Etika Terapan
Etika terapan (applied ethics) sama sekali bukan hal yang baru dalam sejarah filsafat moral. Sejak Plato dan Aristoteles, etika merupakan filsafat praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Sifat praktis ini bertahan selama seluruh sejarah filsafat. Dalam abad pertengahan, Thomas Aquinas melanjutkan tradisi filsafat praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi moral.
A. Bidang Garapan Etika Terapan
Etika terapan dapat menyoroti suatu profesi atau suatu masalah. Sebagai contoh tentang etika terapan yang membahas profesi dapat disebut etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dan sebagainya.
Jika ditanyakan yang mana dari cabang-cabang etika terapan ini mendapat paling banyak perhatian pada zaman kita sekarang, barangkali perlu disebut empat cabang berikut ini, dua diantaranya menyangkut profesi dan dua lagi mengenai masalah etika kedokteran, etika bisnis, etika tentang perang dan damai (termasuk di dalamnya masalah persenjataan nuklir), dan etika lingkungan hidup.
Cara lain untuk membagikan etika terapan adalah membedakan antara makroetika dan mikroetika. Makroetika membahas masalah-masalah moral pada skala besar, artinya masalah-masalah ini menyangkut suatu bangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia. Mikroetika membicarakan pertanyaan-pertanyaan etis di mana individu terlibat, seperti kewajiban dokter terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara terhadap kliennya. Diantara makroetika dan mikroetika disisipkan lagi jenis etika terapan yang ketiga, yaitu mesoetika. Mesoetika menyoroti masalah-masalah etis yang berkaitan dengan suatu kelompok atau profesi.
B. Pendekatan Etika Terapan
1. Pendekatan Multidisipliner
Salah satu ciri khas etika terapan sekarang ini adalah kerja sama erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Etika terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama sekali di luar keahliannya. Pendekatan Multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu di samping yang lain.
2. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan interdisipliner jauh lebih sulit untuk dilaksanakan. Pendekatan interdisipliner adalah kerja sama antara beberapa ilmu tentang tema yang sama dengan maksud mencapai suatu pandangan terpadu.
C. Metode Etika Terapan
Dalam etika terapan, variasi metode dan variasi pendekatan pasti besar sekali. Di sini kami menyebut empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan, berapapun besarnya variasi yang dapat ditemui disini. Empat unsur yang dimaksudkan disini adalah: sikap awal, informasi, norma-norma moral, dan logika.
D. Relasi Etika dan Filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi: Metafisika, Kosmologia, Logika, Etika, Teologi. Etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian dari filsafat, tetapi karena ilmu tersebut kian meluas dan berkambang, akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri. (Alfan: 2011)
Daftar pustaka
K.Bertens, Etika, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar