Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Minggu, 16 Maret 2014
abidin_Tugas2_Memerankan Reforma Agraria Untuk Desa 2030: Strategi Untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan
zaenal_dinamika_ekologi_desa_pmi2
Rafi Fajrin Azhari_Tugas 2_Memerankan Reforma Agraria Untuk Desa 2030: Strategi Untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan
indah choirunnissa_tugas2_Teori Max Weber
kartika al ashzim_tugas2_teori max weber
EDI FIRDIANSYAH_TUGAS2_MAX WEBER
Nurul Andani_PMI 2_Tugas 2
Rizkianingsih_Tugas2_Max Weber
Rizkianingsih
1113054100022
Kessos 2A
Max Weber dilahirkan di Erfurt 1864. Max Weber mengecap berbagai pendidikan. Seperti sejarah, hukum, filosofi, ekonomi dan teologi. Ia meraih gelar doktor dalam studi organisasi dagang pada abad pertengahan. Ia diangkat menjadi guru besar dalam studi sejarah agraria Romawi di Berlin serta menjadi guru besar ekonomi di Freiburg 1894 dan 1896 di Heidelberg. Dipandang tidak kalah pentingnya dengan Emile Durkheim, dan tentunya melebihi kontribusi Karl Marx.
Pemikiran teoritis dan metodologis Weber. Tipe ideal adalah jalan melingkar yang ditempuh untuk suatu penjelasan. Tipe ideal adalah piranti untuk analisis dan kegunaannya hanya dapat dinilai dengan mengembalikannya kepada atau mengaitkannya kembali dengan masalah konkret. Perkembangan kapitalisme Weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme, yaitu doktrin dengan takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa Tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu, doktrin ini menegaskan bahwa tidak seorang pun yang dapat mengetahui apakah dia termasuk salah seorang yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami "panik terhadap keselamatan". Cara untuk menenangkan kepanikan ini yaitu orang harus berpikir bahwa seorang tidak akan berhasil tanpa diberkati Tuhan. Oleh karena itu, keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi dan politik, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, menjauhi kehidupan bersenang-senang, yang didorong oleh ajaran keagamaan.
Tipologi tindakan sosial, kewenangan dan birokrasi. Empat tipe dari tindakan sosial, yaitu:
- Tindakan rasional instrumental, suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitannya dengan tujuan suatu tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada.
- Tindakan rasional nilai, suatu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar adalah alat mencapai tujuan.
- Tindakan afektif, suatu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.
- Tindakan tradisional, suatu tindakan karena kebiasaan atau tradisi, tindakan ini dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan.
Rachmat jazuli_Tugas2_Teori Max Weber
Ridwan Efendi_Tugas2_Max Weber
Mughni Labib_1113054000003_PMI 2_Tugas 2
Isra Wahyuni_Tugas2_Max Weber
NAMA : AHMAD ALI NIDAULHAQ NIM : 1113054000027 JURUSAN : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM MATA KULIAH : SOSIOLOGI PEDESAAN PENATAAN RUANG DAN PENGUATAN INFRASTRUKTUR DESA DALAM MENDUKUNG KONSEP AGROPOLITAN Di Negara-negara yang relatif matang keberimbangan pembangunan antar wilayah, perencanaan kawasan perdesaan ( rural planning) sudah menjadi keharusan dan kebutuhan. Perdesaan dan desa merupakan kawasan yang untuk direncanakan perkembangannya. Sangatlah ironis, berbagai kawasan perdesaan yang mengalami pertumbuhan penduduk dan dicirikan oleh penyakit kota, padahal space ( ruang) perdesaan relatif lebih luas. Namun karena tidak direcanakan ( seperti jaringan jalan dan sistem infrasrtuktur dasarnya, sanitasi yang tidak berencana dengan baik, dan lain-lain). Kesejahteraan dan martabat masyarakat harus dapat dicapai tanpa harus mengubah cirri-ciri permanen perdesaan. Berdasarkan pengalaman empirik situasi perdesaan diberbagai Negara industri maju, kawasan perdesaan tetap memiliki berbagai
Vita Renita_Tugas 2_Teori Max Weber
Vikron Fahreza_Tugas sosiologi pedesaan ke 2_Pengembangan Bio Energi di Desa
aan sujana,ke 2 Pengelolaan Kapasitas Masyarakat Dalam Akses Dan Kontrol Terhadap Sumberdaya Alam .
Ichsan Kurnia_Tugas2_Teori Max Weber
FittaFauziah_Tugas2_MaxWeber
Kessos 2A
Teori Sosiologi Max Weber
Buah karya Max Weber dari sekian banyak yang termashur antara lain :
Wirtschaft und Gessellschaft ; Gesammelte Aufsatze zur
Wissenschaftlehre. Sementara karyanya dari sosiologi agama adalah
Gessamelter Aufsatze zur Relegionssoziologie yang terbit dalam 3 jilid
dan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Ephraim Fischoff dengan
judul Sociology of Relegion yang sangat terkenal di abad ke-20. Nama
Weber begitu berpengaruh dalam sejarah perkembangan sosiologi dengan
sumbangan-sumbangan teori sosiologinya yang banyak mendapat
tanggapan,dia jugamengajukan suatu metode sosiologi yang dikenal
dengan nama Verstehende.
Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha
tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan
sebab-sebab tindakan tersebut.Yang menjadi inti dari sosiologi Weber
bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun
nilai yang obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang
nyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan-alasan
subyektif. Adanya kemungkinan untuk memahami tindakan orang seorang
inilah yang membedakan sosioligi dari ilmu pengetahuan alam, yang
menerangkan peristiwa-peristiwa tetapi tidak pernah dapat memahami
perbuatan obyek-obyek. Pokok penyelidikan Weber adalah tindakan orang
seorang dan alasan-alasannya yang bersifat subyektif, dan itulah
disebutnya dengan Verstehende Sociologie. Dengan kata lain Verstehende
adalah suatu metode pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang
mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis. Pendekatan ini
bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan
makna yang di buat oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.
Tindakan Sosial
Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu
ada yang disebut dengan :
1. Zweck rational
Yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri kepada
pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi
lingkungan eksternalnya. Dengan kata lain yaitu suatu tindakan sosial
yang ditujukan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan
menggunakan dana serta daya seminimal mungkin.
2. Wert rational
Yaitu tindakan sosial yang rasional, namun yang menyandarkan diri
kepada suatu nilai-nilai absolute tertentu. Nilai-nilai yang dijadikan
sandaran ini bias nilai etis, estetis, keagamaan, atau pula
nilai-nilai lain.
3. Affectual
Yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi
yang sifatnya emosional, seperti halnya ledakan amarah seseorang,
ungkapan rasa cinta, rasa belas kasihan, itu merupakan contoh dari
tindakan affectual ini.
4. Tradisional
Yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada suatu
kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau (Tradisi).
Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum
normatif yang telah di tetapkan secara tegas oleh masyarakat.
Kapitalisme
Menurut max weber kapitalisme merupakan paham yang baik yang dapat
mensejahterakan manusia jika memakai teori ini. Kapitalisme berawal
dari etika protestan yang mengajarkan untuk hidup hemat, rajin
bekerja, disipilin sebagai bentuk pemujaan terjadap Tuhan. selain itu
etika protestan sangat ketat sekali terhadap hidup santai dan
bersenang-senang karena hal itu munculah semangat kapitalisme.
Untuk sampai pada penemuan atas penelitiannya itu, semula yang menjadi
pokok pikiran utama weber adalah bagaimana lahirnya kapitalisme dan
bagaimana ia bisa hidup terus menerus. Dalam hal ini logika weber ada
tiga; pertama, bila kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka
tentulah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas tertentu.
Siapakah pendiri kapitalis? Jawaban weber adalah tipe baru
kewirausahaan dan tenaga kerja.
Yang membedakan kedua tipe tersebut dengan yang lainnya adalah adanya
etos atau mental khusus, "semangat kapitalis". Inilah tahapan kedua
Weber. Campuran unik antara motivasi dan nilai ini mencakup keuntungan
dalam arti menghasilkan pendapatan dan khususnya mencari uang sebagai
tujuan utama, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemenuhan kebutuhan
lain. Apa yang semula dijadikan alat untuk memenuhi tujuan, menjadi
tujuan itu sendiri.
Kharisma
Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut
Weber (1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki
kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul
bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang
yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya
sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya
sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan
luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya
bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
Banyak teoritisi melakukan penelitian tentang kekuasaan kharismatik
(charismatic authority). House (1977) menyatakan bahwa prilaku
pemimpin sangat berhubungan dengan kepemimpinan kharismatik,
sifat-sifat personal dan variabel-variabel lain yang bersifat
situasional. Meskipun ia melakukan penelitiannya pada hubungan antara
seorang pemimpin dan seorang pengikut, namun teori yang dipublikasikan
dengan teori kepemimpinan kharismatik pada tahun 1976 itu memberikan
andil besar pada pengembangan teori berikutnya.
Verstehen
Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian
istilah ini secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah
sumbangan yang paling banyak dikenal dan paling controversial,
terhadap metodologi sosiologi kontemporer. Ketika kita mengerti apa
yang dimaksud Weber dengan kata verstehen, kita pun menggaris bawahi
beberapa masalah dalam menafsirkan maksud Weber, muncul dari masalah
umum dalam pemikiran metodologis Weber. Seperti dikemukakan Thomas
Burger, Weber tidak utuh dan konsisten dengan pernyataan
metodologisnya. Ia cenderung gegabah dan tidak tepat sasaran karena
merasa bahwa ia sekedar mengulangi gagasan-gagasannya yang pada
zamannya terkenal dikalangan sejarawan Jerman. Terlebih lagi, seperti
ditegaskan diatas, Weber tidak terlalu memikirkan refleksi
metodologis.
Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan
sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal
dengan hermeneutika.Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap
pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan.
Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun struktur dasar
teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari pemahaman
teks kepada pemahaman kehidupan sosial: memahami aktor, interaksi dan
seluruh sejarah manusia. Satu kesalahpahaman yang sering terjadi
menyangkut konsep verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai
penggunaan intuisi, irasional dan subyektif. Namun secara kategoris
Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya melibatkan intuisi,
keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen
melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar
merasakan teks atau fenomena sosial. Dengan kata lain, bagi Weber,
verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Sejumlah orang
menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber, tampaknya terbukti
kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun
sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh
Weber adalah sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan.
Seiring dengan hal tersebut, W.G. Runciman (1972) dan Murray Weax
(1976) melibatkan verstehen sebagai alat untuk mempelajari kebudayaan
dan bahasa tertentu.
Eko Radityo_Tugas2_Max Weber
1. Tindakan Sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.
Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:
1. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.
2. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.
3. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti
4. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action)
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.
2. Teori Kapitalisme
Seperti yang disebutkan dalam karyanya The Potestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap system ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Dimana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.
Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentuk-bentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai agama-agama dunia yang besar.Weber juga mengemukakan mengenai analisa tipe ideal dimana memungkinkan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa khusus dan untuk memberikan analisa perbandingan dengan menggunakan kategori-kategori teoritis yang umum sifatnya. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materiil mengatur tindakan orang, dan bahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalisme modern, menuntut untuk pertumbuhan modal. menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis untuk tujuan-tujuan di masa mendatang, bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaan, dan lain sebagainya.
3. Teori Verstehen
Max Weber menawarkan model analisis sistem simbol dengan pendekatanVerstehen (pemahaman) yang memungkinkan orang untuk bisa menghayati apa yang diyakini oleh pihak lain tanpa prasangka tertentu. Dalam tradis Verstehen, jika obyeknya adalah sistem budaya, maka bisa dipihal antara tradisi agung (great trdition) dan tradisi rendah (litlle tradition).
Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi idealis adalah tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan sosial. Bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Intrspeksi bisa memberikan seorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subyektif, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang prilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. Proses itu menunjuk pada konsep “mengambil peran” yang terdapat dalam interaksionisme simbol.Verstehen adalah suatu metode pendekatan yag berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa social dan histori. Pendekatan ini bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi social didukung oleh jaringan makna yang di buwat oleh actor yang terlibat di dalamnya. Yang menjadi inti dari sosiologi bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun nilai yang obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yangnyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan subyektif itu yang di sebut dengan Verstehende sociologie.
4. Teori Kharisma
Sejarah umat manusia merupakan dialetika antara sistem nilai dan realitas. Dalam suatu komunitas masyarakat ada pemimpin yang menjadi lokomotif untuk mempertahankan sistem nilai dan dan dinamisasi kehidupan masyarakat. Pemimpin masyarakat biasanya mereka yang terpilih, kreatif dan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Pemimpin yang dipilih mestinya memiliki kharisma yang merupakan kekuatan untuk memobilisasi anggota masyarakat.
Otoritas pemipin akan diselimuti dengan kharisma sehingga perpaduuan kekuatan keduanya menjadi kekuatan untuk memobilisasi masyarkat untuk mempertahankan sistem nilai yang sudah ada. Hal ini biasanya diekspresikan dalam rutinitas ritual yang mana pemimpin masyarakat menjadi sentral kekuatan. Rutinitas menjadi media penyalur kekuatan kharisma seorang pemimpin dengan masyarakat. Dan pemimpin pula yang mentransformasikan pesan-pesan sakral terhadap masyarakat.
Pemimpin kharismatik memiliki otoritas yang penuh dalam menghimpun nilai-nilai kebuadayaan masyarakat. Menurut Weber, pemimpin kharismatiklah yang membentuk dan memberi warna dalam kehidupan masyarakat. Melalui otoritas yang dimiliki pemimpin kharismati akan menjadi panutan oleh masyarakatnya.
Weber tidak menyangkal bahwa pemimpin karismatik dapat memiliki ciri menonjol, karismanya lebih tergantung pada kelompok pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan pemimpin karismatik.yang krusial dalam proses ini adalah ketika seorang pemimpin dipisahkan dari orang biasa dan diperlakukan seolah-olah ia memiliki kekuatan atau kualitas supranatural, supermanusia, atau sekurang-kurangnya kekuatan tidak lazim yang tidak dapat dimiliki oleh orang biasa.
Sumber Refrensi:
Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan. Jakarta: Rajawali.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.