Minggu, 16 Maret 2014

FittaFauziah_Tugas2_MaxWeber

Fitta Fauziah 1113054100014
Kessos 2A

Teori Sosiologi Max Weber

Buah karya Max Weber dari sekian banyak yang termashur antara lain :
Wirtschaft und Gessellschaft ; Gesammelte Aufsatze zur
Wissenschaftlehre. Sementara karyanya dari sosiologi agama adalah
Gessamelter Aufsatze zur Relegionssoziologie yang terbit dalam 3 jilid
dan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Ephraim Fischoff dengan
judul Sociology of Relegion yang sangat terkenal di abad ke-20. Nama
Weber begitu berpengaruh dalam sejarah perkembangan sosiologi dengan
sumbangan-sumbangan teori sosiologinya yang banyak mendapat
tanggapan,dia jugamengajukan suatu metode sosiologi yang dikenal
dengan nama Verstehende.

Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha
tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan
sebab-sebab tindakan tersebut.Yang menjadi inti dari sosiologi Weber
bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun
nilai yang obyektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang
nyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan-alasan
subyektif. Adanya kemungkinan untuk memahami tindakan orang seorang
inilah yang membedakan sosioligi dari ilmu pengetahuan alam, yang
menerangkan peristiwa-peristiwa tetapi tidak pernah dapat memahami
perbuatan obyek-obyek. Pokok penyelidikan Weber adalah tindakan orang
seorang dan alasan-alasannya yang bersifat subyektif, dan itulah
disebutnya dengan Verstehende Sociologie. Dengan kata lain Verstehende
adalah suatu metode pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang
mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis. Pendekatan ini
bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan
makna yang di buat oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.



Tindakan Sosial

Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu
ada yang disebut dengan :

1. Zweck rational

Yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri kepada
pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi
lingkungan eksternalnya. Dengan kata lain yaitu suatu tindakan sosial
yang ditujukan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan
menggunakan dana serta daya seminimal mungkin.

2. Wert rational

Yaitu tindakan sosial yang rasional, namun yang menyandarkan diri
kepada suatu nilai-nilai absolute tertentu. Nilai-nilai yang dijadikan
sandaran ini bias nilai etis, estetis, keagamaan, atau pula
nilai-nilai lain.

3. Affectual

Yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi
yang sifatnya emosional, seperti halnya ledakan amarah seseorang,
ungkapan rasa cinta, rasa belas kasihan, itu merupakan contoh dari
tindakan affectual ini.

4. Tradisional

Yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada suatu
kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau (Tradisi).
Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum
normatif yang telah di tetapkan secara tegas oleh masyarakat.



Kapitalisme

Menurut max weber kapitalisme merupakan paham yang baik yang dapat
mensejahterakan manusia jika memakai teori ini. Kapitalisme berawal
dari etika protestan yang mengajarkan untuk hidup hemat, rajin
bekerja, disipilin sebagai bentuk pemujaan terjadap Tuhan. selain itu
etika protestan sangat ketat sekali terhadap hidup santai dan
bersenang-senang karena hal itu munculah semangat kapitalisme.

Untuk sampai pada penemuan atas penelitiannya itu, semula yang menjadi
pokok pikiran utama weber adalah bagaimana lahirnya kapitalisme dan
bagaimana ia bisa hidup terus menerus. Dalam hal ini logika weber ada
tiga; pertama, bila kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka
tentulah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas tertentu.
Siapakah pendiri kapitalis? Jawaban weber adalah tipe baru
kewirausahaan dan tenaga kerja.

Yang membedakan kedua tipe tersebut dengan yang lainnya adalah adanya
etos atau mental khusus, "semangat kapitalis". Inilah tahapan kedua
Weber. Campuran unik antara motivasi dan nilai ini mencakup keuntungan
dalam arti menghasilkan pendapatan dan khususnya mencari uang sebagai
tujuan utama, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemenuhan kebutuhan
lain. Apa yang semula dijadikan alat untuk memenuhi tujuan, menjadi
tujuan itu sendiri.



Kharisma

Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut
Weber (1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki
kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul
bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang
yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya
sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya
sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan
luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya
bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.

Banyak teoritisi melakukan penelitian tentang kekuasaan kharismatik
(charismatic authority). House (1977) menyatakan bahwa prilaku
pemimpin sangat berhubungan dengan kepemimpinan kharismatik,
sifat-sifat personal dan variabel-variabel lain yang bersifat
situasional. Meskipun ia melakukan penelitiannya pada hubungan antara
seorang pemimpin dan seorang pengikut, namun teori yang dipublikasikan
dengan teori kepemimpinan kharismatik pada tahun 1976 itu memberikan
andil besar pada pengembangan teori berikutnya.



Verstehen

Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian
istilah ini secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah
sumbangan yang paling banyak dikenal dan paling controversial,
terhadap metodologi sosiologi kontemporer. Ketika kita mengerti apa
yang dimaksud Weber dengan kata verstehen, kita pun menggaris bawahi
beberapa masalah dalam menafsirkan maksud Weber, muncul dari masalah
umum dalam pemikiran metodologis Weber. Seperti dikemukakan Thomas
Burger, Weber tidak utuh dan konsisten dengan pernyataan
metodologisnya. Ia cenderung gegabah dan tidak tepat sasaran karena
merasa bahwa ia sekedar mengulangi gagasan-gagasannya yang pada
zamannya terkenal dikalangan sejarawan Jerman. Terlebih lagi, seperti
ditegaskan diatas, Weber tidak terlalu memikirkan refleksi
metodologis.

Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan
sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal
dengan hermeneutika.Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap
pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan.
Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun struktur dasar
teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari pemahaman
teks kepada pemahaman kehidupan sosial: memahami aktor, interaksi dan
seluruh sejarah manusia. Satu kesalahpahaman yang sering terjadi
menyangkut konsep verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai
penggunaan intuisi, irasional dan subyektif. Namun secara kategoris
Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya melibatkan intuisi,
keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen
melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar
merasakan teks atau fenomena sosial. Dengan kata lain, bagi Weber,
verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Sejumlah orang
menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber, tampaknya terbukti
kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun
sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh
Weber adalah sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan.
Seiring dengan hal tersebut, W.G. Runciman (1972) dan Murray Weax
(1976) melibatkan verstehen sebagai alat untuk mempelajari kebudayaan
dan bahasa tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini