Antusiasme Para Pemilih Pemula Pada Pemilu Calon Legislatif 2014
I. Latar Belakang
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden dan wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan kegiatan lain-lain.
Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya, yang berkesempatan menentukan wajah baru Indonesia dalam pemilu 2014. Antusiasme para pemilih pemula begitu terasa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka akan menjalankan hak politiknya. Jumlah pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih pemula pada Pemilu 2014 mencapai 11 persen dari total 186 juta jiwa pemilih. Jumlah ini meningkat dibandingkan dua pemilu sebelumnya. Dengan jumlah pemilih muda yang relatif besar membuat mereka sering menjadi rebutan partai politik maupun para politisi untuk mendongkrak perolehan suara.
Para pemilih pemula biasanya antusias untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) karena untuk pertama kali menggunakan hak pilih mereka. Jiwa muda dan coba-coba masih mewarnai alur berpikir para pemilih pemula, sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajang partisipasi dengan memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang mereka sukai. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahwa kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokial semata. Mereka masih membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan dapat berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyukseskan demokratisasi.
A. Mengapa penting untuk diteliti
Penelitian ini menjadi penting karena melihat peningkatan jumlah pemilih dikalangan para pemilih muda ini yang banyak diangkat menjadi topik dalam berita pemilu, jadi bagaimana pendapat para pemilih pemula ini mengenai hak suara mereka yang juga dapat menentukan kemenangan sutu partai politik.
B. Asumsi
Pentingnya kesadaran para pemuda sebagai calon penerus bangsa agar melek politik, dan agar dapat kritis menilai dan memilih setiap calon pemimpin bangsa. Dengan jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan calon yang terkuatlah yang akhirnya akan terpilih.
II. Teori Sosiologi
Dalam penelitian ini, teori sosiologi yang mendukung riset lapangan adalah teori Emile Durkheim serta metode yang digunakan adalah wawancara dan hasil dari penelitian berupa narasi.
III. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana anggapan para pemilih pemula terhadap hak suara perdananya yang mereka gunakan?
2. Seberapa besar antusiasme para pemilih pemula dalam memberikan hak suaranya?
IV. Metode Lapangan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena penelitian ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak dapat diukur dengan angka ataupun ukuran matematis lainnya. Yakni penelitian dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data hasil wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Lokasi penelitian dilaksanakan di kampus Universitas Islam Negeri Jakarta, SMKN 13, dan SMAN 95 . Untuk memperoleh data yaitu dengan mewawancarai beberapa mahasiswa UIN Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan 2 siswa dari masing masing sekolah tersebut.
VI. Pertanyaan Lapangan
1. Sebagai pemilih pemula, seberapa besar partisipasi Anda dalam pemilihan umum, khususnya pada pemilu calon legislatif?
2. Faktor apa yang menyebabkan Anda, harus andil dalam menggunakan hak suara Anda dalam pemilu?
3. Apakah Anda mengenal atau mencari tahu sebelumnya visi misi para calon legislatif yang Anda pilih?
VII. Hasil Laporan Penelitian
Dari hasil wawancara didapat jawaban yang cukup antusias dari para pemilih pemula ini, mereka memberikan hak suaranya pada pemilihan calon legislatif lalu pada 9 April 2014. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam pemilu caleg yang lalu menganggap penting hak suaranya dalam pemilu. Mereka tentunya sangat antusias karena itu pengalaman pertama dalam berdemokrasi secara langsung, mereka mengatakan suara para pemilih pemula ini dapat menetukan kemajuan Indonesia untuk kedepannya, tentunya dengan tidak asal pilih harus disertai dengan pengenalan para calon anggota legislatif tersebut dan visi misi mereka serta pembekalan edukasi tentang pentingnya pemilu.
Antusiasme para pemilih pemula ini juga digambarkan melalui pilihan partai politik dan pilihan calon anggota legislatif. Tiga dari empat responden ini mengungkapkan sudah memiliki pilihan partai politik masing-masing dan para pemilih pemula pun sudah mencermati calon anggota legislatif yang akan berlaga memperebutkan kursi legislatif. Sudah mantapnya pilihan partai politik mendorong pemilih pemula untuk datang ke tempat pemungutan suara. Antusiasme pemilih pemula ini juga dipengaruhi keyakinan bahwa pemilu dapat mengatasi persoalan-persoalan kronis bangsa.
Tentunya para pemilih pemula ini adalah yang berpendidikan baik, mengenal teknologi maju dan memperoleh banyak akses informasi, baik pengaruh dari televisi maupun media sosial, sehingga mereka paham perkembangan politik di Indonesia terkini, serta mengambil keputusan dengan rasional, mereka inilah yang melek politik dan teknologi.
Kesimpulan:
Semua berharap agar Pemilu 2014 berjalan lancar dan aman serta mampu terpilih calon anggota DPR dan DPRD begitupun dalam pemilihan presiden selanjutnya, semoga terpilih yang mampu mensejahterakan rakyat Indonesia. Dalam rangka untuk membangkitkan generasi muda Indonesia yang berpartisipasi dalam Pemilu 2014, kita tidak pernah membayangkan kalau seandainya para pemilih muda yang jumlahnya mencapai 14 juta tersebut tidak menggunakan hak pilih, tetapi kita bisa membayangkan lagi kalau generasi muda yang sekarang masuk kategori pemilih pemula sampai tidak ada yang tertarik untuk memasuki bidang politik maka itu adalah lonceng kematian Republik Indonesia.
Keberadaan generasi muda yang mulai memasuki usia produktif secara politik amatlah penting dalam pembangunan bangsa, sehingga kesadaran dan kepedulian mereka terhadap perkembangan politik harus dibina sejak dini. Untuk meningkatkan partisipasi dalam pemilu dan menjadi pemuda Indonesia pemilih yang bertanggung jawab, kita harus mulai dengan mencari informasi sedini mungkin. Sekarang sudah tidak ada alasan lagi, karena banyak sekali informasi yang tersedia online. Jangan sampai anak muda membiarkan orang lain menentukan pilihan kita, karena nantinya kita sendiri yang merasa dirugikan dan menyesal di kemudian hari kalau kandidat yang terpilih tidak sesuai dengan harapan.
Pastikan orang/partai yang dipilih memang sudah sejalan dengan apa yang kita inginkan, memperjuangkan isu-isu yang dekat dengan si pemilih itu masing-masing dan memiliki latar belakang serta pengalaman yang memadai untuk posisi yang akan mereka jabat nanti.
Jangan sampai anak muda memilih orang/partai tanpa mengetahui informasi dengan jelas, hanya berdasarkan kenal dari iklan dan baliho yang pernah dilihat. Anak muda harus benar-benar tahu apakah para kandidat ini kompeten atau tidak. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk memastikan hanya orang-orang terbaik lah yang akan menjadi wakil mereka selama 5 tahun ke depan nanti.
Profil Narasumber:
Nama : Bagus saputra
Pekerjaan : Pelajar
Umur : 17 thn.
Nama : Nispah
Pekerjaan : Pelajar
Umur : 18 thn.
Nama : Lisda Nur Asiah
Pekerjaan : Mahasiswi
Umur : 18 thn.
Nama : Dinara Oktaviana
Pekerjaan : Mahasiswi
Umur :19 thn.
Nama :Sarah Amalia. K
Pekerjaan : Mahasisiwi
Umur : 19 thn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar