- Definisi Filsafat
Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Senin, 06 Oktober 2014
lidya ismawatieKPI C tugas 3
Thabitha Dhiraja_Etika dan Filsafat Komunikasi_Tugas3
ardiansyah Fadli_KPI5C Tugas3_
Ardiansyah Fadli_KPI5C Tugas2_
Ardiansyah Fadli_Tugas1__KPI5C
Nur syamsiyah_Pmi 3_tugas 4_Relasi Produktif dan Non-Produktif di Perkotaan
Syifa Maulidina Tugas 3: Filsafat
_Ahmad Hilman Zulfahmi_KPI 5E Tugas 3
DEFINISI FILSAFAT
"... is derived from the composite Greek noun philosophia means the
love of pursuit wisdom." (Encyclopedia Britannica 1970:864)
Poedjawijatna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa
filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya, sejauh
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu
Tugas3_Jauza Hibatulloh Majiid-KPI5C
SITI AISYAH KPI 5E TUGAS 3 FILSAFAT/
Wiji Lestari tugas ke 3 filsafat KPI 5C
Nurul Hidayanti/ KPI 5d/ etika 3/
Tugas ke-3_Umu Kulsum_KPI 5D
aditiya awaludin_Tugas 4_PMI 3_Relasi produktif dan tidak produktif masyarakat kota
bungawati_PMI 5_ 1112054000032_ tugas demografi 3
kerja, pengangguran dan kesempatan kerja.
A. Angkatan Kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Baik
yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Menurut ketentuan pemerintah indonesia, penduduk yang sudah memasuki
usia kerja adalah berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Akan
tetapi tidak semua penduduk yang memasuki usia kerja termasuk angkatan
kerja. Sebab penduduk yang tidak akif dalam kegiatan ekonomi tidak
termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
TUGAS 3 ABITU ROHMANSYAH
TUGAS KE-3 IMAS HAYATI NUFUS KPI 5E
TUGAS KEDUA IMAS HAYATI NUFUS KPI 5 E
TUGAS 3 Sukmana Galih Maulana_FILSAFAT
(Definisi, Unsur – unsur, Metode, dan hakikat)
TUGAS KE3 IMAS HAYATI NUFUS KPI 5E
Much Mugni Noorrachman KPI 5D Filsafat
Much Mugni Noorrachman KPI 5D Tugas II “Etika Terapan"
Dani Perdana/ KPI 5D/ tugas etika 3/
Khairul Anam-PMI 5- Demografi
Jumlah angkatan kerja
Ret partisipasi angkatan kerja (RPAK) = ------------------- x 100
Penduduk 15-64 tahun
|
Tugas 3 (Sholahul Imani El Azmi KPI 5D)
tugas 3 m hamzah hasbi kpi 5c
Tugas 3_Aulia Ulfa (1113054000020)PMI3_ Relasi-Relasi Produktif dan Tidak Produktifya Masyarakat Perkotaan
Nurlaila_1112054000027_PMI 5
Ferdy Rizky S_1112051000140_Tugas Etika 3
- Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
- Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
- Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai "ibu dari semua seni "( the mother of all the arts" ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Ferdy Rizky S KPI 5E Filsafat
- Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Lilis Okviyani_PMI V_tugas ke-3_demografi
Tugas Ke 3 Syifa Fauziah KPI 5C
tugas 3_zakiyatun nufus_kpi 5 c_ 1112051000083
MUDILLAH_KPI-5E_TUGASKE3
Tugas 3_Fathimah Azzahra (1112051000125) KPI 5D
Tugas 3_Syifa Fauziah Syukur_KPI 5 D
Definisi Filsafat
Mari kita coba dulu untuk mengetahui bagaimanakah para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mendefinisikan apa itu filsafat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.[1]
· Plato, "filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal".
· Aristoteles, "filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda".
· Al-Kindi, "kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagi filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran yang merupakan sebab dari segala kebenaran".
· Al-Farabi, "filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan untuk menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya".
Secara etimilogis, kata "filsafat" berasal dari gabungan dua kata: philein yang berarti mencintai; dan sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Jadi, dilihat dari asal katanya, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan.
Dalam praktik penggunaannya, istilah "filsafat" digunakan dalam banyak hal untuk menyebut suatu watak yang terdiri dari banyak kategori pula. Misalnya, kita seringkali mendengar perkataan dari teman kita, "Wah, filsafatmu kacau sekali!" Ada juga yang mengatakan, "Saya jijik dengan filsafat politik para politisi kita."
Maka, dalam konteks seperti itu, filsafat dimengerti untuk menunjuk gaya fikiran, kepribadian, dan tindakan yang dianggap sebagai akibat dari filsafat yang dipegang oleh seseorang. Jadi, dalam hal ini filsafat adalah pandangan umum manusia tentang hidupnya, cita-cita, dan nilai-nilainya. Filsafat merupakan interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting dan berarti bagi hidup.[2]
Unsur-unsur Filsafat
Dalam beberapa literatur, di antaranya menurut Jujun S. Suria-sumantri (2003: 33) dan Anna Pudjiadi (1987: 15), secara garis besar,filsafat memiliki tiga bidang kajian utama, diantaranya :
1. Ontologi, yaitu sesuatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya. Contoh: apa itu dakwah?
2. Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran, dari pengalaman panca indra, dari ide-ide, atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai dimana kebenaran pengetahuan kita. Contoh: bagaimana cara berdakwah yang baik?
3. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai, termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan. Contoh: apa manfaat dari berdakwah?[3]
Metode Filsafat
Banyak metode dalam filsafat seperti metode skolastik yang dikembangkan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas. Sebagian ahli ada yang mengelompokkan metode dalam filsafat menjadi tiga macam, yaitu metode sistematis, metode historis, dan metode kritis. Dengan menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karyya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.
Sedangkan metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita ingin membicarakan tokohn filsafat atau filosof Thales, berarti kita membicarakan tentang riwayat hidupnya, pokok ajaran, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai.
Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Di mana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang atau menolak paham atau pendapat dari para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin ia menggunakan pendapatnya sendiri atau dengan menggunakan pendapat para filosof lainnya.[4]
Hakikat Filsafat
1. Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar.
2. Filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetapi juga berbicara makna yang terdapat dibelakangnya (something beyond).
3. Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berfikir radikal.
4. Filsafat adalah kebebasan berfikir terhadap sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hokum keraguan atas segala hal.[5]
[1] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara), 2003, hlm. 67.
[2] Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media), 2011, hlm. 102.
[3] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimoligis, dan Aksiologis), (Jakarta, PT Bumi Aksara), cet ke-2, 2011, hlm. 27.
[4] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimoligis, dan Aksiologis), (Jakarta, PT Bumi Aksara), cet ke-2, 2011, hlm. 13-14.
[5] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2004, Cet Pertama, hlm. 64.