Senin, 29 September 2014

Tugas3_Dinda Tiara Alfianti_1112051000102_KPI 5D

ETIKA TERAPAN
            Etika terapan merupakan kepedulian terhadap etika yang lebih mendalam dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik. Kira-kira empat dasawarsa terakhir perhatian terhadap filsafat moral (etika) berubah drastis.
            Etika terapan (applied ethics) sama sekali bukan hal yang baru dalam sejarah filsafat moral. Sejak Plato dan Aristoteles, etika merupakan filsafat praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Sifat praktis ini bertahan selama seluruh sejarah filsafat. Dalam abad pertengahan, Thomas Aquinas melanjutkan tradisi filsafat praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi moral.
a.    Bidang yang Menjadi Garapan Etika Terapan Saat Ini
Etika terapan dalam masyarkat modern sekarang ini cenderung disibukkan dengan banyak persoalan yang penting dan mendesak. Ada lima cabang etika terapan yang paling mendapat banyak  perhatian masa sekarang ini, yaitu:
            1.Etika kedokteran
            2.Etika bisnis
            3.Etika tentang perang-damai
            4.Etika lingkungan hidup
            5. Etika profesi
·       Etika Profesi
            Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
·       Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijaksanaan, institusi, dan perilaku bisnis (velasquez). Pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (muslich).
·       Etika Jurnalis
ada tiga argumen yang patut dikemukakan untuk mengambil posisi di industri jurnalistik era milenium global saat ini, yaitu:
1. Jurnalistik harus dipandang sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai sebagai alternatif profesi atau pilihan kerja. Jika tidak pun, keterampilan jurnalistik tetap bersifat produktif sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang kerja lainnya sebagai nilai tambah.
2. Jurnalistik telah berkembang pesat dan menjadi industri atau bisnis-komersial. Kita perlu ikut ambil bagian dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas jurnalistik yang ada dan terus berlangsung. Euforia dan kebebasan jurnalistik yang sudah ada sekarang perlu dikawal secara lebih bertanggung jawab.
3. Jurnalistik hadir tidak untuk menyesatkan, melainkan untuk memberdayakan masyarakat dan karenanya setiap kita perlu menjadi subjek yang terlibat aktif dalam mengamati perkembangan industri jurnalistik, termasuk menjadi pengguna produk jurnalistik yang cerdas dalam mencerna informasi.
 
b. Pendekatan Etika Terapan
Etika terapan mesti bekerjasama dengan disiplin-disiplin ilmu-ilmu lain. Kerjasama ini mutlak diperlukan, karena dia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama sekali diluar keahliannya. Seorang etikawan akan sulit baginya memberikan pertimbangan moral yang dapat dipertanggungjawabkan untuk suatu masalah medis yang sama sekali tidak dimengertinya dengan baik. Dia membutuhkan penjelasan atau ulasan yang memadai dan lengkap mengenai pilihan-pilihan tindakan medis beserta berbagai argumen dibelakangnya. Dan ini hanya akan diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang itu.
1. Pendekatan multidisipliner
Perlu dibedakan antara pendekatan multidisipliner dan pendekatan interdisipliner. Keduanya sama-sama merupakan pendekatan yang membuka pemahaman yang lebih luas dan mendalam atas suatu masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping yang lain. Setiap ilmuwan dari satu disiplin ilmu akan berusaha memberi penjelasan yang dapat dipahami juga oleh ilmuwan dari bidang lain.
       Multidisipliner merupakan usaha menyoroti suatu masalah tertentu dari berbagai seginya. Dalam melakukan hal ini perspektif setiap ilmu tetap dipertahankan dan tidak harus melebur dengan perspektif ilmiah yang lainnya. Disini tidak tercapai suatu pandangan terpadu, yang memang tidak dimaksudkan disini. Yang dihasilkan hanyalah pendekatan dari berbagai arah yang dipusatkan pada tema yang sama. Sedangkan pendekatan Indisipliner dijalankan dengan lintas disiplin dimana semua ilmu yang ikut serta meninggalkan pandangan yang menyeluruh. Hasil yang diperoleh  dari kerjasama ini adalah suatu produk yang melampaui segi ilmiah masing-masing peserta. Dalam kenyataannya inter disiopliner agak sulit dilaksanakan. Dan walaupun pendekatan multidisipliner juga bukan hal yang tidak sulit namun pendekatan itu lebih realistis dilaksanakan.
 
2. Pentingnya pendekatan kasuistik
Pendekatan kasuistik yang dimaksud adalah usaha memecahkan kasus-kasus konkrit dibidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum . Pembahasan kasus merupakan cara yang sangat cocok dalam etika terapan, dan mengungkapkan sesuatu tentang kekhususan argumentasi dalam etika. Pendekatan kasuistik diakui sebagai metode yang efisien untuk mencapai kesepakatan di bidang moral. Biasanya, kalau dimulai dari teori akan sulit mencapai suatu kesepakatan. Penalaran moral memang berbeda dengan penalaran matematis, yang selalu dilkukan dengan cara yang sama, kapan saja dan dimana saja, tak terpengaruh oleh faktor-faktor dari luar.
c. Metode Etika Terapan
Etika terapan bukanlah suatu pendekatan ilmiah yang pasti seragam. Etika terapan tidak menyediakan metode siap pakai yang biasa dimanfaatkan begitu saja oleh setiap orang yang berkecimpung di bidang ini. Variasi metode dan variasi pendekatan pasti cukup besar di dalamnya. Namun demikian, terdapat empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan, betapapun besarnya variasi yang dapat ditemui di dalamnya. Dan kalau dikaji lebih dalam, maka sebenarnya keempat unsur ini akan selalu mewarnai pemikiran etis. Artinya, siapa saja yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem-problem etis – juga di luar kerangka etika terapan yang resmi – akan mempunyai empat unsur ini. Kempat unsur yang dimaksud adalah:
1. Sikap Awal
Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap statu hal atau masalah yang dihadapinya. Sikap moral berupa sikap awal ini bisa pro atau kontra atau juga netral, masalah bisa tak acuh, terhadap sesuatu. Sikap awal ini pada umumnya merupakan sikap yang Belum direfleksikan. Artinya, orang Belem memikirkan mengana dia bersikap demikian terhadap masalah itu. Sikap awal ini terbentuk oleh macam-macam faktor yang ikut memainkan peranan dalam hidup seorang manusia, seperti: pendidikan, agama, kebudayaan, watak seseorang, pengalaman pribadi, media massa, kebiasaan, dan lain-lain. Umumnya sikap awal ini orang pertahankan tanpa memikirkannya lebih dalam lagi sampai saat dia berhadapan dengan suatu peristiwa atau keadaan yang menggugah refleksinya. Refleksi yang dilakukan selanjutnya dapat saja mengubah sikap awal tadi atau malah semakin meneguhkannya
2. Informasi. 
Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi, yang tentu mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Kita butuh informasi penting dan obyektif mengenai sesuatu hal, dengannya kita bisa mengetahui dengan lebih baik tentang sesuatu yang sedang kita hadapi. Tanpa informasi yang memadai, maka sikap moral kita terhadap sesuatu sulit dipertanggungjawabkan. Kita butuh informasi yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya, yang memiliki keahlian dan punya wawasan yang luas. Kalau informasi penting tidak kita dapatkan, maka sikap moral hanya didasarkan atas asumsi-asumsi pribadi, diatas pemikiran subyektif dan bahkan sangat emosional saja. Pentingnya mendapatkan informasi yang memadai merupakan salah satu alasan mendasar mengenai etika terapan harus dijalankan dalam konteks verja sama multidisipliner, berbagai infornasi penting yang Sangat kita butuhkan sebagai landasan obyektif pembentukan sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan, dapat kita peroleh.
3. Logika berpikir
Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan berpikir logis-rasional. Ini diperlukan bagi setiap usa pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Penerapan prinsip logis-rasional dapat memperlihatkan hubungan antara kesimpulan dengan premis-premis  yang mendahuluinya, dan apakah kesimpulan yang diambil  dapat tahan uji jika diperiksa secara iritis menurut aturan-aturan logika. Logika juga dapat menunjukan kesalahan-kesalahan penalaran deserta inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi. Penggunaan pemikiran logis-rasional juga sangat diperlukan dalam melakukan perumusan  yang tepat mengenai batasan yang jelas atas topik yang sedang dibicarakan. Diskusi tentang topik-topik etis seringkali menjadi kacau karena tidak dirumuskan dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan topik tersebut, sehingga para peserta diskusi mungkin memaksudkan beberapa hal yang berbeda.
d. Relasi Etika dan Filsafat
             Hubungan antara Etika dan Filsafat adalah bahwa etika merupakan salah satu hal yang dihasilkan dari adanya filsafat. Seperti definisi diatas, filsafat berkaitan dengan pandangan hidup manusia akan suatu kebenaran. Dan dalam definisi etika dikatakan bahwa etika berhubungan dengan moral manusia dan tingkah laku yang  sopan dan santun. Jadi filsafat menghasilkan etika dan dibenarkan bahwa etika itu ada dalam diri manusia dan seharusnya dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupannya sebagai pedoman dalam pergaulan dilingkungannya. Jadi hubungan antara etika dengan filsafat sangat erat. Jika tidak ada filsafat maka etika pun juga tidak akan terbentuk.

Tugas_2- Milki Amirus Sholeh- 1112051000138

A.    Bidang garapan etika terapan profesi
a. Etika terapan kedokteran
etika dalam kedokteran merupakan bagian pokok acuan bagi seorang dokter untuk melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, bagi setiap dokter harus melaksanakan pekerjaanya sebagai pelaksana dalam memberikan pelanan mutu kepada masyrakat yang berobat. Dalam hal ini, pelanan dan perilaku yang dilakukan oleh seorang dokter menjai petunjuk bagaimana dia menjalankan profesi demikian sesua dengan petunjuk yang ada.
 b. Hakim sebagai salah satu profesi yang lebih berperan sebagai salah seorang yang mempu mengambil kebuijakan keputusan yang ditopang dari sebuah aturan. Oleh karenanya, seorang hakim harus mampu untuk bisa benar sungguh-sungguh bagaimana keaddilan ditunjukkan. Hakim sebagai penengah juga berfungsi sebagai seorang yang faham akan meletakkan sesuatu sesuai porsinya sebagai pengadil.
c. Jurnalis merupakan profesi yang melakukan pelupan dengan menghimpun berita guna diambil kebenarnay untuk disampaikan kedepan khalayak. Walaupun pekerjaan tulis menulis dan penerbitan demikian terlihat gampang, tetapi setiap jurnalis juga harus bisa mematuhi aturan dirinya untuk tidak melakukan kebohongan serta melaksanakan apa yang sudah tertulis di dalam Kode Etik jurnalistik yang mengikat setiap profesi jurnalis.
B.     Pendekatan etika terapan:
Pendekatan dalam  etika praktis etika keprofesian mestinya dilihat sebagai ilmu yang bisa digunakan , konsep teortis yang digunakan di dalamnya harus beragam misalnya pragmatis maupun secara utilitaritis dan deontologis.
Pragmatis memandang etika profesi sebagai pragmatis berarti melihat bagaimana kegunaan itu memiliki makna bagi seorangg professional melalui tindakan yang positif yang berupa pelayanan terhadap klien, pasien, atau pemakai jasa. Sejalan dengan kegunaan preagmatis, maka kegunaan yang bersifat utilitaris akan sangat bermanfaat apabila dapat menghasilkan perbuatan yang baik. Seorang arsitek akan mendapat kebahagian apabila rancangan bangunannya dipakai oleh seseorang dan diterapkan dalam pembuatan rumahnya dan pada akhirnya orang itu merasa puas atas desain rumahnya.
 
Metode yang untuk melakukan peninjauan untuk etika praktis dilihat bagaiman kegunaanya dari segi-segi diatas mestinya, kita juga melihat bagaimana kemudian seseorang melakukan fungsi etikaterapan baik dari sisi ragmatis, utilitarian sehingga untuk memunculkan kesimpulan bagaimana etika teriapan dilihat dari saluran tersebut ada.Dalam hal ini ada sebuah pertimbangan  moral pada umumnya. Terdiri dari empat unsur yang dimaksudkan yaitu:
1.                     Dari sikap awal menuju refleksi
Tahapan ini merupakan salah satu awal yang menunjukkan permasalahan etis bagi seseorang, tetapi hatus dimulai dengan penglihatan dan pengamatan akan sesuatu yang mengandung persoalan problematis, sehingga tanggpanya beragam ada yang setuju atau ada yang menolaknya. Tergantung sejauh mana seseorang tersebut melihat permasalahan.
2.      Informasi
Dalam memahami persoalan problematis untuk melihat nya, maka kehadiran informasi jelasnya indikator yang cukup berpengaruh dalam persolan demikian hal ini disebabkan informasi menambah gambaran serta masukan bagi seseorang melihat seobjektif mungkin.
3.      Norma-norma Moral
Norma-norma merupakn moral yang sudah berlaku dari awal sehingga relevan dan bukan terbentuk di kemudian. Serta sudah diterima dalam sebuah kesepakan oleh masyarakat.
 
4.           Logika
Logika dapat menunjukkan kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barang kali terjadi dalam argumenttasi. Logika juga memungkinkan kita untuk menilai definisi dan klasifikasi yang dipakai dalam argumentasi.

TUGAS 2 NATASHA ANISSA

NATASHA  ANISSA

1112051000114

KPI 5D

TUGAS_2

 

ETIKA II

Etika terapan adalah sikap awal yang bisa pro atau kontra atau juga netral , malah bisa tak acuh, tapi bagaimanapun mula – mula sikap ini dalam keadaan belum di refleksikan.

Sikap awal ini terbentuk karena bermacam – macam factor yang memainkan peranan dalam hidup seorang manusia seperti pendidikan, kebudayaan, agama, pengalaman pribadi, media massa dan lain- lain.

Dua wilayah besar yang disoroti etika terapan

Dua wilayah besar yang disoroti atau mendapat perhatian khusus dan serius di dalamnya, yakni wilayah profesi dan wilayah masalah. Etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dan sebagainya, merupakan wilayah profesi. Penggunaan tenaga nuklir, pembuatan, pemilikan, penggunaan senjata nuklir, pencemaran lingkungan hidup, diskriminasi ras merupakan wilayah masalah. Cabang etika terapan yang paling banyak mendapat perhatian dalam zaman kita sekarang ini dapat disebut dari sudut/wilayah profesi, yakni: etika kedokteran dan etika bisnis. Dari wilayah masalah masalah dapat disebut: etika tentang perang dan damai dan etika lingkungan hidup

Kode etik profesi

Profesi adalah suatu moral community yang memiliki cita – cita dan nilai – nilai bersama. Kode etik ibarat kompas yang menunjukan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat. Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan sebab dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu yaitu profesi.

A.     Sumpah Hippokrates : dokter Yunani kuno yang digelari "bapa ilmu kedokteran" dan hidup dalam abad ke-5 SM.

Sebagai contoh konkret dibeberapa Negara hubungan para dokter dan industry farmasi diatur dengan kode etik.

Etika terapan mesti bekerjasama dengan disiplin-disiplin ilmu-ilmu lain. Kerjasama ini mutlak diperlukan, karena dia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama sekali diluar keahliannya.

1.      Pendekatan multidisipliner

usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping yang lain. Setiap ilmuwan dari satu disiplin ilmu akan berusaha memberi penjelasan yang dapat dipahami juga oleh ilmuwan dari bidang lain. Multidisipliner merupakan usaha menyoroti suatu masalah tertentu dari berbagai seginya.

2.      Pendekatan indisipliner

dijalankan dengan lintas disiplin dimana semua ilmu yang ikut serta meninggalkan pandangan yang menyeluruh. Hasil yang diperoleh  dari kerjasama ini adalah suatu produk yang melampaui segi ilmiah masing-masing peserta.

Pentingnya pendekatan kasuistik

Pendekatan kasuistik yang dimaksud adalah usaha memecahkan kasus-kasus konkrit dibidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum . Pembahasan kasus merupakan cara yang sangat cocok dalam etika terapan, dan mengungkapkan sesuatu tentang kekhususan argumentasi dalam etika.

Metode Etika Terapan

Etika terapan bukanlah suatu pendekatan ilmiah yang pasti seragam. Etika terapan tidak menyediakan metode siap pakai yang biasa dimanfaatkan begitu saja oleh setiap orang yang berkecimpung di bidang ini. siapa saja yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem-problem etis – juga di luar kerangka etika terapan yang resmi – akan mempunyai empat unsur ini. Kempat unsur yang dimaksud adalah:

a.       Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap statu hal atau masalah yang dihadapinya.

b.      Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi, yang tentu mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Kita butuh informasi penting dan obyektif mengenai sesuatu hal, dengannya kita bisa mengetahui dengan lebih baik tentang sesuatu yang sedang kita hadapi.

c.       Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan berpikir logis-rasional. Ini diperlukan bagi setiap usa pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

Etika dan Filsafat menurut saya adalah bahwa etika merupakan salah satu hal yang dihasilkan dari adanya filsafat.  Filsafat berkaitan dengan pandangan hidup manusia akan suatu kebenaran. Dan dalam definisi etika dikatakan bahwa etika berhubungan dengan moral manusia dan tingkah laku yang  sopan dan santun.


Daftar pustaka :

kelompok-e.freetzi.com/utscb.doc

K.Bartens,Jakarta;Gramedia,1993:Etika

Thabitha Dhiraja/KPI 5E/Etika dan Filsafat Komunikasi/Tugas 2

Nama : Thabitha N Dhiraja

NIM : 1112051000141

Kelas : KPI 5E

Tugas 2 Etika dan Filsafat Komunikasi

 

A.     Bidang yang Menjadi Garapan Etika Terapan

Banyak topik yang dibahas dalam etika terapan dan sebagai salah satu yang menyoroti nya adalah etika terapan pada profesi. Sebagai contoh tentang etika yang membahas profesi dapat disebut seperti: Etika kedokteran, Etika politik, Etika bisnis, dsb. Etika kedokteran sering dimengerti dengan cara yang lebih luas daripada pembahasan tentang pekerjaan dokter saja, cakupan lebih luas ini tercemin dalam nama nama baru untuk cabang etika terapan tersebut, seperti "etika biomedis" dan "bioetika"

Cara lain untuk membagikan etika terapan adalah membedakan antara makroetika dan mikroetika. Makroetika membahas masalah masalah moral pada skala besar, artinya masalah masalah ini menyangkut suatu bangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia. Mikroetika membicarkan pertanyaan pertanyaan etis dimana individu terlibat, seperti kewajiban dokter terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara terhadap rahasia kliennya. Kadang kadang di antara makroetika dan mikroetika disisipkan lagi jenis etika terapan yang ketiga yaitu mesotika, yaitu menyoroti masalah masalah etis yang berkaitan dengan suatu kelompok atau profesi misalnya kelompok ilmuwan, profesi wartawan, dsb.

Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyrakat dengan ketertiban penuh dengan keahlian sebagai pelayan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

B.     Pendekatan Etika Terapan

Praktis

Etika terapan hendaknya dilihat sebagai ilmu yang bersifat praktis. Oleh karena itu kajiannya etika profesi tidak meninggalkan segi atau landasan teoritisnya. Etika profesi memiliki sifat yang yang mementingkan tujuan perbuatannya dan kegunaannya, baik secara pragmatis maupun secara utilitaristis dan deontologis.

Pragmatis

Pendekatan pragmatis ialah tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi pokok sistem dan informasi. Komponen komponen khas dalam perspektif ini dimulai dengan perilaku orang orang yang terlibat dalam komunikasi. Karena itu satuan komunikasi yang paling mendasar adalah tindak perilaku atau tindak yang dijalankan secara verbal atau nonverbal oleh seorang peserta dalam peristiwa komunikatif.

Moralis

            Di dalam penerapannya atau dalam dunia kerja, seorang profesional harus dibimbing oleh norma moral, yaitu norma yang mewajibkan tanpa syarat (begitu saja) tanpa disertai pertimbangan lain.

C.     Metode Etika Terapan

Etika terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam. Dalam etika terapan, variasi metode dan variasi pendekatan pasti besar sekali. Terdapat empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperan dalam etika terapan. Empat unsur tersebut adalah berikut:

1.      Dari sikap awal menuju refleksi

2.      Informasi

3.      Norma-norma moral

4.      Logika berfikir

D.      Relasi Etika dan Filsafat

Etika dapat diartikan sebagai "Sesuatau hal yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusiam, yang melekat dalam diri manusia, yang bersifat sebagai sesuatu sikap atau tingkah laku manusia yang sopan dan sesuai dengan moral kehidupan, dan menjadi salah satu pedoman manusia dalam kehidupnannya. Filsafat adalah suatu ilmu tentang pandangan hidup manusia yang bertujuan dalam pencarian kebenaran yang didalamnya mengandung unsur kebijaksanaan, dan menjadi dasar dari setiap ilmu-ilmu yang lain.

Jadi, hubungan antara etika dan filsafat menurut saya adalah bahwa etika merupakan salah satu hal yang dihasilkan dari adanya filsafat. Seperti definisi sebelumnya, filsafat berkaitan dengan pandangan hidup manusia akan suatu kebenaran. Dan dalam definisi etika dikatakan bahwa etika berhubungan dengan moral manusia dan tingkah laku yang sopan dan santun. Jadi filsafat menghasilkan etika dan dibenarkan bahwa etika itu ada dalam diri manusia dan seharusnya dimiliki oleh setiap manusia dalm kehidupannya sebagai pedoman dalam pergaulan. Jadi hubungan antara etika dan dengan filsafat sangat erat. Jika tidak ada filsafat maka etika pun juga tidak akan terbentuk.

 

tugas 2_Syifa Fauziah Syukur_KPI 5 D

Nama   : Syifa Fauziah Syukur

NIM    : 1112051000105

Kelas   : KPI 5 D

 

Etika Terapan Profesi Jurnalistik

Pada pembahasan kali ini saya akan membahas etika terapan profesi jurnalistik. Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya. Etika jurnalistik ini penting. Pentingnya bukan hanya memelihara sdan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis yang bersangkutan, melainkan juga untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan mereka dari tindakan atau perilaky keliru jurnalis yang bersangkutan.[1]

Di Indonesia, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), sebagai salah satu organisasi profesi jurnalis, telah merumuskan Kode Etik sendiri. AJI bersama sejumlah organisasi jurnalis lain bersama-sama telah menyusun Kode Etik Jurnalistik, yang diharapkan bisa diberlakukan untuk seluruh jurnalis Indonesia. Adapun beberapa Kode Etik yang harus dipatuhi jurnalis diantaranya adalah sebagai berikut :

·         Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.

·         Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.

·         Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.

·         Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.

·         Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.

·         Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto, dan dokumen.

·         Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo; dsb.[2]

Pendekatan Etika Terapan

Etika terapan dibagi menjadi: makroetika, mikroetika dan mesoetika.

1.      Makroetika: membahas masalah moral skala besar (etika bisnis, etika kerja kerja, etika rekayasa teknologi, etika social, etika politik, dsb).

2.      Mikroetika: etika yang membahas tentang kasus-kasus dengan memperhatikan kondisi obyektif, (norma, nilai, aturan, sikap orang, dan budaya).

3.      Mesoetika: membahas tentang maslah etika kelompok/profesi (dokter, pengacara, jurnalis, dll).

 

Hubungan Filsafat dan Etika

            Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, aturan-aturan dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran, suatu persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangannilai untuk melaksanakan hubungan-hubungan kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan tentang apa yang buruk atau baik untuk memutuskan bagaimana seorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya.

Florence Kluckholn, mengidentifikasikan sejumlah orientasi nilai yang tampaknya berkaitan dengan masalah kehidupan dasar:

1.      Manusia berhubungan dengan alam atau lingkungan fisik, dalam arti mendominasi, hidup dengan atau ditaklukan alam.

2.      Manusia menilai sifat/hakikat manusia sebagai baik, atau campuran antara baik dan buruk.

3.      Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan dating.

4.      Manusia lebih mwnyukai aktivitas yang sedang dilakukan, akan dilakukan atau telah dilakukan.

5.      Manusia menilai hubungan dengan orang lain, dalam kedudukan yang langsung, individualistis, atau posisi yang sejajar.[3]

 

Metode Etika Terapan

1.      Menggunakan pendekatan yang bersifat multidisipliner.

2.      Menggali informasi selengkap-lengkapnya.

3.      Memperhatikan berbagai norma yang berlaku.

4.      Menggunakan logika dalam analisanya.

 



[1] Wahyu Wibowo, Menuju Jurnalisme Beretika, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

[2] Lampiran Kode Etik dalam Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

[3] Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana, 1009.

Cari Blog Ini