Sabtu, 03 Mei 2014

Elita Noveliyanti_Tugas 5 Perbaikan_Hasil Penelitian&Tor 2

TEMA: Kehidupan Masyarakat miskin (pengemis) didaerah komplek perumahan bintaro sektor 5
I.Latar Belakang
            Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Seharusnya pengemis di bantu oleh pemerintah dengan memeberikan mereka pelatihan-pelatihan agar mereka memepunyai keahlian,setelah mereka mempunya keahlian pemerintah seharusnya memberikan modal agar kemampuan yang mereka punya dapat berguna dan bermanfaat untuk hidup mereka yakni membantu keadaan ekonomi mereka sendiri.
            Alasan seseorang atau kelompok menjadi pengemis kebanyakan yaitu: pertama, karena secara lahir mereka cacat dan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja, pun tak ada yang menangung biaya hidupnya. Mereka memperlihatkan kecacatannya untuk mengundang belas kasih orang lain. Kedua, karena tidak mampu untuk membayar biaya sekolah. Ketiga, karena terpaksa. Entah terpaksa oleh keadaan atau dikoordinir oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung  jawab.
            Anggapan masyarakat terhadap pengemis yaitu orang malas yang tidak mau bekerja untuk dirinya sendiri maunya hanya meminta-minta saja padahal masih banyak yang bisa di lakukan mereka tidak dengan mengemis seperti menjadi pembantu rumah tangga,tukang kebun atau lainnnya.
II. Pertanyaan Penelitian
-          Bagaimana seluk beluk pengemis di komplek perumahan jln.puter bintaro sektor 5?
-          Bagaimana keadaan kehidupan pengemis di daerah ini?
III. Metode
            Metode yang di gunakan adalah metode kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung.
IV. Teori
            Teori yang di gunakan adalah teori emile durkheim karena subjek yang di teliti adalah kelompok pengemis dan metode yang di gunakan yaitu observasi serta output yang di hasilkan berbentuk narasi.
Pertanyaan Lapangan
-          Apa yang menyebabkan ibu mengemis?
-          Bagaimana keadaan ekonomi ibu dari mengemis?
-          Apakah ada tempat lain selain di sini untuk ibu mengemis?
-          Mengapa ibu memilih mengemis di komplek perumahan di banding di jalan raya?
Jawaban pertanyaan
-          Saya mengemis untuk membantu suami saya memenuhi kebutuhan hidup sehari hari
-          Keadaan ekonomi saya tetap saja miskin karena kebutuhan lebih banyak dari pada pendapatan yang saya dapat,anak anak saya masih sekolah dan masih membutuhkan banyak biaya
-          Tidak,Cuma kadang saya mengemis di macam-macam blog yang ada di komplek ini secara bergantian jadi tidak menetap di satu blog saja,biasnya setiap hari saya berpindah-pindah di blog lain
-          Karena mengemis di komplek perumahan tidak terlalu banyak pengemisnya sehingga peluang saya mendapatkan uang lebih banyak di sini dan biasanya orang yang ada di sekitar komplek ini tidak hanya memberi uang tetapi juga memberi makanan,pakaian atau barang yg sudah tidak terpakai mereka lagi.
Kesimpulan  
             Asal mula pengemis mengemis di komplek perumahan ini awalnya hanya satu dua orang saja lalu kemudia saya di ajak teman saya untuk mengemis di sana karenapendapatanya lebih banyak dan karena di sana masih sepi tidak terlalu banyak yang mengemis. Dari hasil observasi di atas dapat di simpulkan pengemis yang mengemis di daerah komplek masih terbilang sedikit dan belum terlalu banyak alasan mereka mengemis di daerah komplek perumahan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan mendapatkan barang-barang yang masih layak pakai dari orang-orang yang ada di komplek perumahan tersebut. biasanya mereka mengemis membawa cucu atau anaknya karna kebanyakan pengemis yang berada di sini terdiri dari wanita yang sudut tua dan anak anak yang masih kecil. Untuk itu mulai dari sekarang sebaiknya kita dan pemerintah bekerja sama untuk menanggulangi masalah pengemis ini agar mereka tidak mengemis lagi. Terutama harus di ubah pola pikir mereka agar tidak mengemis lagi dan tidak di budayakan mengemis kepada keluarganya.
 
Profil Narasumber :
Kegiatan ini dilakukan di komplek perumahan daerah bintaro jaya sektor 5
·         Nama                      : Sutinah
·         Umur                       : 52 Tahun
·         Daerah Asal            : Sukabumi
·         Status                      : Pengemis di daerah komplek perumahan bintaro sektor 5
    Waktu                     : di lakukan pada hari sabtu 26 april 2014
 
TEMA 2: kehidupan masyarakat miskin (tukang becak) di daerah perumahan bintaro sektor 5
 
I.Latar Belakang
                  Pada zaman sekarang tukang becak sudah jarang bisa di temui karena perkembangan zaman yang semakin maju,zaman sekarang banyak terdapat tukang ojek. tetapi masih ada beberapa daerah yang terdapat tukang becak seperti di daerah ciputat dan di komplek perumahan bintaro sektor 5.
                  Alasan seseorang tetap menjadi tukang becak biasanya yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ketidak adaan modal yang mereka punya sehingga mereka tidak bisa bekerja lain selain pekerjaan ini karna juga pendidikan yang rendah.tetapi pekerjaan ini lebih baik di banding mereka harus mengemis.

II.Pertanyaan Penelitian
-          Bagaimana keadaan kehidupan tukang becak di daerah ini?
 
III. Metode
            Metode yang di gunakan adalah metode kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung.

Nama        :Elita Noveliyanti
Nim           :1113054100002
kelas          :Kessos 2A
 

Lisda Nur Asiah_Tugas 5 (Revisi)_ TOR dan Hasil Penelitian

Tema : Komunitas Anak Punk dan Pengaruhnya Bagi Para Penumpang Kendaraan Umum
 
        I.            Latar Belakang
Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia. Sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan dari masing-masing individu, maka muncul kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok social itu diantaranya terbentuk dari beberapa anak muda yang mempunyai tujuan serta mempunyai sebuah tujuan dan ideologi yang sama.
 
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Ø  Mengapa Penelitian itu penting ?
Adapun beberapa alasan mengapa saya mengangkat tema penelitian ini yakni memecahkan rasa ingin tahu masalah yang dihadapi, Menambah wawasan tentang pengertian dan gaya hidup anak punk, Mengenal lebih dekat komunitas "Punk", dan tujuan lain.
 
Ø  Asumsi
Semua pihak untuk merangkul generasi muda agar kriminalitas dan pergaulan yang salah tidak akan terjadi. Dan bangsa ini menjadi bangsa yang tentram dan aman. Sehingga anak mudanyapun berubah menjadi positive dan berprestasi.
      II.            Teori Sosiologi
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah "Teori Emile Durkheim", karena subjek yang diteliti ialah komunitas anak punk dan para penumpang angkot. Serta metode yang ditinjau ialah observasi dan out put yang dihasilkan adalah narasi atau sebuah penjelasan dari penemuan-penemuan observasi yang telah dilakukan.
 
    III.            Pertanyaan penelitian
 
1)      Dampak apa saja yang terjadi terhadap generasi muda Indonesia dengan adanya komunitas Punk?
2)      Bagaimana seharusnya sikap para penumpang angkot dengan adanya pengamen anak punk ini ?
 
    IV.            Metode
Metode yang saya gunakan adalah "Metode Kualitatif" yaitu metode yang mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara.
      V.            Area

Penelitian dilaksanakan di Mayestik, Blok M, Jakarta Selatan . penilitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa anak punk danpenumpang angkutan umum . Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19 April 2014 .

    VI.            Pertanyaan lapangan
·         Komunitas Punk Mayestik
1.       Sudah berapa lamakah komunitas punk mayestik ini ada ?
2.       Apa saja pengalamannya ?
3.       Menurut kalian punk itu apasih ?
4.       Seberapa besar jiwa solidaritas kalian ?
5.       Bagaimana kehidupan sehari-harinya ?
 
·         Penumpang angkutan umum
1.       Bagaimana pendapat ibu tentang pengamen berapakaian punk ?
2.       Apa saran ibu untuk orangtua agar anaknya tidak mengikuti aliran dengan komunitas punk ini ?

Hasil Laporan Penelitian

Pada awal mulanya terbentuk komunitas punk mayestik ini sudah lama dan dari berbagai macam asalnya, ada yang dari Pandeglang, Bogor, Jakarta, dan lain-lain. Banyak pengalaman yang sudah mereka jelajahi seperti adanya omongan yang kurang enak, menurut mereka "salah banget orang-orang ngelihat kita kayak sampah masyarakat. Mereka yang mikir begitu, sebenarnya nggak tau apa-apa tentang kita," kata Dani salah satu anak punk Jakarta selatan.
Menurut Dani, penampilan punk yang rusuh bukan berarti kelakuan mereka juga jelek. Apalagi penampilan kayak gitu udah menjadi ciri khas punk. Mungkin kelihatan rusuh, dekil, kayak orang aneh, tapi kita nggak pernah ngelakuin tidak criminal kayak maling. "Kalo ada anak punk yang malak, dia nggak ngerti arti punk sebenarnya. Mungkin cuma dandanan luar doang yang punk, dalemnya nggak tau apa-apa." Punk bukan jagoan, Punk bukan penjahat, Punk bukan criminal, Punk bukan trendy, Punk adalah seni, Punk adalah budaya, Punk adalah budaya pembebasan diri dari belenggu yang mengikat individu yang ingin bebas dan merdeka, Punk adalah gaya hidup dan lain sebagainya.
Tapi tidak bisa dipungkiri, penampilan punk yang sering kelihatan rusuh nggak terlepas dari sejarah kelahiran punk itu sendiri. Tapi, kalo lantas dianggap kriminal, ya salah. Punk malah punya jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi, terutama buat kelompoknya.
Menurut Dani, punk lahir di jalanan, dari orang-orang yang tertindas kayak gembel, buruh dan gelandangan. Selain itu faktor yang menyebabkan komunitas anak punk ini ada ialah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman pergaulan, dan lingkungan dunia luar.
Setiap harinya mereka mengamen dari satu angkotan umum ke angkotan umum lain, banyak yang sudah berpikiran negative ketika ia memasuki angkotan umum untuk mengamen. Padahal niat mereka mencari nafkah untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.
Menurut ibu aminah salah satu penumpang angkot berpendapat bahwa pengamen dengan cara berpakaian seperti ini(punk) membuat ketakutan para penumpang angkot, terkadang sebelum mereka bernyanyi sudah ada yang mengasih uang kepadanya. Pakaian yang membuat mereka resah dengan adanya pengamen seperti ini.
Saran beliau supaya Masalah gaya hidup negatif pada anak punk tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara seperti menjauhkan anak dari lingkungan teman-teman sepermainan yang berperilaku menyimpang. Disini peran keluarga sangat dibutuhkan untuk bisa menyadarkan anak agar tidak kembali lagi menjadi anak punk. Selain itu memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para anak punk juga dapat menjadi salah satu alternative pemecahan masalah.

Profil Nara sumber :
Nama                            : Hamdani
Profesi                          : Pengamen punk
Usia                               : 20tahun
 
Nama                            : Ibu Aminah
Profesi                          : Guru
Usia                               : 37tahun
 
Lisda Nur Asiah
1113054100039
Kesejahteraan Sosial 2A

Isra Wahyuni_Tugas 5 (revisi)_Laporan penelitian

Antusiasme Para Pemilih Pemula Pada Pemilu Calon Legislatif  2014

  

I.                  Latar Belakang

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden dan wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan kegiatan lain-lain.

Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya, yang berkesempatan menentukan wajah baru Indonesia dalam pemilu 2014. Antusiasme para pemilih pemula begitu terasa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka akan menjalankan hak politiknya. Jumlah pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih pemula pada Pemilu 2014 mencapai 11 persen dari total 186 juta jiwa pemilih. Jumlah ini meningkat dibandingkan dua pemilu sebelumnya. Dengan jumlah pemilih muda yang relatif besar membuat mereka sering menjadi rebutan partai politik maupun para politisi untuk mendongkrak perolehan suara.

           
            Para pemilih pemula biasanya antusias untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) karena untuk pertama kali menggunakan hak pilih mereka. Jiwa muda dan coba-coba masih mewarnai alur berpikir para pemilih pemula, sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajang partisipasi dengan memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang mereka sukai. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahwa kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokial semata. Mereka masih membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan dapat berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyukseskan demokratisasi.

 

A.        Mengapa penting untuk diteliti

Penelitian ini menjadi penting karena melihat peningkatan jumlah pemilih dikalangan para pemilih muda ini yang banyak diangkat menjadi topik dalam berita pemilu, jadi bagaimana pendapat para pemilih pemula ini mengenai hak suara mereka yang juga dapat menentukan kemenangan sutu partai politik.

 

B.        Asumsi

Pentingnya kesadaran para pemuda sebagai calon penerus bangsa agar melek politik, dan agar dapat kritis menilai dan memilih setiap calon pemimpin bangsa. Dengan jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan calon yang terkuatlah yang akhirnya akan terpilih.

 

    II.            Teori Sosiologi

Dalam penelitian ini, teori sosiologi yang mendukung riset lapangan adalah teori Emile Durkheim serta metode yang digunakan adalah wawancara dan hasil dari penelitian berupa narasi.


 III.            Pertanyaan Penelitian

            1. Bagaimana anggapan para pemilih pemula terhadap hak suara perdananya yang mereka gunakan?

            2. Seberapa besar antusiasme para pemilih pemula dalam memberikan hak suaranya? 


 IV.            Metode Lapangan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena penelitian ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak dapat diukur dengan angka ataupun ukuran matematis lainnya. Yakni penelitian dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data hasil wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan.


  V.            Area Riset

 Lokasi penelitian dilaksanakan di kampus Universitas Islam Negeri Jakarta, SMKN 13, dan SMAN 95 . Untuk memperoleh data yaitu dengan mewawancarai beberapa mahasiswa UIN Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan  2 siswa dari masing masing sekolah tersebut.


 VI.            Pertanyaan Lapangan

            1. Sebagai pemilih pemula, seberapa besar partisipasi Anda dalam pemilihan umum, khususnya pada pemilu calon legislatif?

            2.  Faktor apa yang menyebabkan Anda, harus andil dalam menggunakan hak suara  Anda dalam pemilu?

            3. Apakah Anda mengenal atau mencari tahu sebelumnya visi misi para calon legislatif yang Anda pilih?


VII.            Hasil Laporan Penelitian

            Dari hasil wawancara didapat jawaban yang cukup antusias dari para pemilih pemula ini, mereka memberikan hak suaranya pada pemilihan calon legislatif  lalu pada 9 April 2014. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam pemilu caleg yang lalu menganggap penting hak suaranya dalam pemilu. Mereka tentunya sangat antusias karena itu pengalaman pertama dalam berdemokrasi secara langsung, mereka mengatakan suara para pemilih pemula ini  dapat menetukan kemajuan Indonesia untuk kedepannya, tentunya dengan tidak asal pilih harus disertai dengan pengenalan para calon anggota legislatif tersebut dan visi misi mereka serta pembekalan edukasi tentang pentingnya pemilu.

            Antusiasme para pemilih pemula ini juga digambarkan melalui pilihan partai politik dan pilihan calon anggota legislatif. Tiga dari empat responden ini mengungkapkan sudah memiliki pilihan partai politik masing-masing dan para pemilih pemula pun sudah mencermati calon anggota legislatif yang akan berlaga memperebutkan kursi legislatif. Sudah mantapnya pilihan partai politik mendorong pemilih pemula untuk datang ke tempat pemungutan suara.  Antusiasme pemilih pemula ini juga dipengaruhi keyakinan bahwa pemilu dapat mengatasi persoalan-persoalan kronis bangsa.

Tentunya para pemilih pemula ini adalah yang berpendidikan baik, mengenal teknologi maju dan memperoleh banyak akses informasi, baik pengaruh dari televisi maupun media sosial, sehingga mereka paham perkembangan politik di Indonesia terkini, serta mengambil keputusan dengan rasional, mereka inilah yang melek politik dan teknologi.

Kesimpulan:

            Semua berharap agar Pemilu 2014 berjalan lancar dan aman serta mampu terpilih calon anggota DPR dan  DPRD begitupun dalam pemilihan presiden selanjutnya, semoga terpilih yang mampu mensejahterakan rakyat Indonesia. Dalam rangka untuk membangkitkan generasi muda Indonesia yang berpartisipasi dalam Pemilu 2014, kita tidak pernah membayangkan kalau seandainya para pemilih muda yang jumlahnya mencapai 14 juta tersebut tidak menggunakan hak pilih, tetapi kita bisa membayangkan lagi kalau generasi muda yang sekarang masuk kategori pemilih pemula sampai tidak ada yang tertarik untuk memasuki bidang politik maka itu adalah lonceng kematian Republik Indonesia.

            Keberadaan generasi muda yang mulai memasuki usia produktif secara politik amatlah penting dalam pembangunan bangsa, sehingga kesadaran dan kepedulian mereka terhadap perkembangan politik harus dibina sejak dini. Untuk meningkatkan partisipasi dalam pemilu dan menjadi pemuda Indonesia pemilih yang bertanggung jawab, kita  harus mulai dengan mencari informasi sedini mungkin. Sekarang sudah tidak ada alasan lagi, karena banyak sekali informasi yang tersedia online. Jangan sampai anak muda membiarkan orang lain menentukan pilihan kita, karena nantinya kita sendiri yang merasa dirugikan dan menyesal di kemudian hari kalau kandidat yang terpilih tidak sesuai dengan harapan.

Pastikan orang/partai yang dipilih memang sudah sejalan dengan apa yang kita inginkan, memperjuangkan isu-isu yang dekat dengan si pemilih itu masing-masing dan memiliki latar belakang serta pengalaman yang memadai untuk posisi yang akan mereka jabat nanti.

Jangan sampai anak muda memilih orang/partai tanpa mengetahui informasi dengan jelas, hanya berdasarkan kenal dari iklan dan baliho yang pernah dilihat. Anak muda harus benar-benar tahu apakah para kandidat ini kompeten atau tidak. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk memastikan hanya orang-orang terbaik lah yang akan menjadi wakil mereka selama 5 tahun ke depan nanti.

 

Profil Narasumber:

Nama               : Bagus saputra

Pekerjaan         : Pelajar

Umur               : 17 thn.

 

Nama               : Nispah

Pekerjaan         : Pelajar

Umur               : 18 thn.

 

Nama               : Lisda Nur Asiah

Pekerjaan         : Mahasiswi

Umur               : 18 thn.


Nama              : Dinara Oktaviana

Pekerjaan         : Mahasiswi

Umur               :19 thn.

 

Nama               :Sarah Amalia. K

Pekerjaan         : Mahasisiwi

Umur               : 19 thn.

 

Cari Blog Ini