Kamis, 04 Oktober 2012

Annisa Novianti Jurnalistik IA

Teori Max Weber
Tindakan sosial
            Secara keseluruhan sosiologi weber, jika kita menerima sebagaimana adanya, didasarkan kepada pemahamannya tentang tindakan sosial(S.Turner1983). Beliau membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan perilaku terjadi, dengan sediki saja jarak antara stimulus dengan respons. Perilaku semacam itu tidak menjadi minat sosiologi weber. Beliau memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya ) antara terjadinya stimulus dengan respons. Secara berbeda, tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Bagi Weber, mengenai tindakan sosial dapat ditemukan dalam pembahasannya tentang tindakan ekonomis, yang didefinisikan sebagai "orientasi sadar dan primer kea rah pertimbangan ekonomis " , karena yang dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan. Dalam memasukan analisisnya ke dalam proses mental dan tindakan bermakna yang ditimbulkannya, Weber (1921/1968) dengan hati-hati mengatakan bahwa suatu kesalahan besar memandang psikologi sebagai landasan penafsiran tindakan sosiologis. Tampaknya weber mengemukakan hal yang pada dasarnya sama dengan apa yang dikemukakan Durkheim, setidaknya ketika dia mendiskusikan fakta sosial nonmaterial, yaitu sosiologi tertarik pada proses mental namun tidak sama dengan minat psikologi terhadap pikiran, kepribadian, dan lain sebagainya. Dalam teori tindakannya, tujuan weber tidak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. "tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual". Weber mengakui untuk beberapa tujuan kita mungkin harus memperlakukan kolektivitas sebagai individu, namun untuk menafsirkan tindakan subjektif dalam karya sosiologi, kolektivitas-kolektivitas ini, harus diperlakukan semata-mata sebagai resultan dan mode organisasi dari tindakan individu tertentu, karena semua itu dapat diperlakukan sebagai agen dalam tindakan yang dapat dipahami secara subjektif. Tampaknya bahwa weber sendiri mengemukakan bahwa sosiologi tindakan pada akhirnya berkutat pada individu, bukan kolektivitas. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar. Tipologi ini tidak hanya sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud weber dengan tindakan, namun juga menjadi salah satu dasar bagi minat weber pada struktur dan institusi sosial yang lebih luas. Yang terpenting adalahbpembedaan yang dilakukan weber terhadap kedua tipe dasar tindakan rasional. Pertama adalah rasionalitas sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain. Harapan-harapan ini digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan melalui upaya dan perhitungan yang rasional. Kedua adalah, rasionalitas nilai, yaitu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek kebrhasilannya. Tindakan afektual ditentukan oleh kondisi emosi. Tidakan tradisional ditentukan oleh cara bertindak yang telah biasa dan telah lazim dilakukan. Walaupun weber membedakan empat bentuk tindakan ideal-tipikal, beliau sepenuhnya sadar bahwa tindakan tertentu biasanya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe tindakan ideal tersebut. Selain itu, weber berargumen baha sosiolog harus memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau tradisi.
 
Rasionalisasi
            seperti diketahui sebelumnya, weber memang mendefinisikan rasionalitas, beliau membedakan dua jenis rasionalitas – rasionalitas sarana-tujuan dan rasionalitas nilai. Namun, konsp-konsep tersebut merujuk kepada tipe tindakan. Itu semua adalah dasar, namun tidak sama dengan pemahaman tentang rasionalisasi skala-skala luas yang dikemukakan weber. weber tidak terlalu tertarik pada orientasi tindakan yang terfragmentasi perhatian pokoknya adalah keteraturan dan pola-pola tindakan dalam peradaban, institusi, organisasi strata, kelas, dan kelompok. Tipe-tipe rasionalitas, pertama adalah rasionalitas praktis. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan segala hal yang mengancam akan melampaui rutinitas sehari-hari. Dia mendorong orang untuk tidak percaya pada seluruh nilai yang tidak praktis, religius, utopia sekuler, maupun rasionalitas teoritis kaum intelektual. Kedua adalah rasionalitas teoritis, melibatkan upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukan melalui tindakan. rasionalitas ini melibatkan proses kognitif abstrak seperti deduktif logis, induksi, atribusi kausalitas, dan semacamnya.  Ketiga adalah rasionalitas substansif, secara langsung menyususn tindakan-tindakan kedalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai. Rasionalitas tipe ini melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Suatu sistem nilai tidak lebih rasional dari pada sistem lainnya. Jadi tipe rasionalitas ini bersifat peradaban dan lintas sejarah, selama ada postulat nilai yang konsisten. Keempat adalah rasionalitas formal, melibatkan kalkulasi sarana-tujuan. Namun, jika dalam rasionalitas praktis kalkuasi ini terjadi dengan merujuk pada kepentingan diri yang pragmatis, maka dalam rasionalitas formal, hal ini terjadi dengan merujuk aturan, hukum, dan regulasi yang berlaku secara keseluruhan.
Contoh rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari :
Ketika seorang siswa SD kemudian beranjak ke SMP cara belajarnya pun berbeda, begitu pula dengan cara struktur organisasi. Ketika di SD, belum mengenal tentang organisasi khususnya adalah OSIS. Akan tetapi, ketika beranjak SMP siswa mulai dikenalkan oleh organisasi, sehingga siswa pun harus beradabtasi terhadap lingkungan barunya tersebut.

ATIKA SURI_JURNALISTIK 1A

 

MAX WEBER

TINDAKAN SOSIAL DAN RASIONALISASI

 

Weber lahir di Erfurt, Jerman pada 21 April 1864. Ia berasal dari keluarga kelas menengah. Ia menjalani hidupnya dengan prihatin, rajin, bersemangat kerja tinggi, atau yang dalam istilah modern disebut dengan istilah workaholic. Ia meninggal pada 14 Juni 1920. Menjelang kematiannya itu, ia menulis karya yang sangat penting, yaitu Economy and Society. Meskipun karyanya ini telah diterbitkan dan diterjemahkan kedalam beberapa bahasa, sebenarnya karyanya ini belum selesai.

1.      Tindakan Sosial

Max Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai "tindakan yang oleh individu dimaksudkan untuk mempunyai pengaruh atas tindakan dan sikap orang lain, dan bahwa karenanya faktor orang lain itu di diperhitungkan didalam tindakannya semula".

Menurut Max Weber, tindakan sosial dapat di golongkan menjadi empat kelompok (tipe), yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan sosial berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afeksi.

a.      Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya guna menunjang kegiatan belajarnya dan agar bisa memperoleh nilai yang baik, seorang siswa memutuskan untuk membeli buku-buku pelajaran sekolah daripada komik.

 

b.      Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat disekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.

 

c.       Tindakan tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan da cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat.

 

d.      Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnyaa tindakan meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia.

 

2.      Rasionalisasi

Jika Marx tertarik dengan masalah kapitalisme, Weber justru tertarik dengan masalah rasionalisasi. Bagi weber, rasionalisasi berarti pertimbangan-pertimbangan yang dibuat sebelum orang melakukan sesuatu. Pertimbangan-pertimbangan itu menyangkut tujuan sebuah tindakan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Weber melihat bahwa birokrasi adalah contoh rasionalisasi. Dalam sistem birokrasi orang mencari cara-cara yang rational untuk mencapai tujuan. Dalam dunia modern seperti sekarang ini, contoh dari rasionalisasi adalah restoran siap saji dimana segala sesuatu dibuat serasional mungkin supaya lebih cepat dan efektif. Restoran cepet saji (fast food) adalah sistem rasional formal dimana seorang pekerja dan pelanggan digiring untuk mencari cara paling rasional dalam mencapai tujuan. Mendorong makanan melalui jendela, misalnya, adalah cara rasional karena dengan cara demikian pelayan dapat menyodorkan dan pelanggan memperoleh makanan secara cepat dan efisien. Kecepatan dan efisiensi didiktekan oleh restoran cepat saji dalam aturan operasionalnya. Contoh lain yang mungkin adalah Laundry. Sebagian orang mungkin merasa bahwa menggunakan jasa laundry merupakan cara yang efektif dan efisien, untuk mengatasi kesibukan lain yang dianggapnya lebih penting dari sekadar mencuci baju.

Kemudian Weber memperluas diskusi tentang birokrasi itu kedalam institusi-institusi politik. Dia membedakan tiga macam otoritas didalam institusi politik, yakni otoritas tradisional, otoritas kharismatik, otoritas rational-legal. Menurutnya, otoritas rational-legal memacu pertumbuhan birokrasi. Sedangkan otoritas tradisional dan kharismatik menghambat pertumbuhan birokrasi. Berdasarkan studi perbandingan yang dibuatnya di eropa, India, dan Cina, ia menemukan bahwa otoritas tradisional dan kharismatik sangat dominan di India dan Cina sedangkan otoritas rational-legal sangat dominn di Eropa sehingga birokrasi tumbuh subur di Eropa. Dalam otoritas yang rational-legal seorang pemimpin dipilih berdasarkan undang-undang yang dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rational. Sistem otoritas tradisional berasal dari sistem kepercayaan di zaman kuno. Contohnya adalah seorang pemimpin yang berkuasa karena garis keluarga atau sukunya selalu merupakan pemimpin kelompok. Pemimpin kharismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut bahwa pemimpin itu memang mempunyai ciri-ciri seperti itu. Meski kedua jenis otoritas itu mempunyai arti penting di masa lalu, Weber yakin bahwa masyarakat barat, dan akhirnya masyarakat lainnya, cenderung akan berkembang menuju sistem otoritas rasional-legal. Dalam otoritas semacam ini, otoritas berasal dari peraturan yang diberlakukan secara hukum dan rasional.

Selain membuat analisa tentang hubungan antara rasionalisasi dan birokrasi, Weber juga mendiskusikan tentang hubungan antara agama dan kapitalisme. Dalam penelitiannya, Weber mencari tahu mengapa sistem ekonomi yang rational seperti kapitalisme bertumbuh subur di eropa Barat daripada dibagian-bagian dunia lainnya. Dalam studinya dia menemukan bahwa sistem kapitalisme yang rational itu mempunyai hubungan yang jelas dengan sistem kepercayaan Calvinisme. Sistem agama yang rasionallah (calvinisme) yang memainkan peran sentral dalam menumbuhkan kapitalisme di Barat. Sebaliknya, dibelahan dunia lainnya yang ia kaji, Weber menemukan sistem agama yang lebih irrasional (misalnya konfusianisme, Taoisme, Hinduisme) merintangi perkembangan sistem ekonomi dan bahkan seluruh struktur sosial masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi rasional. Dia menjelaskan argumentasinya itu didalam bukunya yang berjudul the Protestant Ethic and the spirit of capitalism.

Rasionalisasi terletak dijantung teori weberian. Salah satu alasannya adalah karena teori weber terbukti secara politik lebih mudah diterima ketimbang radikalisme Marxian. Weber lebih berpandangan liberal terhadap masalah tertentu dan konservatif terhadap masalah lain (misalnya tentang peran negara). Meskipun Weber mengakui kecaman keras terhadap berbagai aspek masyarakat kapitalisme modern, dan ia sampai pada kesimpulan penting yang sama dengan Marx, tapi ia tidak menganjurkan cara penyelesaian masalah secara radikal (heins, 1993). Ia merasa bahwa pemberontakan radikal yang ditawarkan oleh kebanyakan Marxis dan sosiolog lain lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Alasan lain adalah karena ia bekerja menurut tradisi filsafat yang juga membentuk karya sosiolog yang kemudian. Weber berkarya menurut tradisi filsafat kant yang antara lain berarti bahwa ia cenderung berpikir dalam hubungan sebab-akibat. Cara berpikir ini lebih dapat diterima oleh sosiolog yang kemudian, yang sebagian besar tidak akrab dan tidak menyenangi logika dialektika yang ditunjukkan karya Marx. Terakhir, weber tampil dengan menawarkan pendekatan terhadap kehidupan sosial yang jauh lebih bervariasi ketimbang Marx.

 

Sumber:

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Susanto, Phil Astrid. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Bina Cipta

http://alfinnitihardjo.ohlog.com/tindakan-sosial.oh112675.html

Dede Fauziah_Jurnalistik 1A

Max Weber
 
            Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864 dan meninggal pada tahun 1920. Sepeninggalnya, ia meninggalkan karya-karya yang melimpah –namun kering- jika dikaitkan dengan metodologi ilmu pengetahuan sosial, sejarah ekonomi, sosiologi agama dan sebagainya. Karya ilmiahnya yang besar yaitu Économie et Société (Ekonomi dan Masyarakat). Berikut akan dijelaskan tentang tindakan sosial dan rasionalisasi menurut Max Weber.
 
A.      Tindakan Sosial
      Bagi Weber, sosiologi mula-mula adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Ia menolak determinisme seperti yang dikhotbahkan oleh Marx dan Durkheim yang mengurung manusia dalam sebuah jaring paksaan sosial yang tidak disadari. Weber menganggap bahwa paksaan dan determinisme itu bersifat relatif. Yang ada bukanlah hukum yang absolut, melainkan tendensi-tendensi yang selalu memungkinkan terjadinya suatu kebetulan dan pada keputusan individual. Ia yakin bahwa masyarakat adalah produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional. Jadi menjelaskan tentang sosial berarti harus menyadari cara manusia mengorientasikan tindakannya. Langkah ini disebut dengan sosiologi "komprehensif". Weber berucap bahwa "Yang kita  maksudkan dengan sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interpretasi atas aktivitas sosial".
 
B.   Rasionalisasi
              Dengan penampilannya yang mirip sesuatu yang sederhana dan bersifat tetap, istilah rasionalisasi sebenarnya mengandung tiga dimensi yang berbeda, yaitu kalkulasi strategis, universalisasi, dan spesialisasi fungsi-fungsi sosial. Dengan berbekal perangkat metodologis berupa langkah komprehensif dan metode "tipe-ideal", Weber menyadari adanya beragam studi komparatif menyangkut bentuk-bentuk hukum, tipe agama, cara organisasi ekonomi dan politik. Menurut sang penulis Économie et Société ini "rasionalisasi kehidupan sosial" menjadi ciri paling signifikan masyarakat modern. Webwe menjelaskan tiga tipe besar aktivitas manusia, yaitu :
              -tindakan tradisional yang terkait dengan adat-istiadat
              -tindakan afektif yang digerakkan oleh nafsu.
-tindakan rasional yang merupakan alat (instrumen),ditujukan ke arah nilai atau tujuan yang bemanfaat dan berimplikasi pada kesesuaian antara tujuan dengan cara. Strategi termasuk dalam kategori ini. Strategi ini bersifat rasional dalam hal penyesuaian efektivitas tindakan yang lebih baik dan diarahkan ke tujuan materiil atau diorientasikan lewat nilai-nilai.
              Menurut weber, tindakan sosial menjadi ciri masyarakat modern : yaitu mewujudkan dirinya sebagai pengusaha kapitalis, ilmuwan, konsumen atau pegawai yang bekerja/bertindak sesuai dengan logika tersebut. Sekalipun demikian, Weber menegaskan bahwa "jarang sekali aktivitas terutama aktivitas sosial yang hanya berorientasi pada salah satu jenis aktivitas saja (...). Jenis-jenis aktivitas itu hanya berupa tipe-tipe murni yang dibangun untuk tujuan riset sosiologi. Aktivitas rill itu kurang lebih sebanding dan –lebih sering- berkombinasi. Produktivitas (fécondité), menurut hemat saya, menyebabkan munculnya kebutuhan untuk membangun (aktivitasnya)."
              Contoh dari rasionalitas dalam kehidupan sehari-hari misalnya :
a. Tindakan Sosial : Seseorang ingin mendapatkan nilai yang baik maka dia harus belajar.
b. Tindakan Tradisional : Seseorang telah terbiasa makan menggunakan tangan kanan.
c. Tindakan Afektif : Seseorang yang sedang marah atau emosi akan secara spontan mengungkapkan kemarahannya tanpa berpikir panjang.
Dalam karyanya yang terkenal, yaitu Éthique protestante et l'esprit du capitalisme (Etika Protestan dan Jiwa Kapitalisme), Weber menunjukkan bahwa rasionalisasi tindakan hidup sehari-hari seperti yang dipuji oleh para pendiri agama Protestan ternyata mendukung perkembangan kapitalisme.




Cari Blog Ini