Sabtu, 13 Oktober 2012

restu mayang tampi jurnalistik 1A

Resume Buku The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism
          Max Weber dalam karya bukunya, The protestant Ethic and Spirit of Capitalism, beliau melacak dampak protestanisme asketis terutama calvinisme terhadap kelahiran semangat kapitalisme. Karya ini hanya bagian kecil dari karya ilmiah lebih besar yang melacak hubungan antar agama dengan kapitalisme modern di sebagian besar belahan dunia. Weber menerangkan bahwa minat paling utamanya adalah lahirnya rasionalisme khas barat. Kapitalisme, dengan organisasi tenaga kerja bebas, pasar terbuka, dan sistem tata buku yang rasional, hanyalah satu komponen dari sistem hukum, politik, seni, arsitektur, sastra, universitas, dan pemerintahan. Weber tidak secara langsungmengaitkan sistem gagasan etika protestan dengan struktur sistem kapitalis namun, beliau cukup puas dengan mengaitkan sistem ekonomi kapitalis dengan sistem gagasan lain, "semangat kapitalisme."  Dengan kata lain kedua sistem gagasan tersebut berkaitan langsung. Meskipun kaitan sistem ekonomi kapitalis dengan dunia material berlangsung dan ditunjukkan secara jelas, keduanya tidak menjadi pokok perhatian Weber. Di dalam buku ini, bukanlah buku mengenai kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern (karena sebelumnya telah  terdapat beberapa bentuk kapitalisme lain ) berkembang dan mulai mendominasi ekonomi. Weber mengawalinya dengan menelaah dan menolak penjelasan alternative tentang mengapa kapitalisme tumbuh di barat pada abad ke-16 dan 17. Bagi mereka yang berpandangan bahwa kapitalisme tumbuh karena kondisi-kondisi material pada masa itu, Weber berargumen bahwa sejumlah kondisi material juga mulai matang, pada masa lain namun kapitalisme tidak tumbuh dikala itu. Weber juga menolak teori psikologi bahwa perkembangan kapitalisme disebabkan oleh naluri untuk menguasai. Menurut pandangannya, naluri semacam itu selalu ada, namun tidak menghasilkan kapitalisme pada situasi lain.
            Signifikansi protestanisme dapat ditemukan dalam kajiannya atas negara-negara dengan sistem keagamaan majemuk. Ketika menelaah Negara-negara tersebut, beliau menemukan bahwa para pemimpin sistem ekonomi, pemilik modal, pekerja berketerampilan tinggi, serta orang-orang yang memiliki keunggulan teknis dan mendapatkan pendidikan komersial, semua beragama protestan. Hal ini menunjukkan bahwa protestanisme merupakan sebab signifikasi dalam pilihan atas okupasi-okupasi ini, dan sebaliknya bahwa agama-agama lain (contoh Khatolik Rhoma) gagal dalam menghasilkan sistem gagasan yang mendorong individu menekuni pekerjaan-pekerjaan ini. Menurut pandangan Weber, semangat kapitalisme tidak dapat didefin isikan begitu saja berdasarkan kerakusan ekonomi. Dalam banyak hal, justru sebaliknya. Dia adalah sistem etika, dan etos, yang memandang jadi salah satu pendorong terjadinya kesuksesan ekonomi. Berubahnya upaya menghasilkan keuntungan menjadi etoslah yang menjadi hal kritis di Barat. Pada masyarakat lain, upaya mengejar keuntungan dipandang sebagai perbuatan individu yang sekurang-kurangnya pasti dimotivasi oleh kerakusan. Jadi, oleh banyak orang hal ini dicurigai dari sudut pandang moral. Namun, protestanisme berhasil mengalihkan upaya mencari keuntungan menjadi semacam jihad moral. Topangan sistem moral inilah yang secara tidak terduga mendorong terjadinya ekspansi besar-besaran dalam pencarian keuntungan, dan pada hakikatnya, melahirkan sistem kapitalis. Pada level teoritis, dengan menegaskan bahwa beliau menguraikan hubungan antara satu etos (protestanisme) dengan etos lain (semangat kapitalisme).
            Semangat kapitalisme dapat dipandang sebagai sistem normatif yang berisi sejumlah ide yang saling terkait. Sebagai contoh, tujuannya adalah mengajarkan sikap yang mengupayakan keuntungan secara rasional dan secara sistematis. Protestanisme khususnya calvinisme sangat penting bagi kelahiran kapitalisme, namun calvinisme tidak lagi diperlukan bagi berlanjutnya ekonomi sistem tersebut. Sebenarnya dalam banyak hal, kapitalisme modern karena sekularitasnya, bertentangan dengan calvinisme dan dengan agama pada umumnya. Point penting lain adalah bahwa para penganut calvinis tidak dengan sadar menciptakan sistem kapitalis. Kapitalisme adalah konsekuensi tak terduga dari etika protestan. Konsep konsekuensi tak terduga ini sangat penting, karena beliau percaya bahwa apa yang ingin dilakukan individu dan kelompok dalam tindakan mereka sering kali melibatkan berbagai konsekuensi sesuai dengan berbagai maksud mereka

Dede Fauziah_Jurnalistik I A

Resume Buku The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism
          Max Weber dalam karya bukunya, The protestant Ethic and Spirit of Capitalism, beliau melacak dampak protestanisme asketis terutama calvinisme terhadap kelahiran semangat kapitalisme. Karya ini hanya bagian kecil dari karya ilmiah lebih besar yang melacak hubungan antar agama dengan kapitalisme modern di sebagian besar belahan dunia. Weber menerangkan bahwa minat paling utamanya adalah lahirnya rasionalisme khas barat. Kapitalisme, dengan organisasi tenaga kerja bebas, pasar terbuka, dan sistem tata buku yang rasional, hanyalah satu komponen dari sistem hukum, politik, seni, arsitektur, sastra, universitas, dan pemerintahan. Weber tidak secara langsungmengaitkan sistem gagasan etika protestan dengan struktur sistem kapitalis namun, beliau cukup puas dengan mengaitkan sistem ekonomi kapitalis dengan sistem gagasan lain, "semangat kapitalisme."  Dengan kata lain kedua sistem gagasan tersebut berkaitan langsung. Meskipun kaitan sistem ekonomi kapitalis dengan dunia material berlangsung dan ditunjukkan secara jelas, keduanya tidak menjadi pokok perhatian Weber. Di dalam buku ini, bukanlah buku mengenai kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern (karena sebelumnya telah  terdapat beberapa bentuk kapitalisme lain ) berkembang dan mulai mendominasi ekonomi. Weber mengawalinya dengan menelaah dan menolak penjelasan alternative tentang mengapa kapitalisme tumbuh di barat pada abad ke-16 dan 17. Bagi mereka yang berpandangan bahwa kapitalisme tumbuh karena kondisi-kondisi material pada masa itu, Weber berargumen bahwa sejumlah kondisi material juga mulai matang, pada masa lain namun kapitalisme tidak tumbuh dikala itu. Weber juga menolak teori psikologi bahwa perkembangan kapitalisme disebabkan oleh naluri untuk menguasai. Menurut pandangannya, naluri semacam itu selalu ada, namun tidak menghasilkan kapitalisme pada situasi lain.
            Signifikansi protestanisme dapat ditemukan dalam kajiannya atas negara-negara dengan sistem keagamaan majemuk. Ketika menelaah Negara-negara tersebut, beliau menemukan bahwa para pemimpin sistem ekonomi, pemilik modal, pekerja berketerampilan tinggi, serta orang-orang yang memiliki keunggulan teknis dan mendapatkan pendidikan komersial, semua beragama protestan. Hal ini menunjukkan bahwa protestanisme merupakan sebab signifikasi dalam pilihan atas okupasi-okupasi ini, dan sebaliknya bahwa agama-agama lain (contoh Khatolik Rhoma) gagal dalam menghasilkan sistem gagasan yang mendorong individu menekuni pekerjaan-pekerjaan ini. Menurut pandangan Weber, semangat kapitalisme tidak dapat didefin isikan begitu saja berdasarkan kerakusan ekonomi. Dalam banyak hal, justru sebaliknya. Dia adalah sistem etika, dan etos, yang memandang jadi salah satu pendorong terjadinya kesuksesan ekonomi. Berubahnya upaya menghasilkan keuntungan menjadi etoslah yang menjadi hal kritis di Barat. Pada masyarakat lain, upaya mengejar keuntungan dipandang sebagai perbuatan individu yang sekurang-kurangnya pasti dimotivasi oleh kerakusan. Jadi, oleh banyak orang hal ini dicurigai dari sudut pandang moral. Namun, protestanisme berhasil mengalihkan upaya mencari keuntungan menjadi semacam jihad moral. Topangan sistem moral inilah yang secara tidak terduga mendorong terjadinya ekspansi besar-besaran dalam pencarian keuntungan, dan pada hakikatnya, melahirkan sistem kapitalis. Pada level teoritis, dengan menegaskan bahwa beliau menguraikan hubungan antara satu etos (protestanisme) dengan etos lain (semangat kapitalisme).
            Semangat kapitalisme dapat dipandang sebagai sistem normatif yang berisi sejumlah ide yang saling terkait. Sebagai contoh, tujuannya adalah mengajarkan sikap yang mengupayakan keuntungan secara rasional dan secara sistematis. Protestanisme khususnya calvinisme sangat penting bagi kelahiran kapitalisme, namun calvinisme tidak lagi diperlukan bagi berlanjutnya ekonomi sistem tersebut. Sebenarnya dalam banyak hal, kapitalisme modern karena sekularitasnya, bertentangan dengan calvinisme dan dengan agama pada umumnya. Point penting lain adalah bahwa para penganut calvinis tidak dengan sadar menciptakan sistem kapitalis. Kapitalisme adalah konsekuensi tak terduga dari etika protestan. Konsep konsekuensi tak terduga ini sangat penting, karena beliau percaya bahwa apa yang ingin dilakukan individu dan kelompok dalam tindakan mereka sering kali melibatkan berbagai konsekuensi sesuai dengan berbagai maksud mereka. 

Rista Dwi Septiani, Jurnalistik 1A

Resume 'Protestant Ethic and Spirit of Capitalism'

           

Dalam bukunya yang berjudul 'Protestant Ethic and Spirit of Capitalism', Max Weber menulis bahwa kapitalisme berevolusi ketika etika protestan, terutama Calvinis mempengaruhi sejumlah orang untuk bekerja dalam dunia sekuler, mengembangkan perusahaan mereka sendiri dan turut beserta dalam perdagangan dan pengumpulan kekayaan untuk investasi. Dengan kata lain, etika protestan adalah sebuah kekuatan belakang dalam sebuah aksi masal yang tak terencana dan terkoordinasi yang menuju ke pengembangan kapitalisme. Pemikiran ini sering juga disebut dengan "Thesis Weber". Weber juga mengajukan tesis bahwa etika dan gagasan-gagasan Puritan telah mempengaruhi perkembangan kapitalisme. Weber berpendapat bahwa ada banyak alasan untuk menemukan asal-usulnya di dalam gagasan-gagasan keagamaan dari reformasi. Weber memperlihatkan bahwa tipe-tipe Protestanisme tertentu mendukung pengejaran keuntungan ekonomi yang rasional dan bahwa kegiatan-kegiatan duniawi telah memperoleh makna spiritual dan moral yang positif. Weber menelusuri asal-usul etika Protestanisme pada reformasi. Dalam pandangannya, di bawah Gereja Katolik Roma seorang individu dapat dijamin keselamatannya melalui kepercayaan akan sakramen-sakramen gereja dan otoritas hierarkhinya. Dalam keadaan tanpa jaminan seperti itu dari otoritas keagamaan, Weber berpendapat bahwa kaum Protestan mulai mencari "tanda-tanda" lain yang menunjukkan bahwa mereka selamat. Weber melihat pemenuhan etika Protestan bukan dalam Lutheranisme, yang ditolaknya lebih sebagai agama hamba melainkan dalam bentuk Kekristenan yang Calvinis. Adapun karakteristik dari sifat Spirit Kapitalisme Modern menurut Weber, yaitu :

-Adanya usaha-usaha ekonomi yang diorganisir dan dikelola secara rasional di atas landasan-landasan dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan berkembangnya pemilikan atau kekayaan pribadi.

-Berkembangnya produksi untuk pasar.

-Produksi untuk massa dan melalui massa.

-Produksi untuk uang

-Adanya Anthusiasme, etos dan efisiensi yang maksimal uang menuntut.

            Kapitalisme modern bersumber di dalam agama Protestan. Spirit kapitalisme modern adalah Protestanisme yaitu merupakan aturan-aturan agama protestan tentang watak dan perilaku penganut-penganutnya di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Weber, etika Protestan mewujudkan diri sebagai suatu pengertian tertentu tentang Tuhan, dimana Tuhan dianggap sebagai Yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan Penguasa Dunia. Inti dari spirit kapitalisme modern adalah menganggap bahwa bekerja keras adalah merupakan calling atau suatu panggilan suci bagi kehidupan manusia. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Menurutnya ajaran Calvinisme(suatu paham yang berpandangan bahwa Tuhan tidak hidup atau ada bagi manusia tetapi manusia lah yang hidup atau ada demi Tuhan dan dunia ada untuk melayani kemuliaan Tuhan, serta Tuhan menghendaki adanya pencapaian sosial dalam dunia) mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur (sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras). Karena umat Calvinis bekerja keras, antara lain dengan harapan bahwa kemakmuran merupakan tanda baik yang mereka harapkan dapat menuntun mereka ke arah Surga, maka mereka pun menjadi makmur. Namun keuntungan yang mereka peroleh melalui kerja keras ini tidak dapat digunakan untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Calvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya. Sebagai akibat yang tidak direncanakan dari perangkat ajaran Calvinisme ini, maka para penganut agama ini menjadi semakin makmur karena keuntungan yang mereka peroleh dari hasil usaha tidak dikonsumsikan melainkan ditanamkan kembali dalam usaha mereka. Menurut Weber, melalui cara inilah kapitalisme di Eropa Barat berkembang. Weber menjelaskan bahwa dahulu kala terdapat seorang pendeta Protestan bernama John Calvin yang menyerukan pada umatnya bahwa untuk beribadah kepada Tuhan mereka harus melakukan tiga hal, antara lain :

            1. Bekerja keras (bekerja adalah "panggilan" Tuhan)

            2. Berhemat dan bersedekah

3. Mengutamakan rasionalitas (pertimbangan untung-rugi akan konsekuensi tindakan yang diambil)

Ketiga maklumat Calvin tersebut mampu mentransformasikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Eropa secara signifikan. Lambat-laun, melalui aktualisasi etika Protestan, masyarakat Eropa yang tradisional pun mulai beranjak pada era masyarakat industri. Namun patut disayangkan , etika Protestan  yang terkandung di dalamnya pun turut luntur bersama kemajuan yang dibawanya. Bagi Weber, apa yang tersisa dalam masyarakat sekarang adalah kultur auri sacra fames 'rakus untuk mendapatkan emas'. Dengan kata lain, etika Protestan hanya sekedar menjadi jembatan bagi lahirnya kapitalisme.

Rahmah Putri Awaliah_Jurnalistik I A tugas 6

Resume "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism"
 
Dari sekian banayak karya, Max Weber menulis sebuah buku yang berjudul The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana pengaruh agama dalam dunia dan menjadikan semangat bagi masyarakat protestan dan kapitalis. Landasan apa yang mendasari lahirnya kapitalis, semangat dan pola pikir seperti apa yang menyebabkan calvinisme lahir dan menjadi semangat bagi protestan untuk melakukan ekspansi kapitalis sebagai sistem perekonomian yang diperhitungkan di dunia. Dalam buku ini pula terdapat berbagai faham dan paradigma yang mendunia seperti positivistis, konstruktivistis,dan kritis. Di jelaskan pula bahwa calvinisme mendasari lahirnya faham-faham kapitalis dan etika protestan. Dan banyak hal menarik lain yang akan di jelaskan dalam buku ini.
Secara rincinya di dalam bab pertama dijelaskan tentang masalah afiliasi agama dan stratifikasi sosial, bahasan ini mengenai adanya perbedaan pandangan dan prinsip antara penganut katolik dan protestan tentang masalah duniawi yang berakar pada hukum gereja yang penganut katolik menganggap bahwa menghukum yang bidah dan mengampuni para pendosa dan itu berarti sesuatu yang bidah adalah pandangan protestan, karena mereka lebih mengedepankan bisnis daripada ajaran agama, serta mencampur dominasi dunia dengan bisnis. Menurut weber bahwa agama itu merupakan sumber pertentangan, khususnya katolik dan protestan.
Perbedaan pandangan ini juga terlihat dalam hal pendidikkan, orang-orang katolik lebih menyukai pelatihan-pelatihan dan bekerja di pemerintahan dan lulusan pendidikkan dari penganut katolik lebih sedikit di banding protestan dan ini menyebabkan adanya stratifikasi sosial, sedangkan kaum protestan lebih menyukai bekerja pada bagian administratif perusahaan, dan para penganut katolik kalah bersaing dalam dunia kerja, karena hal ini terlihat dari banyaknya pemuda protestan yang memiliki skill dalam industri-industri modern. Dalam pandangan ini pendidikkan yang dipengaruhi oleh lingkungan agama akan mempengaruhi dalam  hal memilih pekerjaan, yang artinya ada pemenuhan kebutuhan yang ahrus di prioritaskan dalam penentuan pilihan atas pertimbangan rasio agama.
Orang-orang katolik terkesan asketis dalam mencapai cita-cita hidupnya sehingga membuat penganutnya mengabaikan kehidupan dunia sedangkan kaum protestan lebih berfaham materialistis dan mengedepankan sekularisasi dalam cita-cita dan pandangan hidupnya, yang artinya mencampur kepentingan agama dengan dunia. Dalam hal ini menyebabkan protestan lebih maju dalam 3 hal di bandingkan bangsa lain yaitu : spiritual, perdagangan dan kebebasan. Serta adanyan kombinasi antara kesucian yang yang besar yaitu agama dengan adanya suatu perkembangan bisnis yang lebih maju.
Pada bagian selanjutnya di jelaskan mengenai suatu semangat kapitalisme yang tergambar dalam suatu perhitungan bisnis, yang dalam bahasan ini ada suatu perkataan yang berbunyi lebih suka makan enak atau tidur enak, sebenarnya perkataan tersebut merupakan suatu prinsip yang dianut oleh protestan dan katolik, bagi kaum protestan mereka lebih menyukai makan enak dan mereka berpandangan utilitarianisme yang artinya baik bagi banyak orang dan memiliki alasan pembenaran yang kuat, sedangkan prinsip katolik mereka lebih menyukai tidur yang nyaman, menurut kaum protestan jika manusia bermalas-malasan dia bukan hanya kehilangan waktu namun juga kehilangan berbagai keuntungan yang mungkin dia dapatkan pada hari itu karena uang tersebut dapat diputar menjadi berlipat keuntungan.
Faktor lain yag dapat memberi keuntungan adalah kejujuran manusia karena kejujuran akan membawa manusia pada suatu keuntungan yang menimbulkan kepercayaan dari orang lain dan hal ini merupakan suatu pandangan positivistis, orang akan lebih terbuka dalam memberikan bantuan pada orang yang jujur dan tepat waktu
Apa yang di jelaskan diatas merupakan gambaran dari suatu semangat kapitalisme untuk terus bekerja , semangat yang sesungguhnya bukan berbicara untuk kesuksesan didunia, hal ini hanya merupakan etika , jika dipandang oleh Max weber dari segi etika protestan dan calvinisme. Sedangkan dari segi Kapitalisme mereka menjauhkan hal ini dari pandangan Eudoonistik, bahwa semua yang mereka lakukan di dunia adalah sebagai tujuan akhir yaitu usaha untuk mencari harta, serta hedonistis karena semua kebahagiaannya berdifat irasional.
Kapitalisme selalu mendapat perlawanan dari Tradisionalisme yang merupakan sikap mutlak manusia dan kapitalisme mencoba merubah pola pikir tersebut dengan menurunkan teori ekonominya yaitu dengan menurunkan upah maka akan diperoleh pekerjaan yang meningkat ini merupakan suatu bentuk paradigma kritis.
Kapitalistik merupakan perjuangan untuk mendapatkan keuntungan yang bebas dari batasan-batasan yang di tentukan oleh kebutuhan-kebutuhan, sebab dalam makna kapitalisme terdapat perbedaan makna kebutuhan dan keuntungan oleh karena itu kebutuhan tersebut akan membatasi keuntungan, selain itu usaha untuk mendapatkan keuntungan yang di lakukan oleh kaum kapitalisme merupakan usaha yang rasional dan sesuatu yang nyata dalam konsep ekonomi.
Bagi kaum kapitalis agama hanya sebagai alat untuk menarik mereka dari kerja kehidupan dunia dan tentu akan membuat gelisah tentang kehidupan akhirat, tujuan utama kapitalisme adalah keuntungan sosial dan material.
Bahasan selanjutnya mnegenai konsep Luther mengenai Panggilan, apa sih yang di maksud dengan konsep panggilan?
Panggilan merupakan kewajiban setiap individu di dunia untuk melakukan tugas atau kewajiban sesuai dengan tingkat kedudukkannya  masing-masing di dunia dan dengan tidak melampaui nilai moral duniawi, panggilan merupakan sesuatu yang sudah lazim dan sudah seharusnya dilakukan, menurut penganut protestan panggilan merupakan sesuatu yang harus di terima sebagai suatu peraturan ilahi, dalam hal ini katolik memiliki suatu musuh yang nyata yaitu katolik, dalam anggapannya bahnwa kapitalisme merupakan kreasi dari reformasi, yang di maksud dari reformasi disini adalah perubahan sistem ekonomi yang berkembang.
Lutheranistis tidak lepas dari Tradisionalistis yang selalu berpegang pada ketaatan pada peraturan Ilahi dan dalam perkembangannya akan bertentangan dengan kebudayaan moderan dan calvinisme, karena kebudayaan modern lebih mengutamakan duniawi di bandingkan ketaatan agama, hal ini merupakan prinsip dasar protestan yang lebih materialis dan berpegang pada duniawi.
Bahasan selanjutnya mengenai konsep keagamaan dari askese duniawi, dalam bahasan ini akan di jelaskan beberapa faktor yang mempngarui konsep keagaan dari askese duniawi, yaitu: calvinisme, Pietisme, Metodisme, dan sekte-sekte yang tumbuh dari kaum baktis.
 
 
 
 
Calvinisme
Calvinisme merupakan suatu faham yang berpandangan bahwa Tuhan tidak hidup atau ada bagi manusia tetapi manusialah yang hidup atau ada demi Tuhan dan dunia ada untuk melayani kemuliaan Tuhan, serta Tuhan mnghendaki adanya pencapaian sosial dalam dunia. Dan itu berarti calvinisme berpendapat bahwa kesuksesan kehidupan sosial di dunia adalah gambaran kehidupan akhirat, kesuksesan di dunia merupakan penebus dosa-dosa bagi orang-orang yang tidak terpilih, dan hal ini membuat manusia menjadi tidak tenang sehigga untuk mencari ketenangan itu dan kepastian kehidupan akhirat mereka bekerja dengan rajin, dan hal ini merupakan gambaran eudomonisme. Dari berbagai sekte tersebut, menurut Weber, Calvinisme mempunyai pandangan paling berpengaruh dalam merumuskan strategi calling. Yakni yang berkaitan dengan adanya teologi takdir. Doktrin ini berbunyi bahwa "hanya orang-orang terpilih yang bisa diselamatkan dari kutukan, dan pilihan itu telah ditetapkan jauh sebelumnya oleh Tuhan".
 
Pietisme
 
Pietisme merupakan pandangan yang berbeda dari calvinisme yang menganggap bahwa manusia bekerja untuk keselamatan dan kesejahteraan kehidupan di dunia, dan bukan untuk kehidupan di akhirat, dan pietisme memisahkan antara kepentingan dunia dengan akhirat menjadi sebuah ketaatan pada ilahi.
 
Metodisme
 
Metodisme merupakan kombinasi antara jenis keagamaan yang emosional tetapi asketis dengan sikap apatis yang meningkat atau sikap penolakkan terhadap dasar-dasar dogmatis dari askese calvinistis, makna yang emosional disini bararti bahwa para penganut metodisme harus memiliki rasa menyesal terhadap dosa-dosa mereka  dan berharap untuk mendapatkan pengampunan, sehingga membutuhkan perjuangan emosional dalam hal ini sama dengan hukuman nilai dan norma sosial yang hanya tertanam di dalam jiwa manusia dan akan menghilangkan rasa ketenangan. Dan adanya dosa sebagai bukti logis dari rahmat ilahi. Di dalam metodisme sendiri sama halnya dengan pietisme yang mengandung pandangan ketidak pastian tentang akhirat.
 
Sekte-sekte yang tumbuh di kaum baptis
 
Sekte-sekte baptis, karakter yang di anut dari baptis adalah tenang, moderat, dan sangat taat terhadap keagamaannya, mereka juga tidak memiliki pemikiran mengenai kehidupan politik mereka lebih pada pandangan yang bersifat kebajikan-kebajikan dan melupakan hal-hal duniawi. pada perkembangannyan penganut baptis akan mengikuti alur calvinisme,  apa yang menjadi prinsip dari pemikiran baptis adalah mendengarkan aadanya suara Tuhan sebagai panggilan hidup, yang akan menjadi tujuan utama manusia dan hal ini menjadi semangat kapitalisme.
Bahasan selanjutnya mengenai Askese dan semangat Kapialisme,
Askese pada zaman ini dirasakan lebih tajam di bandingkan pada paham calvinisme, pada zaman ini orang-orang bekerja bukan untuk mencari kekayaan namun mereka lebih untuk menjalankan perintah Tuhan yaitu untuk dapat lebih memuliakan Tuhan dengan waktu yang ada dan dimiliki serta tidak ada waktu untuk bersantai sebab bersantai merupakan dosa besar, mereka mulai melupakan eudomonisme yang di terapkan pada masa calvinisme saat ini tujuan akhir mereka adalah memuliakan Tuhan dan mendapat rahmatnya dan hal ini merupakan suatu pandangan yang positivistis, pada masa ini mereka lebih menganut utilitarianisme murni yang akan membawa kebahagiaan yang besar bagi banyak orang nantinya dan secara pertimbangan moral dapat dibenarkan, mereka lebih melihat hambatan-hambatan apa yang ada pada harta mereka dan bagaimana mereka mendapatkan hartanya tersebut yang pada masa calvinisme semua itu tidak ada hal ini menunjang lahirnya semangat kapitalisme yang menjadi satu sistem perekonomian yang cukup menjanjikan di dunia.  
            
Apa yang mendasari adanya konsep panggilan luthering adalah adanya faham calvinisme.  Mereka juga menolak adanya mamonisme yaitu faham yang berpandangan bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh mereka adalah usaha untuk memperkaya diri mereka sebab kekayaan itu sesungguhnya adalah godaan bagi manusia, banyak orang yang tersesat dalam hal kepemilikan kekayaan. Pandangan ini merupakan suatu hal yang konstruktivistis bahwa tidak semua orang yang melakuan usaha untuk memperkaya diri adalah adalah suatu kesalahan dan ketamakan, karena banyak dari masyarakat yang kaya namun dermawan bagi kepentingan sosial. Selain itu pada kebanyakan masyarakat berpikir bahwa orang-orang yang serius dan percaya bahwa kerja dan industri merupakan kewajiban kepada Tuhan, hal ini merupakan suatu pandangan positivistis. Pada zaman ini etika, moral dan kebijaksanaan yang dulu pada masa calvinisme tidak ada ingin coba untuk ditanamkan lagi.
 
 

Fahmi Ali_Jurnalistik 1 A tugas 6

Resume "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism"
 
Buku ini menjelaskan tentang bagaimana pengaruh agama dalam dunia dan menjadikan semangat bagi masyarakat protestan dan kapitalis. Landasan apa yang mendasari lahirnya kapitalis, semangat dan pola pikir seperti apa yang menyebabkan calvinisme lahir dan menjadi semangat bagi protestan untuk melakukan ekspansi kapitalis sebagai sistem perekonomian yang diperhitungkan di dunia. Dalam buku ini pula terdapat berbagai faham dan paradigma yang mendunia seperti positivistis, konstruktivistis,dan kritis. Di jelaskan pula bahwa calvinisme mendasari lahirnya faham-faham kapitalis dan etika protestan. Dan banyak hal menarik lain yang akan di jelaskan dalam buku ini.
Secara rincinya di dalam bab pertama dijelaskan tentang masalah afiliasi agama dan stratifikasi sosial, bahasan ini mengenai adanya perbedaan pandangan dan prinsip antara penganut katolik dan protestan tentang masalah duniawi yang berakar pada hukum gereja yang penganut katolik menganggap bahwa menghukum yang bidah dan mengampuni para pendosa dan itu berarti sesuatu yang bidah adalah pandangan protestan, karena mereka lebih mengedepankan bisnis daripada ajaran agama, serta mencampur dominasi dunia dengan bisnis. Menurut weber bahwa agama itu merupakan sumber pertentangan, khususnya katolik dan protestan.
Perbedaan pandangan ini juga terlihat dalam hal pendidikkan, orang-orang katolik lebih menyukai pelatihan-pelatihan dan bekerja di pemerintahan dan lulusan pendidikkan dari penganut katolik lebih sedikit di banding protestan dan ini menyebabkan adanya stratifikasi sosial, sedangkan kaum protestan lebih menyukai bekerja pada bagian administratif perusahaan, dan para penganut katolik kalah bersaing dalam dunia kerja, karena hal ini terlihat dari banyaknya pemuda protestan yang memiliki skill dalam industri-industri modern. Dalam pandangan ini pendidikkan yang dipengaruhi oleh lingkungan agama akan mempengaruhi dalam  hal memilih pekerjaan, yang artinya ada pemenuhan kebutuhan yang ahrus di prioritaskan dalam penentuan pilihan atas pertimbangan rasio agama.
Orang-orang katolik terkesan asketis dalam mencapai cita-cita hidupnya sehingga membuat penganutnya mengabaikan kehidupan dunia sedangkan kaum protestan lebih berfaham materialistis dan mengedepankan sekularisasi dalam cita-cita dan pandangan hidupnya, yang artinya mencampur kepentingan agama dengan dunia. Dalam hal ini menyebabkan protestan lebih maju dalam 3 hal di bandingkan bangsa lain yaitu : spiritual, perdagangan dan kebebasan. Serta adanyan kombinasi antara kesucian yang yang besar yaitu agama dengan adanya suatu perkembangan bisnis yang lebih maju.
Pada bagian selanjutnya di jelaskan mengenai suatu semangat kapitalisme yang tergambar dalam suatu perhitungan bisnis, yang dalam bahasan ini ada suatu perkataan yang berbunyi lebih suka makan enak atau tidur enak, sebenarnya perkataan tersebut merupakan suatu prinsip yang dianut oleh protestan dan katolik, bagi kaum protestan mereka lebih menyukai makan enak dan mereka berpandangan utilitarianisme yang artinya baik bagi banyak orang dan memiliki alasan pembenaran yang kuat, sedangkan prinsip katolik mereka lebih menyukai tidur yang nyaman, menurut kaum protestan jika manusia bermalas-malasan dia bukan hanya kehilangan waktu namun juga kehilangan berbagai keuntungan yang mungkin dia dapatkan pada hari itu karena uang tersebut dapat diputar menjadi berlipat keuntungan.
Faktor lain yag dapat memberi keuntungan adalah kejujuran manusia karena kejujuran akan membawa manusia pada suatu keuntungan yang menimbulkan kepercayaan dari orang lain dan hal ini merupakan suatu pandangan positivistis, orang akan lebih terbuka dalam memberikan bantuan pada orang yang jujur dan tepat waktu
Apa yang di jelaskan diatas merupakan gambaran dari suatu semangat kapitalisme untuk terus bekerja , semangat yang sesungguhnya bukan berbicara untuk kesuksesan didunia, hal ini hanya merupakan etika , jika dipandang oleh Max weber dari segi etika protestan dan calvinisme. Sedangkan dari segi Kapitalisme mereka menjauhkan hal ini dari pandangan Eudoonistik, bahwa semua yang mereka lakukan di dunia adalah sebagai tujuan akhir yaitu usaha untuk mencari harta, serta hedonistis karena semua kebahagiaannya berdifat irasional.
Kapitalisme selalu mendapat perlawanan dari Tradisionalisme yang merupakan sikap mutlak manusia dan kapitalisme mencoba merubah pola pikir tersebut dengan menurunkan teori ekonominya yaitu dengan menurunkan upah maka akan diperoleh pekerjaan yang meningkat ini merupakan suatu bentuk paradigma kritis.
Kapitalistik merupakan perjuangan untuk mendapatkan keuntungan yang bebas dari batasan-batasan yang di tentukan oleh kebutuhan-kebutuhan, sebab dalam makna kapitalisme terdapat perbedaan makna kebutuhan dan keuntungan oleh karena itu kebutuhan tersebut akan membatasi keuntungan, selain itu usaha untuk mendapatkan keuntungan yang di lakukan oleh kaum kapitalisme merupakan usaha yang rasional dan sesuatu yang nyata dalam konsep ekonomi.
Bagi kaum kapitalis agama hanya sebagai alat untuk menarik mereka dari kerja kehidupan dunia dan tentu akan membuat gelisah tentang kehidupan akhirat, tujuan utama kapitalisme adalah keuntungan sosial dan material.
Bahasan selanjutnya mnegenai konsep Luther mengenai Panggilan, apa sih yang di maksud dengan konsep panggilan?
Panggilan merupakan kewajiban setiap individu di dunia untuk melakukan tugas atau kewajiban sesuai dengan tingkat kedudukkannya  masing-masing di dunia dan dengan tidak melampaui nilai moral duniawi, panggilan merupakan sesuatu yang sudah lazim dan sudah seharusnya dilakukan, menurut penganut protestan panggilan merupakan sesuatu yang harus di terima sebagai suatu peraturan ilahi, dalam hal ini katolik memiliki suatu musuh yang nyata yaitu katolik, dalam anggapannya bahnwa kapitalisme merupakan kreasi dari reformasi, yang di maksud dari reformasi disini adalah perubahan sistem ekonomi yang berkembang.
Lutheranistis tidak lepas dari Tradisionalistis yang selalu berpegang pada ketaatan pada peraturan Ilahi dan dalam perkembangannya akan bertentangan dengan kebudayaan moderan dan calvinisme, karena kebudayaan modern lebih mengutamakan duniawi di bandingkan ketaatan agama, hal ini merupakan prinsip dasar protestan yang lebih materialis dan berpegang pada duniawi.
Bahasan selanjutnya mengenai konsep keagamaan dari askese duniawi, dalam bahasan ini akan di jelaskan beberapa faktor yang mempngarui konsep keagaan dari askese duniawi, yaitu: calvinisme, Pietisme, Metodisme, dan sekte-sekte yang tumbuh dari kaum baktis.
 
 
 
 
Calvinisme
Calvinisme merupakan suatu faham yang berpandangan bahwa Tuhan tidak hidup atau ada bagi manusia tetapi manusialah yang hidup atau ada demi Tuhan dan dunia ada untuk melayani kemuliaan Tuhan, serta Tuhan mnghendaki adanya pencapaian sosial dalam dunia. Dan itu berarti calvinisme berpendapat bahwa kesuksesan kehidupan sosial di dunia adalah gambaran kehidupan akhirat, kesuksesan di dunia merupakan penebus dosa-dosa bagi orang-orang yang tidak terpilih, dan hal ini membuat manusia menjadi tidak tenang sehigga untuk mencari ketenangan itu dan kepastian kehidupan akhirat mereka bekerja dengan rajin, dan hal ini merupakan gambaran eudomonisme. Dari berbagai sekte tersebut, menurut Weber, Calvinisme mempunyai pandangan paling berpengaruh dalam merumuskan strategi calling. Yakni yang berkaitan dengan adanya teologi takdir. Doktrin ini berbunyi bahwa "hanya orang-orang terpilih yang bisa diselamatkan dari kutukan, dan pilihan itu telah ditetapkan jauh sebelumnya oleh Tuhan".
 
Pietisme
 
Pietisme merupakan pandangan yang berbeda dari calvinisme yang menganggap bahwa manusia bekerja untuk keselamatan dan kesejahteraan kehidupan di dunia, dan bukan untuk kehidupan di akhirat, dan pietisme memisahkan antara kepentingan dunia dengan akhirat menjadi sebuah ketaatan pada ilahi.
 
Metodisme
 
Metodisme merupakan kombinasi antara jenis keagamaan yang emosional tetapi asketis dengan sikap apatis yang meningkat atau sikap penolakkan terhadap dasar-dasar dogmatis dari askese calvinistis, makna yang emosional disini bararti bahwa para penganut metodisme harus memiliki rasa menyesal terhadap dosa-dosa mereka  dan berharap untuk mendapatkan pengampunan, sehingga membutuhkan perjuangan emosional dalam hal ini sama dengan hukuman nilai dan norma sosial yang hanya tertanam di dalam jiwa manusia dan akan menghilangkan rasa ketenangan. Dan adanya dosa sebagai bukti logis dari rahmat ilahi. Di dalam metodisme sendiri sama halnya dengan pietisme yang mengandung pandangan ketidak pastian tentang akhirat.
 
Sekte-sekte yang tumbuh di kaum baptis
 
Sekte-sekte baptis, karakter yang di anut dari baptis adalah tenang, moderat, dan sangat taat terhadap keagamaannya, mereka juga tidak memiliki pemikiran mengenai kehidupan politik mereka lebih pada pandangan yang bersifat kebajikan-kebajikan dan melupakan hal-hal duniawi. pada perkembangannyan penganut baptis akan mengikuti alur calvinisme,  apa yang menjadi prinsip dari pemikiran baptis adalah mendengarkan aadanya suara Tuhan sebagai panggilan hidup, yang akan menjadi tujuan utama manusia dan hal ini menjadi semangat kapitalisme.
Bahasan selanjutnya mengenai Askese dan semangat Kapialisme,
Askese pada zaman ini dirasakan lebih tajam di bandingkan pada paham calvinisme, pada zaman ini orang-orang bekerja bukan untuk mencari kekayaan namun mereka lebih untuk menjalankan perintah Tuhan yaitu untuk dapat lebih memuliakan Tuhan dengan waktu yang ada dan dimiliki serta tidak ada waktu untuk bersantai sebab bersantai merupakan dosa besar, mereka mulai melupakan eudomonisme yang di terapkan pada masa calvinisme saat ini tujuan akhir mereka adalah memuliakan Tuhan dan mendapat rahmatnya dan hal ini merupakan suatu pandangan yang positivistis, pada masa ini mereka lebih menganut utilitarianisme murni yang akan membawa kebahagiaan yang besar bagi banyak orang nantinya dan secara pertimbangan moral dapat dibenarkan, mereka lebih melihat hambatan-hambatan apa yang ada pada harta mereka dan bagaimana mereka mendapatkan hartanya tersebut yang pada masa calvinisme semua itu tidak ada hal ini menunjang lahirnya semangat kapitalisme yang menjadi satu sistem perekonomian yang cukup menjanjikan di dunia.  
            
Apa yang mendasari adanya konsep panggilan luthering adalah adanya faham calvinisme.  Mereka juga menolak adanya mamonisme yaitu faham yang berpandangan bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh mereka adalah usaha untuk memperkaya diri mereka sebab kekayaan itu sesungguhnya adalah godaan bagi manusia, banyak orang yang tersesat dalam hal kepemilikan kekayaan. Pandangan ini merupakan suatu hal yang konstruktivistis bahwa tidak semua orang yang melakuan usaha untuk memperkaya diri adalah adalah suatu kesalahan dan ketamakan, karena banyak dari masyarakat yang kaya namun dermawan bagi kepentingan sosial. Selain itu pada kebanyakan masyarakat berpikir bahwa orang-orang yang serius dan percaya bahwa kerja dan industri merupakan kewajiban kepada Tuhan, hal ini merupakan suatu pandangan positivistis. Pada zaman ini etika, moral dan kebijaksanaan yang dulu pada masa calvinisme tidak ada ingin coba untuk ditanamkan lagi.
 
 

Maimunah Permata Hati Hasibuan (Jurnalistik 1A)

Resume "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism"
Dari sekian banyak sumbangsih Max Weber, terlahir sebuah karya yang hebat yang lebih di kenal "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism" dan di terjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi "Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme" yang di mulai dari kumpulan esai dan di kenalkan pada tahun 1904. Hasil karyanya ini adalah sebagian dari karya besarnya yang mengkaji bidang keagamaan dan kapitalisme yang ada di seluruh belahan dunia.
Kapitalisme, dengan organisasi tenaga kerja bebas, pasar terbuka, dan sistem tata buku yang rasional, hanyalah satu komponen dari sistem hukum, politik, seni, arsitektur, sastra, universitas, dan pemerintahan. Weber menuliskan bahwa kapitalisme berevolusi ketika etika Protestan yakni Calvinis memengaruhi sejumlah orang untuk bekerja dalam dunia sekuler,membangun dan mengembangkan perusahaan mereka sendiri dan ikut dalam perdagangan dan pengumpulan kekayaan untuk investasi. Dalam kata lain, etika Protestan adalah sebuah kekuatan belakang dalam sebuah aksi masal tak terencana dan tak terkoordinasi yang menuju ke pengembangan kapitalisme. Pemikiran ini juga dikenal sebagai "Thesis Weber".
Weber mengamati bahwa agama Kristen memberikan nilai yang positif terhadap dunia material yang bersifat kodrati. Ia berpendapat bahwa meskipun orang Kristen memiliki tujuan tertinggi di dunia lain, namun di dunia ini, termasuk aspek-aspek material yang ada padanya dinilai secara positif sebagai tempat untuk melakukan usaha-usaha yang aktif.
Weber mencoba memberi perhatian pada salah satu ajaran Calvinis yang memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi para pengikutnya, yaitu ajaran mengenai predestinasi. Lewat ajaran tersebut dikatakan bahwa Allah menerima sebagian orang sehingga mereka dapat mengharapkan kehidupan, dan memberikan hukuman kepada yang lain untuk menjalani kebinasaan. Calvin sendiri berpendapat bahwa hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa yang dimaksudkan sebagai dasar predestinasi adalah 'Allah tahu segala hal dari sebelumnya.' Dengan kata lain, apabila kita menganggap bahwa Allah mengetahui segala sesuatu sebelum waktunya, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa segala hal itu sudah sejak kekal dan sampai kekal berada di hadapan Allah. Sebelum penciptaan, manusia sebenarnya sudah ditentukan untuk diselamatkan atau dihukum. Sejak semula, semua orang tidak diciptakan dalam keadaan yang sama. Oleh karena itu, kita harus mengatakan bahwa dasar predestinasi  bukanlah pada pekerjaan manusia. Artinya, tidak ada satu pun manusia yang mampu mengubah keadaan tersebut, dan tidak ada yang bisa menolong seseorang yang sudah ditentukan bahwa ia akan dihukum setelah kematiannya sebab predestinasi adalah keputusan Allah yang kekal dalam dirinya sendiri, tidak memperhitungkan sesuatu yang berada di luar.
Weber berargumentasi bahwa akibat dari ajaran tentang predestinasi bagi para pemeluk Calvinis adalah adanya suatu kesepian di dalam hati mereka. Artinya, mereka harus berhadapan dengan nasibnya sendiri yang telah diputuskan Tuhan sejak awal penciptaan. Mereka harus berhadapan dengan takdirnya secara pribadi dan tidak dapat memilih seseorang yang dapat memahami secara bersamaan firman Tuhan, terkecuali hatinya sendiri. Dalam persoalan yang menentukan ini, setiap orang harus berjalan sendirian saja, tidak seorang pun dapat menolong dirinya, termasuk kaum agamawan. Tidak pula sakramen, karena sakramen bukanlah sarana untuk memperoleh rahmat. Bukan pula Gereja, sebab bagaimanapun, keanggotaan Gereja abadi mencakup mereka yang terkutuk. Akhirnya, bahkan Allah pun tidak bisa membantu.
Jika demikian, bagi para pemeluk Calvinis, usaha untuk mencari identitas dirinya yang pasti masih merupakan misteri yang belum terungkapkan. Sementara itu, ia tetap terikat dengan berbagai aktivitas penghidupan dunia. Para pemeluk Calvinis sadar bahwa adanya dunia adalah diciptakan untuk melakukan pemujaan terhadap Tuhan, sesuai dengan tujuan penciptaan itu sendiri. Begitu pula terpilihnya orang-orang Kristen di dunia adalah untuk meningkatkan pemujaannya terhadap Tuhan. Ini berarti bahwa orang Kristen harus mengikuti perintah-perintah-Nya sesuai dengan kemampuannya yang paling baik. Tuhan sendiri mengajarkan agar kehidupan sosial ini diatur sesuai dengan perintah-perintah-Nya. Aktivitas sosial yang dilakukannya semata-mata diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan. Namun demikian, hal yang paling penting dari aktivitas-aktivitas itu dilakukan dengan dasar 'kerja dalam panggilan' untuk melayani kehidupan masyarakat dunia.
Yang pada akhirnya diperoleh kesimpulan mengenai apa yang disebutnya "Etika Protestan" dan hubungannya dengan "Semangat Kapitalisme," Max Weber mencari hubungan antara penghayatan agama dengan pola perilaku, termasuk ekonomi. Usaha tersebut dilatarbelakangi oleh pengalamannya sendiri ketika ia memperhatikan kenyataan yang terjadi  di Eropa bahwa orang-orang yang memiliki posisi penting dalam beberapa bidang pekerjaan, sebagian besar adalah orang-orang yang menganut agama Kristen Protestan. Bagi Weber, kenyataan seperti itu tentu bukan suatu kebetulan belaka. Ia berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Pada awal pencariannya, Weber memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara orang Katolik dan orang Protestan dalam hal sikap terhadap pekerjaan. . Ia mengamati bahwa agama Kristen Protestan memberikan nilai yang positif terhadap dunia material yang bersifat kodrati. Di sinilah Weber melihat bahwa karena kecenderungannya tersebut, maka dapatlah dimengerti mengapa orang-orang protestan Calvinis dalam menghadapi panggilannya di dunia ini memperlihatkan sikap hidup yang optimis, positif, dan aktif. 
Dalam Esainya juga tertafsirkan sebagai salah satu kritik Weber terhadap Karl Marx dan teori-teorinya. Sementara Marx berpendapat, pada umumnya, bahwa semua lembaga manusia  termasuk agama didasarkan pada dasar-dasar ekonomi, Etika Protestan memalingkan kepalanya dari teori ini dengan menyiratkan bahwa gerakan keagamaan memperkuat kapitalisme, dan bukan sebaliknya.
 

Cari Blog Ini