Senin, 06 Oktober 2014

TUGAS KEDUA IMAS HAYATI NUFUS KPI 5 E


Nama   : ImasHayatiNufus                              Kelas   : KPI 5 E
Nim     : 1112051000159                                Tugas   : Kedua
       I.            EtikaTerapan
Salah satu cirri khas etika terapan sekarang ini adalah kerja sama yang erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Etika terapan tidak bias dijalankan dengan baik tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama sekali di luar keahliannya.
    II.            Etika Profesi menurut Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
a.       Etika Kedokteran sekarang sering dimengerti dengan cara lebih luas daripada pembahasan pekerjaan dokter saja, sehingga mencakup semua hal etis yang berkaitan dengan kehidupan. Cakupan luas ini tercermin dalam nama-nama baru untuk cabang etika terapan tersebut, seperti "etika biomedis" dan bioetika". Salah satu Kewajiban dokter ialah memberikan hak-hak pasiennya dengan cermat dan baik.
b.      Etika Hakim : Kode Etik Hakim disebut Kode Kehormatan Hakim. Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Oleh karena itu Kode Kohormatan Hakim memuat tiga jenis etika, yaitu: 1) Etika kedinasan pegawai negeri sipil 2) Etika kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum, dan 3) Etika hakim sebagai manusia pribadi, manusia pribadi anggota masyarakat.
c.       Etika Jurnalis adalah sebuah profesi yang dimana profesi tersebut memiliki etika. Etika seorang jurnalis sudah tersusun rapih dalam sebuah Kode Etik Jurnalis (KEJ).
d.      Etika Pengacara yaitu dimana pengacara memiliki kewajiban terhadap kliennya. Misalnya kewajiban mengatakan yang benar, kewajiban menyimpan rahasia jabatan, dan sebagainya.   
 III.            Pendekatan etika terapan:
1.      Pendekatan Multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping yang lain. Akan tetapi perspektif setiap ilmu tetap dipertahankan dan tidak melebur dengan perspektif-perspektif yang lain.
2.      Pendekatan Interdisipliner adalah kerja sama antara beberapa ilmu tentang tema yang sama dengan maksud mencapai suatu pandangan terpadu.
3.      Kasuistik juga penting bagi etika terapan. Kasuistik dimaksudkan usaha memecahkan kasus-kasus konkret di bidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum.
 IV.            Metode Etika Terapan
Ada empat unsure metode etika terapan :
1.      Dari Sikap Awal Menuju Refleksi  : Dalam usaha membentuk suatu pandangan beralasan tentang masalah apapun, kita tidak pernah bertolak dari nol. Selalu sudah ada suatu sikap awal. Kita mulai dengan mengambil suatu sikap tertentu terhadap masalah bersangkutan. Sikap awal ini terbentuk karena bermacam-macam faktor yang memainkan peranan dalam hidup seorang manusia: pendidikan, kebudayaan, agama, pengalaman pribadi, media massa, watak seseorang, dan banyak hal lain lagi.
2.      Informasi: Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi. Melalui informasi kita dapat mengetahui bagaimana keadaan objektif dari suatu masalah yang dikuasi oleh faktor subjektif.
3.      Norma-norma Moral : Unsur berikutnya adalah norma-norma moral yang relevan untuk topik atau bidang yang bersangkutan. Penerapan norma-norma moral ini merupakan usur terpenting dalam metode etika terapan. Dalam penelitian etika terapan sering kali norma itu harus tampak dulu atau harus membuktikan diri sebagai norma.
4.      Logika: Uraian yang diberikan dalam etika terapan harus bersifat logis juga. Logika dapat memperlihatkan bagaimana dalam suatu argumentasi tentang masalah moral perkaitan kesimpulan etis dengan premis-premisnya dan juga apakah penyimpulan itu tahan uji, jika diperiksa secara kritis menurut aturan-aturan logika. Logika dapat menunjukan kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi.
    V.            Relasi Etika dan Filsafat : Etika membahas mengenai moral dan tingkah laku manusia. Sedangkan filsafat adalah pemikiran mengenai perbuatan yang baik atau buruk, moral yang baik atau buruk dan pandangan hidup manusaia akan sesuatu kebenaran atau keburukan. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa etika dan filsafat berhubungan amat erat.
 VI.            Sumber:
Bertens, K. Etika. (Jakarta; Gramedia PustakaUtama), 1993
Said, Muh. Etik Masyarakat Indonesia. (Jakarta; pradya paramita), 1980
Notoatmodjo, Soekidjo. Etikadan Hukum Kesehatan. (Jakarta; Rineka Cipta), 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini