Minggu, 16 Maret 2014

abidin_Tugas2_Memerankan Reforma Agraria Untuk Desa 2030: Strategi Untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan

Abidin 
PMI 2
1113054000005

Memerankan Reforma Agraria Untuk Desa 2030:
Strategi Untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan


Desa : Sebuah Pandangan
Memahami makna tentang desa, disisi lain, kadang menjadi jauh karena kita sangat enggan menjadi bagian dari “desa”. Istilah “wong ndeso”  terasa dalam pikiran kita ada sesuatu yang harus di jauhi karena di dalamnya melekat segudang kekurangan, seperti tidak kenal tekhnologi canggih, ketinggalan jaman (kuno), feodalistik, terkekang, dan lain-lain, yang menunjukan sejuta “kehinaan”.

zaenal_dinamika_ekologi_desa_pmi2

Nama : Zaenal Arifin
Nim : 1113054000029
Studi: Pengembangan Masyarakat Islam
Semester: II

Menciptakan keterkaitan kawasan
perdesaan dengan kawasan perkotaan
yang adil
Setia Hadi,
Didit Okta Pribadi
Pendahuuan
setelah hampir 6 tahun, sejak di terapkanya otonomi daerah secara penuh tahun 2001, nampak nahwa hubungan kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan belum banyak mengenai perubahan. hal yag telah melembaga terjadi dengan di terapkanya kebijakan terputus di jaman orde baru menyebabkan hubungan kawasan perdesan dengan kawasan perkotaan tidak produktif. kelangkaan lapangan pekerjaan di pedesaan akibat dari rendahnya SDM pedesaan dan timpangnya penguasaan sumberdaya menyebabkan kemiskinan di pedesaan dan tingginya pengarug dari tingkat urbanisasi ke perkotaan.

Rafi Fajrin Azhari_Tugas 2_Memerankan Reforma Agraria Untuk Desa 2030: Strategi Untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan

Memerankan Reforma Agraria untuk Desa 2030: Strategi untuk Memerankan Pertanian dan Kehutanan
               
                Persoalan Indonesia adalah persoalan “menjadi”. Untuk itu, proses “menjadi Indonesia” adalah persoalan substantive yang tidak hanya merupakan tugas para politisi dan birokrat yang menjadi pelayan rakyat, tetapi juga persoalan seluruh lapisan social bangsa ini, entah itu ilmuwan, peneliti, dan bahkan masyarakat Indonesia. Sehingga gambaran Indonesia masa depan adalah sesuatu yang harus dibuat terus menerus dan intens.

indah choirunnissa_tugas2_Teori Max Weber

Teori  Max Weber
Teori – teori Max Weber
Max weber lahir di Erfrut, jerman pada tanggal 21 April 1864,dari keluarga kelas menengah.
Perbedaan antara orang tuanya membawa dampak besar pada orientasi intelektual dan perkembangan psikologinya. Pada usia 18 tahun, max weber meninggalkan rumah sementara waktu untuk belajar di universitas Heidelberg untuk menjalani wajib militer,dan pada tahun 1884 kembali ke berlin. Ia tetap disana selama hampir delapan tahun kemudian ia menyelesaikan studinya ,meraih gelar doktor ,menjadi pengecara dan mulai mengajar di Universitas Berlin.

kartika al ashzim_tugas2_teori max weber

TEORI MAX WEBER
Max Weber adalah seorang sosiolog besar yang ahli kebudayaan, politik, hukum, dan ekonomi. Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang sangat produktif.
The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1904) merupakan salah satu bukunya yang terkenal. Dalam buku tersebut dikemukakan tesisnya yang sangat terkenal, yaitu mengenai kaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat.
Dalam 

EDI FIRDIANSYAH_TUGAS2_MAX WEBER

Nama   : Edi Firdiansyah
Kelas   : KesSos II (A)

Teori pemahaman “Verstehen”, teori ini menekankan pada tingkah laku yang menurut Webber perbuatan si pelaku memiliki arti subyektif, kehendak mencapai tujuan, serta di dorong motivasi.
Verstehen merupakan salah satu kelebihan sosiologi dibandingkan ilmu lain, pemahaman yang dilakukan sosiolog untuk memahami kondisi masyarakat tidak dapat digunakan untuk mengamati atom atau molekul-molekul. Konsep Verstehen bukan berarti suatu intusi yang dapat digunakan para peneliti sebagai metodologi riset yang lunak. Bagi Webber Verstehen merupakan metodologi riset yang rasional.

Nurul Andani_PMI 2_Tugas 2


STRATEGI PEMBANGUNAN DESA PESISIR MANDIRI
Desa pesisir memiliki karateristik yang berbeda dengan desa di daratan. Perbedaan tersebut tidak semata pada aspek geografis-ekologis, tetapi juga pada karateristik ekonomi dan sosial-budaya. Secara geografis, desa pesisir berada di perbatasan antara daratan dan lautan. Desa pesisir memiliki akses langsung pada ekosistem pantai (pasir dan bebatu), mangrove, estuaria, padang lamun, serta ekosistem terumbu karang.

Rizkianingsih_Tugas2_Max Weber

Rizkianingsih
1113054100022
Kessos 2A

Max Weber dilahirkan di Erfurt 1864. Max Weber mengecap berbagai pendidikan. Seperti sejarah, hukum, filosofi, ekonomi dan teologi. Ia meraih gelar doktor dalam studi organisasi dagang pada abad pertengahan. Ia diangkat menjadi guru besar dalam studi sejarah agraria Romawi di Berlin serta menjadi guru besar ekonomi di Freiburg 1894 dan 1896 di Heidelberg. Dipandang tidak kalah pentingnya dengan Emile Durkheim, dan tentunya melebihi kontribusi Karl Marx.

Pemikiran teoritis dan metodologis Weber. Tipe ideal adalah jalan melingkar yang ditempuh untuk suatu penjelasan. Tipe ideal adalah piranti untuk analisis dan kegunaannya hanya dapat dinilai dengan mengembalikannya kepada atau mengaitkannya kembali dengan masalah konkret. Perkembangan kapitalisme Weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme, yaitu doktrin dengan takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa Tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu, doktrin ini menegaskan bahwa tidak seorang pun yang dapat mengetahui apakah dia termasuk salah seorang yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami "panik terhadap keselamatan". Cara untuk menenangkan kepanikan ini yaitu orang harus berpikir bahwa seorang tidak akan berhasil tanpa diberkati Tuhan. Oleh karena itu,  keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi dan politik, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, menjauhi kehidupan bersenang-senang, yang didorong oleh ajaran keagamaan.

Tipologi tindakan sosial, kewenangan dan birokrasi. Empat tipe dari tindakan sosial, yaitu:
- Tindakan rasional instrumental, suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitannya dengan tujuan suatu tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada.
- Tindakan rasional nilai, suatu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar adalah alat mencapai tujuan.
- Tindakan afektif, suatu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.
- Tindakan tradisional, suatu tindakan karena kebiasaan atau tradisi, tindakan ini dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan.

Rachmat jazuli_Tugas2_Teori Max Weber

Nama : Rachmat Jazuli
NIM : 1113054100032
Jurusan : kessos 2A

        Teori Max Weber
1.          Tindakan Sosial
            Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu  tindakan  individu  yang  diarahkan  kepada  benda  mati  tidak  masuk  dalam  kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika  tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada   orang  lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan  sosial  dapat  berupa  tindakan  yang  bersifat membatin  atau  bersifat  subjektif  yang mungkin terjadi  karena  pengaruh  positif  dari  situasi  tertentu.  Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

Ridwan Efendi_Tugas2_Max Weber

Nama    :    Ridwan Efendi
NIM        :    1113054100020
Kelas     :    Kessos 2A



Teori Max Weber
1.         Teori Kapitalisme
            Seperti yang disebutkan dalam karyanya The Potestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap system ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Dimana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.

Mughni Labib_1113054000003_PMI 2_Tugas 2


KESETARAAN GENDER DALAM
PEMBANGUNAN PERDESAAN
(Aida Vitalaya Hubeis)
Pendahuluan
Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan "suatu proses penilaian implementasi dari tiap perencanaan, untuk laki-laki dan perempuan, termasuk peraturan, kbijakan dan program per bidang pembangunan di tiap daerah dan di tiap level pembangunan. Dengan kata lain, PUG merupakan strategi untuk mengintegrasikan minat, pengalaman, permasalahan, aspirasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan ke dalam proses managemen pembangunan, dimulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi hasil pembangunan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG) di berbagai aspek kehidupan.

Isra Wahyuni_Tugas2_Max Weber

Teori Sosiologi Max Weber
1.Teori Kapitalisme
            Dalam karyanya The Potestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah sistem gagasan dan pengaruhnya terhadap sistem ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Dimana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.

NAMA : AHMAD ALI NIDAULHAQ NIM : 1113054000027 JURUSAN : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM MATA KULIAH : SOSIOLOGI PEDESAAN PENATAAN RUANG DAN PENGUATAN INFRASTRUKTUR DESA DALAM MENDUKUNG KONSEP AGROPOLITAN Di Negara-negara yang relatif matang keberimbangan pembangunan antar wilayah, perencanaan kawasan perdesaan ( rural planning) sudah menjadi keharusan dan kebutuhan. Perdesaan dan desa merupakan kawasan yang untuk direncanakan perkembangannya. Sangatlah ironis, berbagai kawasan perdesaan yang mengalami pertumbuhan penduduk dan dicirikan oleh penyakit kota, padahal space ( ruang) perdesaan relatif lebih luas. Namun karena tidak direcanakan ( seperti jaringan jalan dan sistem infrasrtuktur dasarnya, sanitasi yang tidak berencana dengan baik, dan lain-lain). Kesejahteraan dan martabat masyarakat harus dapat dicapai tanpa harus mengubah cirri-ciri permanen perdesaan. Berdasarkan pengalaman empirik situasi perdesaan diberbagai Negara industri maju, kawasan perdesaan tetap memiliki berbagai

Vita Renita_Tugas 2_Teori Max Weber

TEORI MAX WEBER
Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural.
1.       aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.

Vikron Fahreza_Tugas sosiologi pedesaan ke 2_Pengembangan Bio Energi di Desa

Nama  : Vikron Fahreza
 
PENGEMBANGAN BIO ENERGI DI DESA
                
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan tujuan

Konsep pembangunan yang sudah dilakukan oleh pemerintah beberapa tahun belakangan telah bisa kita lihat hasilnya pada saat ini. Memang di pada beberapa sisi hasilnya cukup menggembirakan, namun di lain sisi terlihat banyak sekali kekurangan yang menggangu kita sebagai bangsa Indonesia khususnya pada tindakan keadilan dan rasa kebersamaan yang telah menjadi khas dan landasan bagi bangsa ini. Pembangunan selama kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini sudah sangat jelas terlihat ketimpaangannya. Ketimpangan itu terjadi antara desa dan kota, jumlah orang-orang miskin pun bertambah dengan sangat signifikan dan yang paling jelas adalah timbul jurang pemisah yang lebar antar si kaya dan si miskin. Ketimpangan dampak baru yaitu miskinnya kota, hal itu berpotensi menimbulkan keresahan sosial di masyarakat.

aan sujana,ke 2 Pengelolaan Kapasitas Masyarakat Dalam Akses Dan Kontrol Terhadap Sumberdaya Alam .

NAMA                        :AAN SUJANA
JURUSAN                  :PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI 2)
MATERI                     : KE TIGA.
NIM                            :1113054000042
Pengelolaan Kapasitas Masyarakat Dalam Akses Dan Kontrol Terhadap Sumberdaya Alam .
Pengelolaan sumberdaya alam diindonesia sangat penting sekali karena potensi yang ada di Negara Indonesia sangat banyak sekali dan sangat besar. Secara bertahun-tahun mengalami eksploitasi sumberdaya alam untuk meraup keuntungan sendiri dan tidak memikirkan dampak yang dilakukan. Hal ini terjadi dikarnakankebanyakan kebijakan  pemanfaatan sumberdayaa alam yang bersifat myopic serta lemahnya pengawasan terhadap pengawasan pemanfaatan SDA yang dilakukan oleh swasta. Pemanfaatan sumberdaya alam oleh swasta yang sering kali bertentangan dengan kepentingan masyarakat local yang memanfaatkan untuk kebutuhan hidup. Perilaku swasta terhadap SDA mengubah mata pencarian masyarakat dan secara tidak evolusi mengubah perilaku masyarakat dalam memanfaatkan SDA. Dan yang dulunya masyarakat yang dulunya/ awalnya bersikap menjaga dan mengikuti perkembangan alam, berubah menjadi liar dan ikut menghabiskan SDA ( maraknya ilegalloging).

Ichsan Kurnia_Tugas2_Teori Max Weber

1.      Teori Kapitalisme
Menurut max weber kapitalisme merupakan paham yang baik yang dapat menyejahterakan manusia jika memakai teori ini. Kapitalisme berawal dari etika protestan yang mengajarkan untuk hidup hemat, rajin bekerja, disipilin sebagai bentuk pemujaan terjadap Tuhan. selain itu etika protestan sangat ketat sekali terhadap hidup santai dan bersenang-senang  karena hal itu munculah semangat kapitalisme.
Untuk sampai pada penemuan atas penelitiannya itu, semula yang menjadi pokok pikiran utama weber adalah bagaimana lahirnya-lahirnya kapitalisme dan bagaimana ia bisa hidup terus menerus. Dalam hal ini logika weber ada tiga; pertama, bila kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka tentulah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas tertentu. Siapakah pendiri kapitalis? Jawaban weber adalah tipe baru kewirausahaan dan tenaga kerja.
Yang membedakan kedua tipe tersebut dengan yang lainnya adalah adanya etos atau mental khusus, "semangat kapitalis". Inilah tahapan kedua Weber. Campuran unik antara motivasi dan nilai ini mencakup keuntungan dalam arti menghasilkan pendapatan dan khususnya mencari uang sebagai tujuan utama, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemenuhan kebutuhan lain. Apa yang semula dijadikan alat untuk memenuhi tujuan, menjadi tujuan itu sendiri.
Bila semangat kapitalis itu merupakan syarat kelahiran kapitalis dari mana datangnya semangat itu.di sinilah sumbangan pemikiran asli weber, yakni semangat kapitalisme yang banyak ditemukan dalam etika protestan khususnya Calivinis. Weber Melihat adanya keterkaitan antara penganut kehidupan Calvinis yang diberi pedoman oleh agama mereka dan jenis prilaku dan sikap yang diperlukan bagi kapitalisme agar bekerja secara efektif. Calvinis mendorong memusatkan diri pada pekerjaan duniawi dan pada saat yang sama juga mewujudkan kehidupan asketik: sederhana, rajin beribadah, dan hidup hemat. Calvinis meyakini bahwa mereka tidak akan diberi ganjaran oleh tuhan kecuali mereka sukses dalam kehidupan. Bekerja tekun bukan alat untuk keselamatan tetapi merupakan tanda lahiriah bahwa ia telah dirahmati oleh tuhan.
Dalam kapitalisme yang diusung oleh weber ada transformasi yang bersifa positif yaitu dengan cara membangun struktur. Dengan memobilisasi diri mengejar kesuksesan, individu mulai membanding-bandingkan prestasi mereka. Mengakumulasikan kapital dari pada mengkonsumsi, menginvestasikan kembali keuntungan dari pada langsung menggunakannya. Ini menjadi satu-satunya strategi untuk menjaga kesuskesan di pasar tenaga kerja yang kompetitif.
 
2.      Teori Tindakan Sosial
 
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.  Suatu  tindakan  individu  yang  diarahkan  kepada  benda  mati  tidak  masuk  dalam  kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika  tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada   orang  lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan  sosial  dapat  berupa  tindakan  yang  bersifat membatin  atau  bersifat  subjektif  yang mungkin terjadi  karena  pengaruh  positif  dari  situasi  tertentu.  Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.
 
Ciri-ciri tindakan sosial
 
Ada 5 ciri pokok  Tindakan sosial menurut Max Weber  sebagai  berikut: 
1.Jika  tindakan manusia  itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal  ini bisa meliputi berbagai  tindakan nyata 
2.Tindakan nyata  itu bisa bersifat membatin  sepenuhnya 
3.Tindakan  itu  bisa  berasal  dari  akibat  pengaruh  positif  atas  suatu  situasi,  tindakan yang sengaja diulang, atau  tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam dari pihak mana  pun
4.Tindakan  itu  diarahkan  kepada  seseorang  atau  kepada  beberapa  individu
5.Tindakan  itu memperhatikan  tindakan orang  lain dan  terarah  kepada orang  lain  itu.
 
Selain  kelima  ciri pokok  tersebut, menurut Weber  tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu  lalu, atau waktu yang akan datang. Sasaran suatu tindakan sosial bisa individu tetapi juga bisa kelompok atau sekumpulan orang.Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:
 
·         Tindakan rasional instrumental
 
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai  dan  menentukan  tujuan  itu dan bisa saja  tindakan  itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai  tujuan  lain.
 
·         Tindakan rasional nilai
 
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.
 
·         Tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi emosi
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari  luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti.
 
·         Tindakan tradisonal/tindakan karena kebiasaan
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.
 
3.      Teori Verstehen
Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal dengan hermeneutika. Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan. Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun struktur dasar teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari pemahaman teks kepada pemahaman kehidupan social, memahami aktor, interaksi dan seluruh sejarah manusia.
Satu kesalahpahaman yang sering terjadi menyangkut konsep verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai penggunaan intuisi, irasional dan subyektif. Namun secara kategoris Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya melibatkan intuisi, keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial.
Dengan kata lain, bagi Weber, verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Sejumlah orang menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber, tampaknya terbukti kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh Weber adalah sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan.
Max Weber juga memasukkan problem pemahaman dalam pendekatan sosiologisnya, yang sebagaimana cenderung ia tekankan adalah salah satu tipe sosiologis dari sekian kemungkinan lain. Karena itulah ia menyebutkan perspektifnya sebagai sosiologi interpretatif atau pemahaman. Menjadi ciri khas rasional dan positivisnya bahwa ia mentransformasikan konsep tentang pemahaman.
Meski begitu, baginya pemahaman tetap merupakan sebuah pendekatan unik terhadap moral dan ilmu-ilmu budaya, yang lebih berurusan dengan manusia ketimbang dengan binatang lainnya atau kehidupan non hayati. Manusia bisa memahami atau berusaha memahami niatnyasendiri melalui instropeksi, dan ia bisa menginterpretasikan perbuatan orang lain sehubungan dengan niatan yang mereka akui atau diduga mereka punyai.
4.      Teori Kharisma
 Teoru kharisma menurut Weber  lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
Weber berpendapat, pengaruh yang luar biasa pada tilikan-tilikan dan cita-cita individu khusus dan gerakan sejarah, menurut arah dan perkembangan masyarakat. Untuk memiliki pengaruh pada tilikan dan cita-cita yang harus disaturagakan dalam bentuk tatanan yang mapan melalui proses rutinisasi, sebuah tahap menentukan dalam karisma sang pemimpin. Apapun metode yang dipakai sentralnya, kualitas pribadi sang pemimpin dipadukan dengan konsep tradisional tertentu yang mencakup administrasi patrimonial.
Dengan melukiskan ketiga tipe ideal, Weber dapat memperkembangkan tipe ideal pengelompokan-pengelompokan sosial yang menyeluruh yang kemudian dapat digunakan untuk mencirikan masyarakat-masyarakat konkrit menurut sejarah, sehingga membuat pola-pola kegiatan dari masyarakat-masyarakat tersebut.
Dengan melukiskan ketiga tipe ideal, Weber dapat memperkembangkan tipe ideal pengelompokan-pengelompokan sosial yang menyeluruh yang kemudian dapat digunakan untuk mencirikan masyarakat-masyarakat konkrit menurut sejarah, sehingga membuat pola-pola kegiatan dari masyarakat-masyarakat tersebut.
Weber membedakan hubungan-hubungan social yang terbuka dalam arti orang-orang biasa masuk dalam hubungan dan menjadi partisipan-partisipan dan hubungan-hubungan sosial yang tertutup yang berarti hubungan-hubungan itu merupakan bagian sebjektif sehingga mengecualikan orang.
Tipe idealnya untuk membedakan beberapa macam pengelompokan social dapat didefinisikan sebuah kelompok korporat, sebagai kelompok tertutup. Kelompok-kelompok politisi adalah kelompok yang tata tertibnya bersifat efektif dalam wilayah pemakaian dan paksaan oleh staf administratif. Kelompok korporat, religius bersifat hierokratis.
 

FittaFauziah_Tugas2_MaxWeber

Fitta Fauziah 1113054100014
Kessos 2A

Teori Sosiologi Max Weber

Buah karya Max Weber dari sekian banyak yang termashur antara lain :
Wirtschaft und Gessellschaft ; Gesammelte Aufsatze zur
Wissenschaftlehre. Sementara karyanya dari sosiologi agama adalah
Gessamelter Aufsatze zur Relegionssoziologie yang terbit dalam 3 jilid
dan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Ephraim Fischoff dengan
judul Sociology of Relegion yang sangat terkenal di abad ke-20. Nama
Weber begitu berpengaruh dalam sejarah perkembangan sosiologi dengan
sumbangan-sumbangan teori sosiologinya yang banyak mendapat
tanggapan,dia jugamengajukan suatu metode sosiologi yang dikenal
dengan nama Verstehende.

Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha
tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan
sebab-sebab tindakan tersebut.Yang menjadi inti dari sosiologi Weber
bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun
nilai yang obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang
nyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan-alasan
subyektif. Adanya kemungkinan untuk memahami tindakan orang seorang
inilah yang membedakan sosioligi dari ilmu pengetahuan alam, yang
menerangkan peristiwa-peristiwa tetapi tidak pernah dapat memahami
perbuatan obyek-obyek. Pokok penyelidikan Weber adalah tindakan orang
seorang dan alasan-alasannya yang bersifat subyektif, dan itulah
disebutnya dengan Verstehende Sociologie. Dengan kata lain Verstehende
adalah suatu metode pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang
mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis. Pendekatan ini
bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan
makna yang di buat oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.



Tindakan Sosial

Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu
ada yang disebut dengan :

1. Zweck rational

Yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri kepada
pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi
lingkungan eksternalnya. Dengan kata lain yaitu suatu tindakan sosial
yang ditujukan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan
menggunakan dana serta daya seminimal mungkin.

2. Wert rational

Yaitu tindakan sosial yang rasional, namun yang menyandarkan diri
kepada suatu nilai-nilai absolute tertentu. Nilai-nilai yang dijadikan
sandaran ini bias nilai etis, estetis, keagamaan, atau pula
nilai-nilai lain.

3. Affectual

Yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi
yang sifatnya emosional, seperti halnya ledakan amarah seseorang,
ungkapan rasa cinta, rasa belas kasihan, itu merupakan contoh dari
tindakan affectual ini.

4. Tradisional

Yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada suatu
kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau (Tradisi).
Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum
normatif yang telah di tetapkan secara tegas oleh masyarakat.



Kapitalisme

Menurut max weber kapitalisme merupakan paham yang baik yang dapat
mensejahterakan manusia jika memakai teori ini. Kapitalisme berawal
dari etika protestan yang mengajarkan untuk hidup hemat, rajin
bekerja, disipilin sebagai bentuk pemujaan terjadap Tuhan. selain itu
etika protestan sangat ketat sekali terhadap hidup santai dan
bersenang-senang karena hal itu munculah semangat kapitalisme.

Untuk sampai pada penemuan atas penelitiannya itu, semula yang menjadi
pokok pikiran utama weber adalah bagaimana lahirnya kapitalisme dan
bagaimana ia bisa hidup terus menerus. Dalam hal ini logika weber ada
tiga; pertama, bila kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka
tentulah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas tertentu.
Siapakah pendiri kapitalis? Jawaban weber adalah tipe baru
kewirausahaan dan tenaga kerja.

Yang membedakan kedua tipe tersebut dengan yang lainnya adalah adanya
etos atau mental khusus, "semangat kapitalis". Inilah tahapan kedua
Weber. Campuran unik antara motivasi dan nilai ini mencakup keuntungan
dalam arti menghasilkan pendapatan dan khususnya mencari uang sebagai
tujuan utama, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemenuhan kebutuhan
lain. Apa yang semula dijadikan alat untuk memenuhi tujuan, menjadi
tujuan itu sendiri.



Kharisma

Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut
Weber (1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki
kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul
bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang
yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya
sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya
sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan
luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya
bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.

Banyak teoritisi melakukan penelitian tentang kekuasaan kharismatik
(charismatic authority). House (1977) menyatakan bahwa prilaku
pemimpin sangat berhubungan dengan kepemimpinan kharismatik,
sifat-sifat personal dan variabel-variabel lain yang bersifat
situasional. Meskipun ia melakukan penelitiannya pada hubungan antara
seorang pemimpin dan seorang pengikut, namun teori yang dipublikasikan
dengan teori kepemimpinan kharismatik pada tahun 1976 itu memberikan
andil besar pada pengembangan teori berikutnya.



Verstehen

Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian
istilah ini secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah
sumbangan yang paling banyak dikenal dan paling controversial,
terhadap metodologi sosiologi kontemporer. Ketika kita mengerti apa
yang dimaksud Weber dengan kata verstehen, kita pun menggaris bawahi
beberapa masalah dalam menafsirkan maksud Weber, muncul dari masalah
umum dalam pemikiran metodologis Weber. Seperti dikemukakan Thomas
Burger, Weber tidak utuh dan konsisten dengan pernyataan
metodologisnya. Ia cenderung gegabah dan tidak tepat sasaran karena
merasa bahwa ia sekedar mengulangi gagasan-gagasannya yang pada
zamannya terkenal dikalangan sejarawan Jerman. Terlebih lagi, seperti
ditegaskan diatas, Weber tidak terlalu memikirkan refleksi
metodologis.

Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan
sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal
dengan hermeneutika.Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap
pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan.
Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun struktur dasar
teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari pemahaman
teks kepada pemahaman kehidupan sosial: memahami aktor, interaksi dan
seluruh sejarah manusia. Satu kesalahpahaman yang sering terjadi
menyangkut konsep verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai
penggunaan intuisi, irasional dan subyektif. Namun secara kategoris
Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya melibatkan intuisi,
keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen
melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar
merasakan teks atau fenomena sosial. Dengan kata lain, bagi Weber,
verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Sejumlah orang
menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber, tampaknya terbukti
kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun
sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh
Weber adalah sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan.
Seiring dengan hal tersebut, W.G. Runciman (1972) dan Murray Weax
(1976) melibatkan verstehen sebagai alat untuk mempelajari kebudayaan
dan bahasa tertentu.

Aan sujana , tugas ke 3 pmi 2

Eko Radityo_Tugas2_Max Weber

1.      Tindakan Sosial

Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu  tindakan  individu  yang  diarahkan  kepada  benda  mati  tidak  masuk  dalam  kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika  tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada   orang  lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan  sosial  dapat  berupa  tindakan  yang  bersifat membatin  atau  bersifat  subjektif  yang mungkin terjadi  karena  pengaruh  positif  dari  situasi  tertentu.  Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:

1.      Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai  dan  menentukan  tujuan  itu dan bisa saja  tindakan  itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai  tujuan  lain.

2.      Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.

3.      Tindakan  afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi  (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari  luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti

4.      Tindakan  tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action)

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.

2.      Teori Kapitalisme

Seperti yang disebutkan dalam karyanya The Potestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap system ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Dimana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.

Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentuk-bentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai agama-agama dunia yang besar.Weber juga mengemukakan mengenai analisa tipe ideal dimana memungkinkan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa khusus dan untuk memberikan analisa perbandingan dengan menggunakan kategori-kategori teoritis yang umum sifatnya. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materiil mengatur tindakan orang, dan bahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalisme modern, menuntut untuk pertumbuhan modal. menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis untuk tujuan-tujuan di masa mendatang, bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaan, dan lain sebagainya.

3.      Teori Verstehen

                  Max Weber menawarkan model analisis sistem simbol dengan pendekatanVerstehen (pemahaman) yang memungkinkan orang untuk bisa menghayati apa yang diyakini oleh pihak lain tanpa prasangka tertentu. Dalam tradis Verstehen, jika obyeknya adalah sistem budaya, maka bisa dipihal antara tradisi agung (great trdition) dan tradisi rendah (litlle tradition).

Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi idealis adalah tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan  sosial. Bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Intrspeksi bisa memberikan seorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subyektif, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang prilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. Proses itu menunjuk pada konsep “mengambil peran” yang terdapat dalam interaksionisme simbol.Verstehen adalah suatu metode pendekatan yag berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa social dan histori. Pendekatan ini bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi social didukung oleh jaringan makna yang di buwat oleh actor yang terlibat di dalamnya. Yang menjadi inti dari sosiologi bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun nilai yang obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yangnyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan subyektif itu yang di sebut dengan Verstehende sociologie.

4.      Teori Kharisma

Sejarah umat manusia merupakan dialetika antara sistem nilai dan realitas. Dalam suatu komunitas masyarakat ada pemimpin yang menjadi lokomotif untuk mempertahankan sistem nilai dan dan dinamisasi kehidupan masyarakat. Pemimpin masyarakat biasanya mereka yang terpilih, kreatif dan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Pemimpin yang dipilih mestinya memiliki kharisma yang merupakan kekuatan untuk memobilisasi anggota masyarakat.

Otoritas pemipin akan diselimuti dengan kharisma sehingga perpaduuan kekuatan keduanya menjadi kekuatan untuk memobilisasi masyarkat untuk mempertahankan sistem nilai yang sudah ada. Hal ini biasanya diekspresikan dalam rutinitas ritual yang mana pemimpin masyarakat menjadi sentral kekuatan. Rutinitas menjadi media penyalur kekuatan kharisma seorang pemimpin dengan masyarakat. Dan pemimpin pula yang mentransformasikan pesan-pesan sakral terhadap masyarakat.

Pemimpin kharismatik memiliki otoritas yang penuh dalam menghimpun nilai-nilai kebuadayaan masyarakat. Menurut Weber, pemimpin kharismatiklah yang membentuk dan memberi warna dalam kehidupan masyarakat. Melalui otoritas yang dimiliki pemimpin kharismati akan menjadi panutan oleh masyarakatnya.

Weber tidak menyangkal bahwa pemimpin karismatik dapat memiliki ciri menonjol, karismanya lebih tergantung pada kelompok pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan pemimpin karismatik.yang krusial dalam proses ini adalah ketika seorang pemimpin dipisahkan dari orang biasa dan diperlakukan seolah-olah ia memiliki kekuatan atau kualitas supranatural, supermanusia, atau sekurang-kurangnya kekuatan tidak lazim yang tidak dapat dimiliki oleh orang biasa.

Sumber Refrensi:

Ritzer, G. 1992. Sosiologi  Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan. Jakarta: Rajawali.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

 


Cari Blog Ini