Minggu, 09 Maret 2014

Mughni Labib Tugas1 Desa dalam Tinjaun


Dinamika Desa dalam Tinjauan Masyarakat Indonesia

Diketahui bersama bahwa pengaturan mengenai desa kembali mengalami perubahan seiring dengan terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan mengenai desa di dalam UU No. 32 Tahun 2004 kemudian ditindaklanjuti oleh PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam hal kewenangan secara prinsipil tidak ada perubahan yang mendasar dalam pengaturan mengenai kewenangan desa. Sama halnya dengan UU No. 22 Tahun 1999, desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten, yang dinyatakan secara tegas di dalam Pasal 7 PP No. 72 Tahun 2005.

Nurul andani_Tugas 0_sosiologi pedesaan

Nurul andani
pmi2
1113054000033


·         Dinamika dan paradigma kajian sosiologi pedesaan
Sosiologi pedesaan merupakan ilmu yang mengkaji dan mempelajari  gejala dan realita perilaku dan tindakan masyarakat dalam komunitas pedesaan dengan pendekatan ilmiah (Rogger, et. A, 1998). Kajian sosiologi pedesaan seringkali cenderung mengarah kepada pedesaan sebagai daerah pertanian, pola-pola produksi subsisten dan bertani. Oleh karena itu, sosiologi pedesaan sering dianggap sebagai sosiologi pertanian (socioogy of agriculture), padahal antar keduanya memliki perbedaan (Bahrein, 1997:24)

Abidin Tugas1 Dinamika Desa


Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan Pembangunan di Indonesia
 
A.  DINAMIKA DESA DAN KOTA
1.    Hubungan desa dan kota.
Pengertian Desa menurut Sutardjo Kartodikusuma adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Sedangkan Kota menurut Wirth adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Masyarakat desa dan masyarakat kota secara sosiologis dapat ditelaah melalui konsep sistem sosial, sistem interaksi, pertukaran sosial dan saling ketergantungan. Konsep masyarakat itu adalah sama dengan saling ketergantungan antara sistem sosial, sistem interaksi dan sistem pertukaran sosial.[3]

Ahmad Afandi_Tugas1_Konsep Kabuyutan


Konsep Kabuyutan
"Ekologi Manusia"
Ahmad Afandi                  1111054000007
            Manusia, sama seperti organisme lainnya, merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungannya. Dengan demikian, semua kaidah atau hukum ekologi yang mengontrol mahluk hidup di muka bumi juga berlaku bagi manusia. Akan tetapi, manusia cenderung merasa superior sehingga ia sering kali berpikir mereka adalah organisme satu-satunya yang berkepentingan terhadap lingkungan sehingga tidak lagi mampu memenuhi prinsip-prinsip lingkungan. Ekologi manusia secara umum mengidentifikasi hubungan dan keterkaitan manusia dengan lingkungannya, termasuk bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya.

Edi Firdiansyah_Tugas1_Teori Emil Durkheim

     NAMA                              : EDI FIRDIANSYAH
NIM                                   : 1113054100011

KELAS                              : KESSOS 2A

 Profil dan riwayat hidup Emile Durkheim

Lahir di Epinal propinsi Lorraine, Perancis Timur pada tanggal 15 April 1858. Dia termasuk dalam tokoh Sosiologi yang memperbaiki metode berpikir Sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi Sosiologi akan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang benar apabila mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.

ADITIYA AWALUDIN_Tugas1_Dinamika desa


NAMA : ADITIYA AWALUDIN
NIM      : 1113054000012
JURUSAN : PMI 2
TUGAS : SOSIOLOGI PEDESAAN
Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan Pembangunan di Indonesia
 A. Transformasi dan perubahan sosial masyarakat pedesaan.
     Pembangunan atau pengembangan pedesaan sangat di perlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia, yaitu sebesar kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di pedesaan. Dan mengingat banyak sekali permasalahan yang didesa maka sangat penting pembangunan desa ini. Pembangunan atau pengembangan pedesaan, menurut Mosher (Mosher, 1969, h. 91), dapat mempunyai tujuan: 1. Pertumbuhan sektor pertanian, 2. Integrasi nasional, yaitu membawa seluruh penduduk suatu negeri kedalam pola utama kehidupan yang sesuai, 3. Keadilan ekonomi, yakni bagaimana pendapatan itu dibagi - bagi kepada seluruh penduduk.

Janos Prakoso_Tugas1_Teori Emil Durkheim

NAMA     : Janos Prakoso
NIM          : 1113054100031
KELAS    : KESSOS 2A
PRODI     : Kesejahteraan Sosial

A. Teori-teori Emile Durkheim
1. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society) Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
   

Yusmar Abdillah_Tugas1_Teori Sosiologi Emil Durkheim

Nama: Yusmar Abdillah
NIM : 1113054100021
Kelas; KESSOS 2A
Jurusan: Kesejahteraan Sosial

  • 1. TEORI-TEORI EMILE DURKHEIM Oleh: Yusmar Abdillah.1113054100021.Kesejahteraan Sosial 2A.Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
  • 2. BIOGRAFI EMILE DURKHEIM • Tahun 1858, Emile Durkheim lahir di propinsi Lorraine Perancis Timur pada tanggal 15 April. • Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya gagal dalam ujian masuk.

AHMAD ALI NIDAULHAQ Tugas1 Dinamika Desa

"Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan Pembangunan"
di Indonesia
A. Transformasi dan perubahan sosial masyarakat pedesaan.
     Pembangunan atau pengembangan pedesaan sangat di perlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia, yaitu sebesar kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di pedesaan. Pembangunan atau pengembangan pedesaan ('rural development), menurut Mosher (Mosher, 1969, h. 91), dapat mempunyai tujuan: 1. Pertumbuhan sektor pertanian, 2. Integrasi nasional, yaitu membawa seluruh penduduk suatu negeri kedalam pola utama kehidupan yang sesuai, 3. Keadilan ekonomi, yakni bagaimana pendapatan itu dibagi - bagi kepada seluruh penduduk.

Isra Wahyuni_Tugas1_teori sosiologi Emil Durkheim

Isra Wahyuni_Tugas1_teori sosiologi Emil Durkheim

Nama : Isra Wahyuni

Nim: 1113054100023

Jurusan:  Kessos II A

Teori sosiologi Emil Durkheim

            Emil Durkheim adalah sosiologi Perancis keturunan Yahudi. Baginya sosiologi adalah mempelajari social fact (fakta sosial); dan fakta sosial bukanlah fakta individual. Social fact (fakta sosial) adalah aspek-aspek kehidupan sosial yang tidak dapat dijelaskan dalam pengertian biologis atau psikologis dari seorang individu. Fakta sosial bersifat eksternal (berada di luar individu). Karena sifat eksternalnya, fakta eksternal merupakan realitas independen dan membentuk lingkungan objektifnya sendiri. Contoh yang paling jelas dari fakta sosial adalah kebiasaan, peraturan, norma, dan sebagainya. Contoh fakta sosial yang paling besar dan umum adalah masyarakat.

            Selain bersifat eksternal, fakta sosial mempunyai sifat menekan individu, memaksa untuk berbuat sesuai dengan fakta sosial. Sifat eksternal dan memaksanya ini berlaku bagi semua orang di wilayah yang sama dalam kurun waktu tertentu. Individu harus tunduk pada fakta sosial. Karena itu dalam pandangan Durkheim, individu nampak tidak penting sama sekali.

            Dalam The Rule of Sociological Method ia membedakan antara dua tipe fakta sosial:

Material dan nonmaterial. Perhatian utama Durkheim lebih tertuju pada fakta sosial nonmaterial (misalnya kultur dan institusi sosial) dari pada  faka sosial material (birokrasi dan hukum).

            Dalam studi klasiknya tentang bunuh diri yang berjudul Suicide (1897-1951), Durkheim menggarap serius pengumpulan dan analisis data untuk menguji teorinya. Ia membuat proposisi bahawa Suicide adalah fakta sosial (social fact), oleh karena itu bunuh diri bisa dijelaskan melalui faktor-faktor sosial. Durkheim menguji teorinya terhadap penyebab yang berbeda-beda dalam rata-rata perilaku bunuh diri di dalam kelompok wilayah, negara, dan dikalangan golongan individu yang bebeda (misalnya anatara orang kawin dan lajang). Argumen dasarnya adalah bahwa sifat dan perubahan fakta sosiallah yang menyebabkan perbedaan  rata-rata bunuh diri. Misalnya perang atau depresi ekonomi dapat menciptakan perasaan depresi kolektif yang selanjutnya dapat meningkatkan angka bunuh diri.

 

            Dalam karyanya yang lain, The Division of Labour in Society (1893-1964), Durkheim membahas tentang solidaritas sosial. Ia membedakan antara solidaritas yang ada pada masyarakat awal dengan yang ada pada masyarakat modern. Di masyarakat awal struktur sosial relatif simple degan pembagian kerja yang sedikit. Orang-orang terlibat dalam pekerjaan yang sama, karena kesamaan itulah pengalaman hidup mereka juga banyak kesamaan. Rasa keutuhan (oneness) diantara mereka berasal dari fakta ini : mereka begitu sama yang kemudian disebut oleh Durkheim memiliki solidaritas mekanik.

            Kebalikannya, masyarakat modern dicirikan dengan susunan sosial yang amat kompleks dan pembagian kerja yang amat beragam. Orang-orang memiliki tanggungjawab yang spesifik di pabrik-pabrik, di kantor-kantor, dan di sekolah-sekolah. Karena tanggung jawab yang berbeda-beda itulah orang satu sama lain menjadi saling tergantung untuk bisa bertahan hidup. Durkheim menyebutnya dengan sebutan masyarakat yang memiliki solidaritas organik.

            Bagi Durkheim, solidaritas sosial itu dibutuhkan untuk memelihara keteraturan sosial dan untuk kebahagiaan masing-masing individu yang ada di dalamnya. Jika saja solidaritas sosial itu rusak maka bisa membawa konsekuensi-konsekuensi negatif. Dalam situasi semacam ini  bisa saja orang terdorong untuk melakukan bunuh diri Suicide.

 

            Dalam karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life, ia memusatkan perhatian pada bentuk terakhir fakta sosial nonmaterial yakni agama. Dalam karya ini Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Durkheim yakin bahwa ia akan dapat secara lebih baik menemukan akar agama itu dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana dibandingkan dengan masyarakat modern yang komples. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan yang lainnya bersifat profan, khususnya dalam kasus yang disebut totemisme. Dalam agama primitif (totemisme) ini benda-beda seperti tumbuhan-tumbuhan dan binatang didewakan atau dipuja. Selanjutnya totemisme dilihat sebagai tipe khusus fakta sosial nonmaterial. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama. Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial nonmaterial.

 

Rizkianingsih_Tugas1_TeoriSosiologiDurkheim

Emil Durkheim lahir pada tahun 1858 di Epinal, suatu perkampungan kecil orang Yahudi di bagian Timur Perancis yang agak terpencil dari masyarakat yang luas. Ayah Durkheim adalah seorang rabi, seperti kakeknya juga dan kalau Durkheim sudah mengikuti kebiasaan tradisional, dia juga sudah menjadi seorang rabi. Namun dia menyimpang dari kebiasaan ini, sebagian mungkin karena suatu pengalaman mistik dan dia masuk katolik dibawah pengaruh seorang gurunya yang beragama katolik. Lalu dia meninggalkan katolisisme dan menjadi orang yang tidak mau tahu dengan agama(agnostik), tetapi masalah-masalah dasar tentang moralitas dan usaha meningkatkan moralitas masyarakat merupakan perhatian pokok selama hidupnya. Mungkin dari sebagian perhatiannya terhadap solidaritas dan integrasi bertumbuh dari kesadarannya bahwa berkurangnya agama tradisional merusakan salah satu dukungan tradisional yang utama untuk standar moral bersama yang membantu mempersatukan masyarakat di masa lampau.

Durkheim bertekad menekankan pengajaran praktis ilmiah serta moral daripada pendekatan filsafat tradisional yang menurut dia tidak relevan dengan masalah sosial dan moral. Pendirian ideologis Durkheim secara pribadi bersifat liberal. Walaupun mudah untuk melihat beberapa implikasi konservatif penting dalam karya teoritisnya, sebagiannya karena tekanan yang terlampau mementingkan struktur sosial serta kepatuhan individu terhadap masyarakat secara mutlak untuk perkembangannya. Namun dalam prakteknya, dia membela hak-hak individu melawan pernyataan-pernyataan yang tidak adil atau berlebih-lebihan yang dibuat atas nama masyarakat. 

Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Dalam usia 21 tahun ia masuk pendidikan di Ecole Normale Superiure. Dalam waktu singkat ia membaca Renouvier, Neo Kantian yang sangat dipengaruhi pemikiran Saint Simon dan August Comte, dan bahkan melahap karya-karya Comte sendiri. Disertasinya The Division of Labor in Society yang diterbitkan tahun 1893 memaparkan konsep-konsep evolusi sejarah moral atau norma-norma tertib social, serta menempatkan krisis moral yang hebat dalam masyarakat modern. Itu sebabnya, disertasi itu menjadi karya klasik dalam tradisi sosiologi. Durkheim mempunyai pandangan konsensus yang agak ortodoks mengenau struktur sosial. Cirinya yang sangat penting. Katanya, adalah bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai, definisi kebudayaan dari perilaku yang dianggap pantas dan penting dalam setting yang berbeda-beda. Adalah melalui sosialisasi kita mempelajari definisi-definisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka.

Menurut Durkheim, walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berhadapan dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan itu sebenarnya sudah disediakan untuk kita. Durkheim lah yang pertama kali menekankan pandangan konsensus bahwa fikiran dan pengalaman sekalipun diwariskan tidak ditemukan.

Vita Renita_Tugas 1_Teori Emile Durkheim

TEORI EMILE DURKHEIM
            Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis, 15 April 1858. Ia keturunan pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Tetapi, ketika berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis (Mestrovic, 1988). Emile Durkheim adalah tokoh yang sering disebut sebagai eksemplar dari lahirnya teori fungsionalisme. Dalam usia 21 tahun ia masuk pendidikan di Ecole Normale Superiure. Durkheim dalam bidang metodologi menulis The Rule of Sociological Method yang diterbitkan yang diterbitkan tahun 1895. Tahun 1897 Durkheim menjadi guru besar di Bordeaux. Karya Durkheim lain yang berpengaruh dalam ilmu sosiologi adalah The Elementary Forms of Religious Life yang terbit tahun 1912.

Fauzia Firdawati_Tugas 1_Teori Sosiologi Emile Durkheim

Nama      : Fauzia Firdawati
Jurusan   : Kesejahteraan Sosial/IIA
NIM        : 1113054100006
Teori Emile Durkheim

1.      Mengenal Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis, 15 April 1858. Ia dilahirkan dalam keturunan Yahudi dan belajar untuk menjadi pendeta. Tetapi, ketika beranjak remaja ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu, perhatiannya terhadap pendidikan agama lebih bersifat akademis. Ia bukan hanya kecewa terhadap pendidikan agama, tetapi juga pendidikan umumnya. Ia menolak karir tradisional dalam filsafat dan berupaya mendapatkan pendidikan ilmiah yang dapat disumbangkan untuk pedoman moral masyarakat.

Fauzia Nurul Khotimah_Dinamika Desa DalamTinjauan Sejarah dan Kebijakan Pembangunan di Indonesia


Della Azizah_Tugas 1_Teori Emile Durkheim

Teori Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir di epinal, perancis, 15 april 1858. Pada tahun 1887 pertama kalinya Durkheim memberikan kuliah di salah satu Universitas Perancis. Durkheim menganut pemikiran politik konservatif tetapi pada masa hidupnya ia juga befikiran liberal dan ini di tunjukkan oleh peran aktif yang di mainkan nya dalam membela Alfred Dreyfus, seorang kapten tentara Yahudi yang dijatuhihukuman mati karena pengkhianatannya oleh banyak orang yang dirasakan bermotif anti yahudi. Teori Durkheim di bagi menjadi 4 teori  yaitu :

Muhammad Farid Tugas 1 Konsep Utama Kabuyutan

Konsep utama Kabuyutan
Nilai-nilai pokok atau dimensi paling penting dari suatu kebudayaan adalah nilai-nilai yang universal yang akan diterima oleh bangsa apa pun di dunia ini; atau nilai-nilai yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi dan yang diperlukan hanyalah aplikasi atau pengamalannya. Nilai-nilai pokok adalah landasan, sumber, dan muaradimensi-dimensi atau nilai-nilai penting lainnya dari suatu kebudayaan. Apabila suatu bangsa berhasil merevitalisasi nilai-nilai pokok budayanya, maka bangsa tersebut berpeluang untuk meraih kembali
kejayannya.

Rizkia Indriyani_Tugas 1_Teori Emile Durkheim

Nama          : Rizkia Indriyani

Jurusan       : Kesejahteraan Sosial/IIA

NIM            : 1113054100017

Teori Emile Durkheim

Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis, 15 April 1858. Pada tahun 1882-1887 ia mengajar filsafat di sejumlah sekolah di Paris. Durkheim pertama kali memberikan kuliah ilmu sosial di Universitas Perancis. Kini Durkheim menganut pemikiran politik konservatif, namun dimasa hidupnya ia dianggap berpikir liberal dan ini ditunjukkan oleh peran aktif publik aktif yang dimainkan nya dalam membela Alfred Dreylus, seorang kapten tentara Yahudi yang dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan yang oleh banyak orang dirasakan bermotif anti Yahudi. Adapun teori Durkheim dibagi menjadi 4 teori yaitu :

1.        Teori Solidaritas

Solidaritas menurut Durkheim sendiri adalah persahabatan antara individu atau kelompok yang dimulai dari kesamaan sikap perilaku dan diperkuat dengan perasaan moral dan kepercayaan yang sama-sama dianut serta diperkuat oleh pengalaman emisonal . Teori solidaritas dikembangkan menjadi 2 yaitu :

§  Pada solidaritas mekanik, jenis anggota masyarakat nya memiliki kesamaan satu sama lain, pola pikirnya masih bersifat primitive (pedesaan), kepercayaan yang mereka anut sangat kuat sehingga tiap yang melanggar akan ada hukuman nya. Dalam teori ini meski pun pelanggaran yang dilakukan nya kecil namun bisa saja hukuman yang diberikan berat, dengan tujuan agar masyarakat tetap mempertahan kan nilai keutuhan kesadaran masyarakat.

§  Solidaritas organik menyatakan bahwa pada teori ini masyarakat cenderung memiliki pola pikir masyarakat perkotaan (modern). Sehingga mulai dari pendapatan dan pembagian kerja mereka pun berbeda satu degan yang lainnya. Peranan sosial pun menghasilkan  ketergantungan sehingga mereka tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan nya sendiri atau  ketergantungan. Pada masyarakat ini hukum yang diterapkan ialah hukum restitutif, tujuan dari hukum ini adalah untuk memulihkan kembali aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks. Banyak perubahan yang dialami oleh masyarakat ini yang diakibatkan karna adanya modernisasi. Banyak dari mereka yang melanggar norma-norma yang berlaku, sehingga menyabebabkan terjadinya penyimpangan.

 

2.      Fakta Sosial

Teori sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya dan nilai yang berada dan memaksa.  Teori sosial adalah seluruh cara bertindak , baku maupun tidak yang berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan dari luar. Teori sosial tidak dapat direduksi kepada individu. Teori sosial dibagi menjadi fakta material dan non material.  Pada fakta material, gaya arsitektur bentuk teknologi dan hukum perundang-undangan lebih mudah dipahami karena keduanya dapat diamati secara langsung. Pada fakta non material teori sosial memiloiki  batasan tertentu, interaksi non material memiliki tingkatan-tingkatan realitasnya sendiri.

 

3.      Teori Bunuh Diri

Penyebab bunuh diri adalah pengaruh integrasi sosial. Munculnya teori ini karena melihat didalam lingkungannya terdapat orang-orang yang melakukan bunuh diri. Kemudian Emile tertarik untuk melakukan penelitian diberbagai negara. Menurut Emile terdapat empat alasan orang bunuh diri :

§  Karena alasan agama

Durkheim mengungkapkan perbedaaan angka bunuh diri dalam penganut ajaran Katolik dan Protestan. Penganut agama Protestan cenderung lebih besar angka bunuh dirinya dibandingkan dengan penganut agama Katolik. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan kebebasan yang diberiakn oleh kedua agama tersebut kepada penganutnya. Penganut agama Protestan memperoleh kebebasan yang  jauh lebih besar untuk mencari sendiri hakekat ajaran-ajaran kitab suci, sedangkan pada agama Katolik tafsir agama ditentukan oleh pemuka Gereja. Akibatnya kepercayaan bersama dari penganut Protestan berkurang sehingga menimbulkan keadaan dimana penganut agama Protestan tidak lagi menganut ajaran/tafsir yang sama. Integrasi yang rendah inilah yang menjadi penyebab laju bunuh diri dari penganut ajaran ini lebih besar daripada penganut ajaran bagama Katolik.

§  b. Karena alasan keluarga
Semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, akan semakin kecil pula keinginan untuk terus hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, semakin besar mengikat orang-orang kepada kegiatan social di antara anggota-anggota kesatuan tersebut. Kesatuan keluarga yang lebih besar biasanya lebih akan terintegrasi.

 

§  c. Karena alasan politik
Durkheim disini mengungkapkan perbedaan angka bunuh diri antara masyarakat militer dengan masyarakat sipil. Dalam keadaan damaiangka bunuh diri pada masyarakat militer cenderung lebih besar daipada masyarakat sipil. Dan sebaliknya, dalam situasi perang masyarakat militer angka bunuh dirinya rendah. Didalam situasi perang masyarakat militer lebih terintegrasi dengan baik dengan disipilin yang keras dibandingkan saat keadaan damai di dalam situasi ini golongan militer cenderung disiplinnya menurun sehingga integrasinya menjadi lemah.

 

§  d. Karena alasan kekacauan hidup (anomie)
Bunuh diri dengan alas an ini dikarenakan bahwa orang tidak lagi mempunyai pegangan dalam hidupnya. Norma atau aturan yang ada sudah tidak lagi sesuai dengan tuntutan jaman yang ada.

 


Jenis-jenis bunuh diri
a. Bunuh diri Egoistic
Adalah suatu tindak bunuh diri yang dilakukan seseorang karena merasa kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation)di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan melakukan bunuh diri.
b. Bunuh diri Anomie
c. Bunuh diri Altruistic
Orang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya sebagai beban dalam masyarakat. Contohnya adalah seorang istri yang melakukan bunuh diri yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Serta juga bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang “hara kiri”, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh anggota militer demi membela negaranya.
d. Bunuh diri Fatalisme
Adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat untuk melanjutkan hidup.

 

4.      Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.Banyak agama memiliki narasi, simbol dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Praktek agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

 Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama harus berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.

 

Vikron Fahreza Tugas1 Dinamika Desa

Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan Pembangunan di Indonesia


A. Transformasi dan perubahan sosial masyarakat pedesaan.

     Pembangunan atau pengembangan pedesaan sangat di perlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia, yaitu sebesar kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di pedesaan. Pembangunan atau pengembangan pedesaan ('rural development), menurut Mosher (Mosher, 1969, h. 91), dapat mempunyai tujuan: 1. Pertumbuhan sektor pertanian, 2. Integrasi nasional, yaitu membawa seluruh penduduk suatu negeri kedalam pola utama kehidupan yang sesuai, 3. Keadilan ekonomi, yakni bagaimana pendapatan itu dibagi - bagi kepada seluruh penduduk.

Meidikartikasari_tugas1_teorisosiologiemildurkhem


NAMA : MEIDI KARTIKASARI
KELAS: KESSOS 2A
NIM     : 1113054100016
MATKUL: PENGANTAR SOSIOLOGI
A . TEORI SOSIOLOGI  EMIL DURKHEM
          Hubungan Durkhem dengan Pncerahan jauh lebih mendua ketimbang Comte. Durkhem dipandang sebagai pewaris tradisi Pencerahan karena penekanannya pada sains dan reformisme sosial. Akan tetapi, Durkhem juga dipandang sebagai pewaris tradisi konservatif , khususnya seperti tercermin dalam karya Comte. Bedanya, semenara Comte tetap berada diluar dunia akademi, yang kokoh untuk kemajuan karirnya. Durkhem melegitimasi sosiologi di Prancis dan karya akhirnya menjadi kekuatan dominan dalam perkembangan sosiologi pada umumnya, dan perkembangan sosiologi pada khususnya (R. Jones, 2000).

Rachmat Jazuli_Tugas 1_Teori Emil Durkheim

Teori-teori Emile Durkheim
1.      Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Erby Eko Y_Tugas 1_Teori Emil Durkheim

Teori Sosiologi Emile Durkheim

Teori sosiologi Emile Durkheim dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:Teori Solidaritas,Fakta Sosial,Teori Bunuh Diri dan Teori Tentang Agama. Dan yang pertama adalah:
1.Teori Solidaritas,menurut Emile Durkheim,solidaritas sosial adalah “kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”.

Ari Herlangga_Tugas1_Teori Emile Durkhein

NAMA : ARI HERLANGGA

NIM     : 1113054100027

KELAS : KESSOS 2A

TEORI EMILE DURKHEIM


A. Fakta Sosial


1.     Teori

Emile berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakan fakta social. Menurutnya, fakta social merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa yang mengendalikannnya. Durkheim berpendapat bahwa setiap ilmu harus memiliki subyek pembahasan yang berbeda unik yang membedakan dengan ilmu yang lainnya, namun harus dapat diteliti secara empiris.

Dalam fakta social memiliki 3 karakteristik yaitu:

  1. Gejala social bersifat eksternal terhadap individu
  2. Fakta social memaksa individu
  3. Fakta itu tersebar luas terhadap masyarakat atau bersifat umum

Durkheim menyajikan contoh-contoh dari fakta social itu. Salah satu diantaranya ialah pendidikan anak sejak bayi. Seorang anak diwajibkan makan, minum, tidur pada waktu tertentu, diwajibkan taat dan menjaga ketenangan serta kebersihan, diharuskan tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan. Di sini kita dapat menemukan unsur-unsur yang dikemukakan oleh Durkhei yaitu ada cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang bersumber pada suatu kekuatan diluar individu, bersifat memaksa dan mengndalikan individu, dan berada diluar kehendak pribadi individu. Seorang anak yang tidak menaati cara yang diajarkan padanya akan mengalami sanksi dari suatu kekuatan luar.

Contoh lain dari fakta social ialah hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta social tersebut mengendalikan dan memaksa individu, karena bila melanggarnya ia akan terkena sanksi. Fakta social inilah yang menurut Durkheim menjadi pokok perhatian sosiologi. Sehingga menurutnya, metode yang harus ditempuh untuk mempelajari fakta social misalnya, metode untuk meneliti suatu fakta- fakta social, untuk menjelaskan funsinya dan juga untuk menjelaskan factor penyebabnya. Contoh,dalam buku Sucide (1968) yaitu menjelaskan tentang penyebab terjadinya suatu fakta social yang konkret, angka bunuh diri.


2.      Kritik dan Relefansi dengan Masa Sekarang

Menurut pandangan saya, kritisasi dalam fakta social ini ialah diambil dari kutipannya, mereka mengalami daya-daya kekuatan yang memaksa, memerintahkan, dan mengontrol pikiran, kemauan, maupun prilaku individu. Ini tidak sepaham dengan saya mengapa?

Karena Durkheim tidak pernah menjelaskan bahwa mereka berpengaruh dan lepas sama sekali dari kesadaran manusia. Walaupun kita mengenal gejala “membeo” atau “membebek” atau memainkan peran, bukan berarti manusia menjadi seperti binatang yang tidak memiliki kemauan sendiri, yang selalu harus dipaksa. Dan menurut saya bahwa Durkheim hanya menitik beratkan pada masyarakat bukan terhadap individu.

Sehingga teorinya sesungguhnya dapat diterapkan untuk masa kini namun tidak sepenuhnya dapat diterapkan maksudnya ialah, bahwa kita tidak dapat hanya mementingkan dari satu sisi yaitu masyarakat namun juga mementingkan individu, sehingga terciptalah pemahaman yang seimbang.

Teori fakta sosial menurut saya merupakan teori yang mendekati sempurna. Karena jika kita kaji lebih dalam, memang  benar manusia itu bertindak sesuai dengan lingkungan yang dia tempati. Bukan hanya memikirkan dirinya dan egonya sendiri. Karena bagaimanapun juga, manusia hidup dengan orang lain. Sehingga dia harus bisa menyesuaikan dirinya. Misalnya saja ke kampus menggunakan baju yang sopan. Ini merupakan fakta sosial yang berada di luar individu dan individu melakukan itu sebagai tuntutan.

Menurut pandangan saya, fakta social ini dapat diterapkan di masa sekarang. Fakta sosial ada yang bersifat memaksa ada juga yang tidak. Yang bersifat memaksa seperti halnya norma sedangkan yang tidak memaksa contohnya adalah kebiasaan dan perasaan pribadi.


B. Solidaritas Sosial

1.      Teori

Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial adalah “kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”.

Solidaritas sosial menurutnya dibagi menjadi dua yaitu pertama, mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif (collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Sedangkan yang kedua adalah solidaritas organik adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas organik. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang mekanis, misalnya, para petani garam hidup dalam masyarakat yang swasembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang organik, para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif. Bahkan seringkali berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat represif. Pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu. Hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif. Ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.

Dalam masyarakat modern, masalah begitu kompleks. Ada banyak peran dan cara untuk hidup sehingga membuat munculnya individualistik. Menurut Durkheim, ini merupakan dampak dari modernisasi. Bukan hanya kecenderungan individualis saja. Namun dengan perubahan yang cepat dalam pembagian kerja membuat masyarakat bingung untuk menyesuaikan dirinya. Bahkan hal ini mengakibatkan norma-norma yang mengatur mereka banyak yang dilanggar. Masyarakat cenderung anti sosial atau sering disebut oleh Durkheim anomi. Anomi ini menyebabkan banyaknya terjadi penyimpangan. Pada saat itu yang sering terjadi adalah kasus bunuh diri. Di mana potensi individu untuk bunuh diri semakin besar karena kesolidaritasan atau kebersamaan itu sudah mulai runtuh. Banyak yang lebih memilih untuk anti sosial, egois, serakah dan lain sebagainya hanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Yang bisa saya tangkap dari uraian yang telah say abaca, bunuh diri ini sering terjadi pada individu yang sudah tidak memiliki tempat untuk dia berbagi keluh kesah. Misalnya individu yang memiliki keluarga dengan individu yang hanya tinggal sendiri di rumah, potensi bunuh dirinya lebih besar orang yang tinggal sendiri di rumah. Karena dia tidak memiliki tempat berbagi keluh kesah dan tekanan yang dia rasakan sehingga dia frustasi dan akhirnya bunuh diri.


2.      Kritik dan Relevansi dengan Masa Sekarang


Dalam satu tempat tidak mungkin berlaku dua jenis solidaritas. Solidaritas organic dan mekanik memiliki ciri masing-masing. Selain itu mereka juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Teori ini sebenarnya masih berlaku di kehidupan di masyarakat. Namun cenderung lebih condong ke solidaritas organic karena masyarakat sekarang sudah mulai menuju modern bahkan sudah modern dan ini membuat mau tidak mau spesialisasi itu terjadi dengan sendirinya. Karena masyarakat sekarang lebih suka yang instan sehingga kebanyakan lebih memilih untuk mengandalkan orang lain dalam hal yang bukan bidangnya. Selain itu, sikap individualistic mulai terlihat dengan pagar-pagar pembatas rumah yang menjulang tinggi. Selain itu, berkembangnya industrialisasi saat ini juga mempengaruhi lebih tepatnya solidaritas organic diterapkan. Jika kita melihat pedesaan sekarang, hanya sedikit desa yang tidak tersentuk oleh modernisasi dan globalisasi. Hanya sedikit desa yang masih menganut ciri-ciri solidaritas mekanik.

Jika kita mau melihat kejadian di sekitar kita, sekarang ini juga banyak terjadi bunuh diri. Akibat dari masalah ekonomi, putus dari pacara, orang tua yang selalu berantem, setres, dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya berporos pada satu titik yaitu anomi. Di mana norma-norma terutama norma agama dianggap sudah tidak berlaku lagi dalam kehidupan. Individu merasa tidak ada solidaritas dan kebersamaan. Dia cenderung merasa sendiri dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.


Teori Bunuh Diri Emile Durkheim


Emile Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang terkenal dengan teori bunuh dirinya. Dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial. Teori ini muncul karena Emile melihat didalam lingkungannya terdapat orang-orang yang melakukan bunuh diri. Yang kemudian menjadikan Emile tertarik untuk melakukan penelitian di berbagai negara mengenai hal ini. Peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubngkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan.

Terdapat empat alasan orang bunuh diri menurut Emile Durkheim, yaitu:

a. Karena alasan agama


Dalam penelitiannya, Durkheim mengungkapkan perbedaaan angka bunuh diri dalam penganut ajaran Katolik dan Protestan. Penganut agama Protestan cenderung lebih besar angka bunuh dirinya dibandingkan dengan penganut agama Katolik. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan kebebasan yang diberiakn oleh kedua agama tersebut kepada penganutnya. Penganut agama Protestan memperoleh kebebasan yang jauh lebih besar untuk mencari sendiri hakekat ajaran-ajaran kitab suci, sedangkan pada agama Katolik tafsir agama ditentukan oleh pemuka Gereja. Akibatnya kepercayaan bersama dari penganut Protestan berkurang sehingga menimbulkan keadaan dimana penganut agama Protestan tidak lagi menganut ajaran/tafsir yang sama. Integrasi yang rendah inilah yang menjadi penyebab laju bunuh diri dari penganut ajaran ini lebih besar daripada penganut ajaran agama Katolik.

b. Karena alasan keluarga

Semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk terus hidup. Kesatuan social yang semakin besar, semakin besar mengikat orang-orang kepada kegiatan social di antara anggota-anggota kesatuan tersebut. Kesatuan keluarga yang lebih besar biasanya lebih akan terintegrasi.

c. Karena alasan politik

Durkheim disini mengungkapkan perbedaan angka bunuh diri antara masyarakat militer dengan masyarakat sipil. Dalam keadaan damaiangka bunuh diri pada masyarakat militer cenderung lebih besar daipada masyarakat sipil. Dan sebaliknya, dalam situasi perang masyarakat militer angka bunuh dirinya rendah. Didalam situasi perang masyarakat militer lebih terintegrasi dengan baik dengan disipilin yang keras dibandingkan saat keadaan damai di dalam situasi ini golongan militer cenderung disiplinnya menurun sehingga integrasinya menjadi lemah.

Sedangkan jenis-jenis bunuh diri menurutnya yaitu:

a. Bunuh diri Egoistic

Adalah suatu tindak bunuh diri yang dilakukan seseorang karena merasa kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan melakukan bunuh diri.

b. Bunuh diri Anomic

Bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu dimana terjadi ketidakjelasan norma-norma yang mengatur cara berpikir, bertindak dan merasa para anggota masyarakat, gangguan itu mungkin membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya control terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak akan pernah puas terhadap kesenangan. Menurut Durkheim, suatu keadaan anomik dapat dilihat dari indikator ekonomi maupun domestik. Analisa statistik Durkheim memperlihatkan bahwa krisis ekonomi membuat orang kehilangan arah. Dalam keadaan seperti ini, ungkap Durkheim mereka harus beradaptasi dengan kondisi yang menimpa mereka, kondisi yang sangat menyiksa; mereka membayangkan penderitaan karena serba berkekurangan bahkan sebelum mereka mencoba kehidupan ini. Pertumbuhan kemakmuran yang mendadak dalam masyarakat juga memiliki dampak serupa terhadap peningkatan angka bunuh diri dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mendadak membuat tatanan moral runtuh, sementara tatanan moral yang baru belum berkembang untuk menggantikan tatanan moral sebelumnya. Misalnya seseorang karena diberhentikan dari pekerjaannya kemudian memutuskan untuk bunuh diri.

c. Bunuh diri Altruistic

Orang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya sebagai beban dalam masyarakat. Contohnya adalah seorang istri yang melakukan bunuh diri yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Serta juga bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang “hara kiri”, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh anggota militer demi membela negaranya.

d. Bunuh diri Fatalisme

Adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat untuk melanjutkan hidup, misalnya karena perbudakan.

TEORI SOSIOLOGI KLASIK EMILE DURKHEIM

 

1.      Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)


Dalam teori ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat mereka untuk saling tergantung satu sama lain. solidaritas menunjukan pada suatu hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

 

A.    Solidaritas Mekanik


Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif yang kuat dimana anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain dan bersift primitive atau pedesaan, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama. Konsensus terhadap nilai-nilai normative itu penting sehingga pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif.Dalam hal ini masyarakat yang menganut teori tersebut masih melibatkan komunitas untuk menghukum bagi mereka yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai yang dianut. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.Hukuman itu diberikan untuk tetap mempertahankan keutuhan kesadaran masyarakat.

 

B.     Solidaritas Organik


Dalam teori ini masyarakatnya cenderung bersifat industrial perkotaan atau masyrakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya,karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri atau cenderung individualitas. Masyarakat yang menganut teori solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif,ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.Badan-badan control yang akan menghukum bagi orang-orang yang menyimpang. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.

Dalam masyarakat modern, masalah begitu kompleks. Ada banyak peran dan cara untuk hidup sehingga membuat munculnya individualistik. Menurut Durkheim, ini merupakan dampak dari modernisasi. Bukan hanya kecenderungan individualis saja. Namun dengan perubahan yang cepat dalam pembagian kerja membuat masyarakat bingung untuk menyesuaikan dirinya. Bahkan hal ini mengakibatkan norma-norma yang mengatur mereka banyak yang dilanggar. Masyarakat cenderung anti sosial atau sering disebut oleh Durkheim anomi. Anomi ini menyebabkan banyaknya terjadi penyimpangan. Pada saat itu yang sering terjadi adalah kasus bunuh diri. Di mana potensi individu untuk bunuh diri semakin besar karena kesolidaritasan atau kebersamaan itu sudah mulai runtuh. Banyak yang lebih memilih untuk anti sosial, egois, serakah dan lain sebagainya hanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari teori ini teori solidaritas organic lah yang sangat mempengaruhi tingginya angka bunuh diri dalam integrasi sosial.Masalah yang begitu kompleks dan pembagian kerja yang yang begitu cepat berubah sehingga seringkali membingungkan seseorang untuk melakukan penyesuaian diri.Karena masalah yang begitu kompleks dan tak kunjung ada jalan keluarnya dan tak memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah maka seseorang biasanya memutuskan untuk bunuh diri dari akhir segalanya.

 

Daftar Pustaka

Buku

Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

K.J. Veeger. 1990. Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Paul Johnson, Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim

http://www.scribd.com/doc/36889160/Emile-Durkheim

Radenroro Aisyah Perwitasari_Tugas1_Teori Emile Durkheim

Radenroro Aisyah Perwitasari_Tugas1_Teori Emile Durkheim


Nama : Radenroro Aisyah Perwitasari

Nim    : 1113054100018

Kelas  : Kessos 2A


Teori Emile Durkheim

Emile Durkheim atau David Emile Durkheim ialah salah satu pencetus Sosiologi modern. Beliau lahir di France pada tanggal 15 April 1858. Sebelum beliau meninggal pada tahun 15 November 1917. Emile Durkheim mendirikan Fakultas Sosiologi pertama di seuah Universitas Eourdeaux Eropa. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Pada tahun 1893 ia menerbitkan buku “Pembagian kerja dalam masyarakat”. Pernyataan ini dasariyahnya tentang hakikat masyarakat manusia dalam perkembangannya. Pada manusia dan perkembangannya. Pada 1897 ia menerbitkan kembali buku berjudul “Bunuh Diri” sebuah stud kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

Pada perang dunia pertama mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan nya selalu patriotik dan bukan internasionalis. Ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekuler rasional. Sementara Durkheim mendukung negaranya dalam perang.

 

Teori dan gagasan

Durkheim sangat memperhatikan hal utam, ialah bagimana masyarakat dapat mempetahankan integritas dan kohersinya dimasa modern. Untuk mempelajarinya kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern. Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Sponcer, Durkheim adalah orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu posisi yang dikenal sebagai fungsionalisme.

Dalam bukunya “Pembagian kerja Masyarakat” Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat tradisional. Durkheim juga menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum. Seringkali bersifat represif. Pelaku yang menyimpang akan terkena hukuman. Sebaliknya dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat Restitutif yang bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal.

Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja yang semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial. Durkheim menamai keadaan ini ialah Anomie. Selain itu Durkheim juga sangat tertarik akan penndidikan, karena ia profesional dipekerjaan untuk melatih guru dan menggunakan kemampuannya untuk menciptakan kurikulim untuk mengembangkan tujuannya membuat Sosiologi seluas mungkin.

Durkheim juga berpendapat banyak pendidikan mempunyai banyak fungsi :

1.   Membuat solidaritas sosial.

2.   Mempertahankan peranan sosial.

3.   Mempertahankan pembagian kerja.

Teori Klasik (The Division of Labour Society)

Teori ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan orang-orang yang sama. Akan tetapi pembagian kerja yang mengikat mereka untuk saling tergantung satu sama lain.

 

Teori Fungsionalisme

Suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Teori ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim di pengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Sponcer. Disebut dengan Requiste Functinalism. Dimana ini menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana didalamnya terdapat bagian yang dibedakan. Bagian tersebut mempunyai masing-masing fungsi yang membuat sistem menjadi seimbang.


Cari Blog Ini