Nama : Syifa Fauziah Syukur
NIM : 1112051000105
Kelas : KPI V D
Moral dan Etika
Yang dimaksud dengan moral adalah ajaran-ajaran, kumpulan peraturan dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber dasarajaran tersebut adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran-ajaran agama atau ideology-ideologi tertentu.
Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan moral. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.[1]
Amoral dan Immoral
Immoral dan amoral sering tercampur aduk, bahkan di media masa pun sering salah menggunakannya. Kedua kata itu berasal dari bahasa Inggris, yakni amoral dan immoral.
amoral = tidak terkait dengan moral, non-moral.
Contoh: menyiram tanaman itu amoral → menyiram tanaman tidak terkait dengan moral.
immoral = bertentangan dengan moral yang baik.
Contoh: mencuri itu immoral → mencuri itu bertentangan dengan moral yg baik.
Perbedaan Etika dan Etiket
1. Etika tidak terbatas pada cara yang dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan, ya atau tidak.
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
2. Etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata. Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Apabila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
3. Etika jauh lebih absolut.
Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Moralitas
Menurut Immanuel Kant moralitas adalah hal kenyakinan serta sikap batin dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum negara, hukum agama atau hukum adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan jika, kriteria mutu moral dari seseorang adalah hal kesetiaannya terhadap hatinya sendiri.
Subyektif
Subjektif adalah lebih kepada keadaan dimana seseorang berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera orang. Sedangkan objektif sikap yang lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya, tapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi. Dengan didukung dengan fakta/data. Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi seseorang untuk berpandangan terhadap suatu masalah. Tidak ada suatu batasan yang jelas antara penilaian dengan secara subjektif dengan objektif. Cara yang bisa digunakan untuk menilai keobjektifan adalah dengan mencoba membandingkan buah penilaian beberapa orang. Jika hasilnya sama persis atau cenderung sama, maka bisa disebut penilaiannya bersifat objektif.
Perbedaan Etika Deskriptif, Etika Normatif, dan Metaetika
Etika Deskriptif (descriptive ethics) Secara normatif menjelaskan secara moral deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam tingkah laku manusia. Etika Normatif (normative ethics) Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia. Metaetika (metaethics) Merupan etika yang berusaha meberikan arti istilah dan bahsa yang di pakai dalam pembicaraan etiaka , serta cara berfikir yang di pakai un tuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Menurut Plato dan Socrates Dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat antara kebaikan moral dan peresonaliti yang sehat.
Hakikat Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat, etika lahir dari filsafat.
[1] Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius), 1987, hlm. 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar