Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan  Pembangunan di Indonesia
A.  DINAMIKA DESA DAN KOTA
1.    Hubungan desa dan kota.
Pengertian Desa menurut  Sutardjo Kartodikusuma adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal  suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Sedangkan Kota menurut Wirth adalah  suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang  heterogen kedudukan sosialnya. Masyarakat desa dan masyarakat kota secara  sosiologis dapat ditelaah melalui konsep sistem sosial, sistem interaksi,  pertukaran sosial dan saling ketergantungan. Konsep masyarakat itu adalah sama  dengan saling ketergantungan antara sistem sosial, sistem interaksi dan sistem  pertukaran sosial.[3]
Desa dan kota bukanlah  dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan  yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat  ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung  pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti  beras, sayur-mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar  bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam  proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau  jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman.  Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang  pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota  terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota  menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti  bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak  tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga  menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yang dibutuhkan oleh  orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga  di bidang medis atau kesehatan, montir-montir, elektronika dan alat  transportasi serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya  peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.
Dalam kenyataannya hal  ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas.  Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal, luas  lahan pertanian sulit bertambah, terutama di daerah yang sudah lama berkembang  seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan melalui  intensifikasi budi daya di bidang ini. Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang  diperoleh melalui upaya intensifikasi ini, tidak sebanding dengan pertambahan  jumlah penduduk, sehingga pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan  hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya saja, tidak kelebihan yang  dapat dijual lagi. Dalam keadaan semacam ini, kota terpaksa memenuhi kebutuhan  pangannya dari daerah lain, bahkan kadang-kadang terpaksa mengimpor dari luar  negeri.
Peningkatan jumlah  penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya  berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata  pencaharian tetap. Mereka ini merupakan kelompok pengangguran, baik sebagai  pengangguran penuh maupun setengah pengangguran.
2.  Dinamika Desa
Pengertian
H. Landis mengemukan  desa dari aspek statistic, psikologi sosial, dan ekonomi. Dari statistic,  perdesan adalah tempat dengan penduduk kurang dari 2.500 orang. Psikologi  sosial, perdesaan adalah daerah di mana pergaulannya ditandai dengan derajat  intemasi/ keakrabannya yang sangat tinggi. Sedangkan kota adalah tempat di mana  hubungan sesame individu sangat impersonal/longer. Aspek ekonomi, perdesaan  adalah daerah di mana pusat perhatian/ kepentingan adalah pertanian dalam arti  yang luas.
Bintarto mendefinisikan  perdesaan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dengan  lingkungan. Hasil dari perpaduan berupa bentuk di muka bumi yang di timbulkan  oleh unsure fisiografi, sosial dan ekonomi, politik dan cultural yang saling  berinteraksi antarunsur serta dalam hubungan dengan daerah lain. Unsure desa  meliputi daerah, penduduk, dan tata kehidupan. Ketiganya dikatakan sebagai  living unit atau satu kesatuan hidup yang tidak dapat dilepaskan satu sama  lain.
Secara sosiologis,  pengertian desa memberikan penekanan pada kesatuan masyarakat pertanian dalam  suatu masyarakat yang jelas menurut susunan pemerintahannya. Kehidupan di desa  sering dinilai sebagai kehidupan yang tentram, damai, selaras, jauh dari  perubahan yang dapat menimbulkan konfik.
Perlu ditandaskan bahwa  tidak semua masyarakat desa dapat disebut masyarakat tradisional, sebab ada  sebagian desa yang sedang mengalami perubahan ke arah kemajuan dengan  meninggalkan kebiasaan lama. Sehingga lebih ditekankan pada masyarakat desa  yang begada di perdalaman dan kurang memahami perubahan/pengaruh dari kehidupan  kota
1.      Dinamika  dalam Masyarakat Pedesaan
Secara sosiologis,  mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi tata pergaulan dalam  masyarakat, termasuk di dalamnya tekanan hidup. Masyarakat tradisional yang  tinggal di desa pada umumnya masih lugu, polos, jujur, lemah dan pamrih,  semangat solidaritas tinggi dan murni. Adapun factor yang mempengaruhi  mentalitas tersebut adalah sbb.
1)  Tekanan  hidup terasa lebih ringan.
2)  Masih  memiliki waktu yang cukup dan seimbang antara rohaniah dengan keduniawian.
3)  Letaknya  di perdalaman berakibat belum banyak dicemari pengaruh media masa.
4)  Kehidupan  paguyuban menjadikan warga saling mengenal dan akrab.
Masyarakat perdesaan  atau rural community merupakan masyarakat yang pada umumnya memiliki mata  pencaharian bertani, berkebun, berladang. System kehidupan biasanya berkelompok  atas dasar kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara  anggotanya.
Cara bertani masih dilakukan dengan tradisional dan tidak efisien karena  belum dikenal mekanisasi dalam pertanian. Kegiatan bertani hanya untuk memenuhi  kebutuhan hidup keluarga atau masyarakatnya sendiri, bukan untuk dijual.
Ditinjau dari aspek  kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara informal.  Seorang pimpinan memiliki beberapa kedudukan dan peranan yang sulit dipisahkan,  sehingga segala sesuatu dipusatkan pada seorang kepala desa.
Perubahan pada  masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker masyarakat (terutama  generasi tua) masih didasarkan pada tradisi. Disamping itu juga kurang  meratanya proses pembangunan dan informasi sehingga menimbulkan kondisi ang  kontras antara masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan.
Dengan berkembangnya  iptek, informasi melalui media masa mulai masuk ke masyarakat perdesaan. Hal  ini berakibat perubahan karakter/watak, bahkan menghilangkan karakter  masyarakat perdesaan. Meskipun pengaruh media masa tidak selalu negatif.
Di Indonesia, desa memiliki peran penting, mengingat mayoritas penduduk 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar