1. Teori Kapitalisme
Menurut max weber kapitalisme merupakan paham yang baik yang dapat menyejahterakan manusia jika memakai teori ini. Kapitalisme berawal dari etika protestan yang mengajarkan untuk hidup hemat, rajin bekerja, disipilin sebagai bentuk pemujaan terjadap Tuhan. selain itu etika protestan sangat ketat sekali terhadap hidup santai dan bersenang-senang karena hal itu munculah semangat kapitalisme.
Untuk sampai pada penemuan atas penelitiannya itu, semula yang menjadi pokok pikiran utama weber adalah bagaimana lahirnya-lahirnya kapitalisme dan bagaimana ia bisa hidup terus menerus. Dalam hal ini logika weber ada tiga; pertama, bila kapitalisme merupakan hasil tindakan manusia maka tentulah ada tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas tertentu. Siapakah pendiri kapitalis? Jawaban weber adalah tipe baru kewirausahaan dan tenaga kerja.
Yang membedakan kedua tipe tersebut dengan yang lainnya adalah adanya etos atau mental khusus, "semangat kapitalis". Inilah tahapan kedua Weber. Campuran unik antara motivasi dan nilai ini mencakup keuntungan dalam arti menghasilkan pendapatan dan khususnya mencari uang sebagai tujuan utama, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemenuhan kebutuhan lain. Apa yang semula dijadikan alat untuk memenuhi tujuan, menjadi tujuan itu sendiri.
Bila semangat kapitalis itu merupakan syarat kelahiran kapitalis dari mana datangnya semangat itu.di sinilah sumbangan pemikiran asli weber, yakni semangat kapitalisme yang banyak ditemukan dalam etika protestan khususnya Calivinis. Weber Melihat adanya keterkaitan antara penganut kehidupan Calvinis yang diberi pedoman oleh agama mereka dan jenis prilaku dan sikap yang diperlukan bagi kapitalisme agar bekerja secara efektif. Calvinis mendorong memusatkan diri pada pekerjaan duniawi dan pada saat yang sama juga mewujudkan kehidupan asketik: sederhana, rajin beribadah, dan hidup hemat. Calvinis meyakini bahwa mereka tidak akan diberi ganjaran oleh tuhan kecuali mereka sukses dalam kehidupan. Bekerja tekun bukan alat untuk keselamatan tetapi merupakan tanda lahiriah bahwa ia telah dirahmati oleh tuhan.
Dalam kapitalisme yang diusung oleh weber ada transformasi yang bersifa positif yaitu dengan cara membangun struktur. Dengan memobilisasi diri mengejar kesuksesan, individu mulai membanding-bandingkan prestasi mereka. Mengakumulasikan kapital dari pada mengkonsumsi, menginvestasikan kembali keuntungan dari pada langsung menggunakannya. Ini menjadi satu-satunya strategi untuk menjaga kesuskesan di pasar tenaga kerja yang kompetitif.
2. Teori Tindakan Sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.
Ciri-ciri tindakan sosial
Ada 5 ciri pokok Tindakan sosial menurut Max Weber sebagai berikut:
1.Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata
2.Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya
3.Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam dari pihak mana pun
4.Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu
5.Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Selain kelima ciri pokok tersebut, menurut Weber tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Sasaran suatu tindakan sosial bisa individu tetapi juga bisa kelompok atau sekumpulan orang.Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:
· Tindakan rasional instrumental
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.
· Tindakan rasional nilai
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.
· Tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi emosi
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti.
· Tindakan tradisonal/tindakan karena kebiasaan
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.
3. Teori Verstehen
Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal dengan hermeneutika. Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan. Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun struktur dasar teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari pemahaman teks kepada pemahaman kehidupan social, memahami aktor, interaksi dan seluruh sejarah manusia.
Satu kesalahpahaman yang sering terjadi menyangkut konsep verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai penggunaan intuisi, irasional dan subyektif. Namun secara kategoris Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya melibatkan intuisi, keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial.
Dengan kata lain, bagi Weber, verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Sejumlah orang menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber, tampaknya terbukti kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh Weber adalah sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan.
Max Weber juga memasukkan problem pemahaman dalam pendekatan sosiologisnya, yang sebagaimana cenderung ia tekankan adalah salah satu tipe sosiologis dari sekian kemungkinan lain. Karena itulah ia menyebutkan perspektifnya sebagai sosiologi interpretatif atau pemahaman. Menjadi ciri khas rasional dan positivisnya bahwa ia mentransformasikan konsep tentang pemahaman.
Meski begitu, baginya pemahaman tetap merupakan sebuah pendekatan unik terhadap moral dan ilmu-ilmu budaya, yang lebih berurusan dengan manusia ketimbang dengan binatang lainnya atau kehidupan non hayati. Manusia bisa memahami atau berusaha memahami niatnyasendiri melalui instropeksi, dan ia bisa menginterpretasikan perbuatan orang lain sehubungan dengan niatan yang mereka akui atau diduga mereka punyai.
4. Teori Kharisma
Teoru kharisma menurut Weber lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
Weber berpendapat, pengaruh yang luar biasa pada tilikan-tilikan dan cita-cita individu khusus dan gerakan sejarah, menurut arah dan perkembangan masyarakat. Untuk memiliki pengaruh pada tilikan dan cita-cita yang harus disaturagakan dalam bentuk tatanan yang mapan melalui proses rutinisasi, sebuah tahap menentukan dalam karisma sang pemimpin. Apapun metode yang dipakai sentralnya, kualitas pribadi sang pemimpin dipadukan dengan konsep tradisional tertentu yang mencakup administrasi patrimonial.
Dengan melukiskan ketiga tipe ideal, Weber dapat memperkembangkan tipe ideal pengelompokan-pengelompokan sosial yang menyeluruh yang kemudian dapat digunakan untuk mencirikan masyarakat-masyarakat konkrit menurut sejarah, sehingga membuat pola-pola kegiatan dari masyarakat-masyarakat tersebut.
Dengan melukiskan ketiga tipe ideal, Weber dapat memperkembangkan tipe ideal pengelompokan-pengelompokan sosial yang menyeluruh yang kemudian dapat digunakan untuk mencirikan masyarakat-masyarakat konkrit menurut sejarah, sehingga membuat pola-pola kegiatan dari masyarakat-masyarakat tersebut.
Weber membedakan hubungan-hubungan social yang terbuka dalam arti orang-orang biasa masuk dalam hubungan dan menjadi partisipan-partisipan dan hubungan-hubungan sosial yang tertutup yang berarti hubungan-hubungan itu merupakan bagian sebjektif sehingga mengecualikan orang.
Tipe idealnya untuk membedakan beberapa macam pengelompokan social dapat didefinisikan sebuah kelompok korporat, sebagai kelompok tertutup. Kelompok-kelompok politisi adalah kelompok yang tata tertibnya bersifat efektif dalam wilayah pemakaian dan paksaan oleh staf administratif. Kelompok korporat, religius bersifat hierokratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar