Senin, 06 Oktober 2014

Filsafat: Definisi, unsur-unsur, metode, hakikat.

Nama : Nenden Nelawati
Nim     :1112051000135
Kelas  : KPI 5E

A.    Definisi filsafat
Sebelum kita menarik kesimpulang tentang apakah definisi filsafat itu, maka sebaiknya kita berkelana sejenak dengan beberapa tokoh ilmuan-ilmuan terkemuka seperti di bawah ini.
            Plato (427-347 sebelum masehi) seorang murid dari tokoh Sokrates merumuskan sebagai berikut: "filsafat tidaklah lain dari pengetahuan tentang segala yang ada."
            Al-kindi (384-322) satu-satunya orang arab asli diantara para pilsuf karenanya dia bergelar "al-faylasuf al-arab", menulis tentang filsafat pertama atau metafisika sebagai berikut: "kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi Filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni.[1]
B.     Unsur-unsur filsafat
1.      Epistemologi
Yaitu pentingnya makna dan kebenaran. Pemakaian dan penyebutan, harap diperhatikan bila saya menanyakan makna suatu kata, saya biasannya membubuhkan tanda petik pada kata tersebut. Ini menunjukan bahwa saya menghendaki makna kata yang memakai simbol yang bersangkutan.
Situasi-tanda, baiklah kita definisikan tanda sebagai sesuatu yang merupakan wahana makna. Ada dua jenis tanda, yakni tanda yang rasional dan tanda yang buatan. Analisa terhadap situasi tanda, di dalam situasi-tanda, ada tiga segi yang dapat ditunjukan, yaitu: segi pragmatis, semantik dan sintaksis.
Makna, sejalan dengan ketiga situasi tanda atau situasi makna tersebut terdapat tiga corak makna yang pokok yakni corak pragmatis, semantik dan sintaksis. Makna denotatif dapat diketahui melalui asosiasi. Makna sebagai sesuatu yang dianggap sebagai materi. Santayana berpandangan bahwa esensi atau makna mempunyai kenyataan sendiri, dan kemudian terdapat di dalam materi. Makna sebagai operasi bagi Brigman seorang ahli fisika ia menolak tegas bahwa makna sudah ada sebelumnya. Baginya makna suatu kata terdiri dari seperangkat tindakan-tindakan khusus yang diasosiasikan dengan makna tersebut. Atas dasar itu maka ajarannya dikenal sebagai operasionisme. Makna sebagai konsekuensi. Makna sebagai pengalaman. Makna, pengalaman yang dibentuk oleh akal. Kebenaran, adalah suatu perkataan yang bersifat semantik. Ukuran-ukuran kebenaran  
2.      Ontologi
Menanggapi kenyataan yang terdalam.
Ontologi yang bersahaja, kebanyakan orang setidak-tidaknya mengadakan pembedaan antara barang-barang yang dapat dilihat, diraba yang tidak bersifat kejasmanian atau yang dipahamkan jiwa.
Ontologi kuantitatif dan kualitatif, ontologi dapat mendekati masalah hakekat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Orang dapat mempertanyakan, "kenyataan itu tunggal atau jamak?" yang demikian ini merupakan pendekatan kuantitatif atau orang dapat juga mengajukan pertanyaan "dalam babak terakhir, apakah yang merupakan kenyataan itu?" yang demikian ini merupakan pendekatankualitatif.
ontologi monistik, lama berselang di Yunani kuno, Parmenides mengatakan, kenyataan itu tunggal adanya, dan segenap keanekaragaman, perbedaan serta perubahan, bersifat semu belaka.
3.      Aksiologi (makna nilai)
Makna yang dikandung oleh nilai dan yang baik. Sejumlah penggunaan istilah baik, "ini pisau baik", sudah pasti yang saya maksudkan berbeda dengan apabila saya mengatakan "pisau merupakan sesuatu yang baik" dalam hal ini kesehatan dalam dirinya sudah mengandung unsur kebaikan, sedangkan pisau dikatakan baik karena dapat menjadi alat untuk melakukan sesuatu.
Masalah baik dan masalah nilai,
Filsafat nilai,  aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.[2]
C.    Metode-metode Filsafat
1.      Analisa : ekstensi dan intense. Maksud pokok mengadakan analisa ialah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dan pernyataan-pernyataan yang dibuat. Pemeriksaan ini mempunyai dua segi. Kita berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalm istilah-istilah yang bersangkutan, dan kita menguji istilah-istilah itu melalui penggunannya, atau dengan melakukan pengamatan terhadap contohnya.
2.      Sintesa : filsafat spekulatif sebagai penyusunan sistem. Lawan analisa atau perincian adalah sintesa atau pengumpulan. Maksud sintesa yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Penyusunan sistem. Penyusunan sistem, demikian proses ini sering dinamakan, atau filsafat spekulatif.[3]
D.    Hakekat Permasalahan Filsafat
1.      Filsafat dikatakan suatu ilmu pengetahuan, suatu bentuk pengetahuan. Orang berhubungan dengan kenyataan melalui pengetahuannya, timbullah soal-soal dan usaha-usaha untuk memecahkannya yang merupakan pekerjaan pengetahuan pula.
2.      Obyek pengetahuan kita ialah: semua yang ada. Inilah lapangan filsafat.
3.      Dunia tempat manusia hidup dapat dipersoalkan pula.
4.      Dan terutama:apakah sebenarnya pada hakikat manusia itu? [4]
 
                                 
                                                    


[1] Drs. Burhanudin Salam. Pengantar Filsafat.  (PT. Buni Aksara: Jakarta, 2009), hal. 67-70
[2] Louiso O. Kattsoff. Pengantar Filsafat. (Tiara Wacana Yogya:Yogyakarta, 2004:, hal. 159-319
[3] Louiso O. Kattsoff. Pengantar Filsafat. hal: 18-22
[4] Drs. Burhanudin Salam. Pengantar Filsafat.  hal. 126-128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini