI 1C_Tugas 6_Metode-metode sosiologi
Putri Dwi P_KPI 1-C_Tugas6_Metode-metode dalam sosiologi
PUTRI DWI PANGESTININGTIYAS
1113051000142
KPI 1-C
METODE-METODE DALAM SOSIOLOGI
Untuk bisa menjelaskan cara-cara sosiologi, kita perlu mempelajari objeknya, yaitu masyarakat. Oleh karena itu, sosiologi mempunyai cara kerja atau metode yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, diantaranya :
1. Metode Kualitatif
Metode ini mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sulit diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Contohnya, seperti tentang kehidupan, suatu riwayat, peranan organisasi. Metode kualitatif terbagi beberapa macam, yaitu:
1) Metode historis
Metode ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
2) Metode komparatif
Metode ini penelitiannya lebih mementingkan perbandingan antar kondisi masyarakat satu dengan yang lain, dengan maksud mengetahui persamaan dan perbedaan, dan juga untuk mengetahui sebab-sebab kondisi masyarakat yang sedemikian rupa. Sehingga akhirnya, mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang, termasuk masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau mungkin sama.
3) Metode studi kasus
Metode ini digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dan kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique).
2. Metode Kuantitatif
Metode ini adalah mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala-skala, indeks, tabel, atau formula-formula tertentu yang cenderung mempergunakan ilmu pasti atau matematika.
Di samping metode-metode tersebut, masih ada beberapa metode lain, yaitu sebagai berikut:
1) Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
2) Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih luas atau bersifat umum.
3) Metode empiris, yaitu cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah tersebut.
4) Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
5) Metode fungsional, yaitu metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat.
Sumber : Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH, MA, SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1982