Sabtu, 18 Oktober 2014

Muhammad Arif Fathurrahman_KPI 5E_Etika dan Filsafat Komunikasi Tugas ke-4

Nama               : Muhammad Arif Fathurrahman
NIM                : 1112051000154
Kelas               : KPI 5E
Tugas               : Etika dan Filsafat Komiunikasi ke-4
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Untuk itu kita berusaha mengupas komunikasi sedalam-dalamnya, artinya kita mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi:
1.      Dimensi fisik
Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, di mana komunikasi berlangsung. Apa pun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
 
2.      Dimensi sosial-psikologis
Dimensi sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi sosial-psikologis berkaitan dengan suasana di mana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
3.      Dimensi temporal (waktu)
Dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah di mana komunikasi berlangsung. Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Sebagian orang lain menggunakan waktu sore atau malam hari untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Demikian pula waktu dalam hitungan sejarah tidak kalah pentingnya, karena kelayakan dan dampak dari suatu pesan bergantung sepenuhnya atau sebagian pada waktu pesan tersebut dikomunikasikan. Yang lebih penting adalah bagaimana suatu pesan tertentu disesuaikan dengan rangkaian temporal peristiwa komunikasi.
Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi, masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Hal lain dari proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.  Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang dis ampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada suaradari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang salah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29)
Salah satu gangguan dalam proses komunikasi, yaitu gangguan semantik, perlu mendapat pembahasan yang lebih khusus. Hal ini disebabkan berkaitan dengan bahasa yang dilakukan baik oleh komunikator ataupun komunikan, yaitu manusia itu sendiri. Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain. Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atau pernyataan dari hasil pikiran seseorang. Sebagai makhluk yang berpikir, maka manusia mempunyai hak untuk menyatakan hasil pikirannya tersebut. Di sinilah mulainya proses komunikasi. Karena manusia mempunyai hak untuk menyatakan pikirannya, maka manusia juga mempunyai kewajiban untuk mendengarkannya.
Hak adalah sesuatu yang boleh dikerjakan oleh manusia, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerahkan oleh manusia. Interaksi antar manusia yang satu sebagai komunikator dengan manusia yang lain sebagai komunikan apabila didasari akan adanya hak dan kewajiban tersebut maka akan menghasilkan suatu proses komunikasi yang seimbang dan harmonis. Menurut Astrid S. Susanto, (1996:16) masyarakat ideal harmonis dan adil tercapai apabila:
1.      Pendapat-pendapat norma-norma dalam masyarakat diarahkan kepada harmonisasi
2.  Sifat-sifat khas dari materi publisistik/komunikasi dipergunakan sesuai dan demi perwujudan ataupun peningkatan harmoni dalam masyarakat
3.   Apabila dalam proses komunikasi terjadi pula komunikasi yang harmonis, yaitu apabila antara pemberi lambang (komunikator) dan penerima lambang (komunikan) terdapat pengertian. Saling mempengaruhi dalam rangka perwujudan suatu masyarakat harmonis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian bersama.
 
Daftar Pustaka :
Sumarno AP, Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti, Filsafat dan Etika Komuniksi, (Jakarta: Universtitas Terbuka, 2007).
 
 

Giovanni_KPI 5/E_Tugas Etika 4

Nama  : Giovanni

Kelas   : KPI 5/E

NIM    : 1112051000142

Tugas  : Etika dan Filsafat Komunikasi

 

Filsafat Komunikasi

Onong U. Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dan FIlsafat Komunikasi mendefinisikan filsafat komunikasi sebgai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secar fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya.

Apabila mengacu kepada paradigma Lasswell yang mengemukakan definisi komunikasi dengan lima unsurnya yaitu komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan ke lima unsure tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise), dan lain sebagainya.

Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Menurutnya lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi, diantaranya:

1.      Dimensi Fisik

2.      Dimensi Sosial-Psikologis

3.      Dimensi Temporal

Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, dimana komunikasi berlangsung. Apa pun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang ingin kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan). Adapun dimensi fisik dapat dicontohkan sebagai berikut: dalam ruangan (bangsal) baik ruang rapat, runag sekolah, ruang keluarga, ataupun di luar ruangan baik di taman, di jalan dan lain sebagainya

Dimensi sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Suasana formalitas maupun informalitas, suasana serius atau senda gurau pastilah kn berbeda komunikasinya. Komunikasi yang berlangsung di tempat pesta  berbeda dengan di tempat orang berduka cita, yang satu suasana gembira yang lainnya suasana sedih. Contoh dari dimensi sosial-psikologis adalah status pendidikan, status ekonomi, norma agm, norma budaya, rasa persahabatan, rasa permusuhan, rasa gembir, rasa duka, dan sebaginya.

Dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung, seperti pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, abad sebelum masehi, abad pertengahan, dan sebagainya.  Dimensi temporal jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari sebelum berangkat kerja untuk berkomunikasi dengan keluarganya.  Sebagian orang lain menggunakan waktu sore hari tu malam hari setelah selesai tugas-tugas kantor untuk berkomunikasi dengna keluarganya.  Demikian pula waktu dalam hitungan sejarah tidak kalah pentingnya, karena kelayakan dan dampak dari suatu pesan bergantung sepenuhnya atau sebagian pada waktu pesan tersebut dikomunikasikan, yang lebih penting adalah bagaimana suatu pesan tertentu disampaikan dengan rangkaian temporal peristiwa komunikasi.

Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1.      Gangguan fisik, adanya suara dari selin komunikator. Misalnya, desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, dan sebagainya.

2.      Gangguan psikologis, pemikiran yang sudah ada di kepala komunikator-komunikan. Misalnya, prasangka dan bias pada sumber penerima, pikiran yang sempit.

3.       Gangguan semantik, kesalahan dalam mengartikan makna. Misalnya, orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang dipahami pendengar.

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa fisafat komunikasi merupakan studi yang menelaah tentang proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara lebih mendalam.

 

Sumber    :

Sumarno AP, Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti, Filsafat dan Etika Komuniksi, (Jakarta: Universtitas Terbuka, 2007).

Fahmi, KPI 5 E, 1112051000129 | Tugas 4 Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA           : FAHMI
NIM                : 1112051000129
KELAS          : KPI 5 E
 
Filsafat Komunikasi
            Komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia. Dari manusia kepada manusia. Bahwa manusia dalam komunikasi itu penting, tak dapat disangkal lagi. Dalam komunikasi paling sedikit harus ada tiga unsur, yakni komunikator, pesan atau pernyataan, dan komunikan. Dua dari tiga komponen itu, yakni komunikator dan komunikan adalah manusia dengan segala kompleksitas kejiwaannya.
            Onong U. Effendi mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dah metodenya.
            Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya.
            Dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik  (ada suara selain dari komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan sematik (salah mengartikan makna).
            Untuk mengerti komunikasi dengan sebaik-baiknya, kita perlu memahami diri manusia itu, meskipun memang tidak mudah untuk menerangkanapa manusia itu, disebabkan sifatnya yang kompleks. Ada beberapa aliran atau faham mengenai manusia itu:
1. Faham materialisme
            Faham ini berpandangan bahwwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda. Memang manusia ada kelebihannya dibandingkan dengan benda lainnya, seperti kerbau dan batu, namun pada hakekatnya sama saja. Manusia adalah materi semata, akibat dari proses unsur kimia.
2. Faham idealisme
            Faham idealisme adalah aliran yang bertentangan secara ekstrim dengan materialisme. Idealisme berasal dari kata eidos yang berarti pikiran. Manusia adalah manusia, karena ia berfikir, karena ia mempunyai ide, karena ia sadar akan dirinya. Manusia belum pernah melihat kapal selam, tetapi ia mengerti kapal selam; belum pernah pergi ke Amerika, tetapi mengerti Amerika. Terkenallah Descartes orang yang terkenal dalam aliran ini, yang terkenal pula prinsipnya yaitu cogito ergo sum, yang berarti: aku berfikir; jadi aku ada. Descartes memandang manusia sama saja dengan kesadarannya. Dan kesadaran tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan jasmani.
            Menurut Descartes, manusia itu terdiri dari dua macam zat yang berbeda secara hakiki, yaitu:
·         Res cogitans (zat yang dapat berpikir)
Res cogitans adalah zat roh, zat yang bebas, tidak terikat oleh hukum alam, bersifat rohaniah.
·         Res extensa (zat yang mempunyai luas)
Res extensa adalah zat materi,, tidak bebas, terikat dan dikuasai oleh hukum alam.
            Kedua zat itu berbeda dan terpisah kehidupannya. Kehidupan manusia berpokok pada kesadarannya, pikirannya yang bebas. Jadi di situ terdapat dualisme antara jiwa dan raga
 
3. Faham eksistensialisme
      Aliran eksistensialisme menentang ke-dua aliran di atas. Menurut kata asalnya:
·         Eks berarti keluar
·         Sistensia berarti berdiri
·         Eksistensi berarti: berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Yang dimaksudkan dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia, dan cara ini adalah khusus untuk manusia, tidak untuk benda lain. Sebab beradanya manusia di dunia berada dengan benda-benda lain di dunia.
Menurut ajaran eksistensialisme, manusia bukan saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia, menghadapi benda lain di dunia. Dan dalam menghadapi barang itu, ia mengerti arti barang yang dihadapinya itu. Dan ia mengerti pula apa itu hidup. Ia mengerti arti dan gunanya api atau kayu. Ia mengerti apa artinya dan apa gunanya bercocok tanam. Kesemuanya itu, bearti manusia adlah subyek, subyek artinya sadar, sadar akann dirinya dan sadar akan obyek-obyek yang dihadapinya.



MUDILLAH/1112051000132/KPI5E/ETIKA&FILSAFAT/TUGASKE-4

Nama: Mudillah

NIM: 1112051000132

Kelas: KPI 5E

Tugas: ke-4 

 

Apa itu filsafat komunikasi?

Setelah mempelajari "apa itu komunikasi?" terdahulu, maka sampailah untuk pada pengertian filsafat komunikasi. Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu yang sedalam-dalamnya. Untuk itu seseorang harus berusaha mengupas komunikasi sedalam-dalamnya, artinya mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.

Onung U, Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya.

Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi; komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek, tidaklah cukup  untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur terasebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise), dan lain sebagainya.

Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia, menyebutkan adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi mempunyai tiga dimensi:

1.      Dimensi fisik

Dimensi ini artinya lingkungan nyata atau berwujud. Contoh: dalam ruangan (bangsal) baik ruang rapat, ruang sekolah (kelas), ruang keluarga atau di luar ruangan baik di taman, di jalan dan lain sebagainya.

Dimensi fisik berkaitan dengan tempat, dimana komunikasi berlangsung. Apa pun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan (apa yang disampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana pesan disampaikan)

2.      Dimensi sosial-psikologis

Dimensi ini artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Contoh: status pendidikan, status ekonomi, norma agama, norma budaya, rasa persahabatan, rasa permusuhan, rasa gembira, rasa duka, dan sebagainya.

Dimensi sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.

3.      Dimensi temporal (waktu)

Dimensi ini mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung. Contoh: pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, abad sebelum Masehi, abad pertengahan, dan lain sebagainya.

 

Ke tiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi, masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Contoh : A berjanji kepada B akan datang jam 7 malam (konteks temporal) tetapi ia terlambat, keterlambatannya dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan A dan B menjadi permusuhan (konteks sosial-psikologis), dan kemudian dapat mengakibatkan kedekatan fisik yang berubah (dimensi fisik).

 Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah unsur noise. Noise adalah gangguan dalam komunikasi yg mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima komunikan.  Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik, psikologis, serta gangguan semantik. Misalnya saja gangguan semantik, dimana komunikator dan komunikan memberi makna yang berlainan. Contoh orang berbicara dengan bahasa yang berbeda atau menggunakan istilah yang sulit dipahami, dan lain sebagainya.  Oleh karena itu, seorang komunikator harus memperhatikan pesan apa yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya kepada komunikan agar terjadi komunikasi yang efektif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fisafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian bersama.



 
Sent from Windows Mail
 

Nama `: M. Hidayatul Munir NIM `: 1112051000131 Kls/jrsn/smstr : 5 KPI E Tugas : Ke 4 Etika Filsafat Dan Komunikasi

Nama              `: M. Hidayatul Munir
NIM                `: 1112051000131
Kls/jrsn/smstr : 5 KPI E
Tugas              : Ke 4 Etika Filsafat Dan Komunikasi
FILSAFAT KOMUNIKASI, APAKAH ITU
1.      Pengertian Filsafat Komunikasi
Komunikasi sebagai ilmu telah dipelajari dan telah ditunjukan ciri-cirinya pada kegiatan sebelumnya. Sekarang sampailah pada pengertian filsafat komunikasi. Filsafat sebagai cara berfikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya, artinya kita mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.
Onong U. Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi  mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstchen) secara fundamental, metodologis sistematis, analitis kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Proses komunikasi dengan ketujuh dimensinya telah di bahas pada kegiatan belajar 1. Begitu rumit dan kompleks proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan lima unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan, dan lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :
a.)    Dimensi Fisik
b.)    Dimensi Sosial-psikologis
c.)    Dimensi Temporal (waktu)
Dimensi Fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Contoh : Dalam ruangan (bangsal) baik ruang rapat, ruang sekolah (kelas), ruang keluarga atau di luar ruangan baik di taman, di jalan dan sebagainya.
Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, di mana komunikasi berlangsung. Apapun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
Dimensi Sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komikator dan komunikan.
Contoh : Status pendidikan, status ekonomi, norma agama, norma budaya, rasa persahabatan, rasa permusuhan, rasa gembira, rasa duka dan sebaginya.
Dimensi Sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunakasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Suasana Formalitas maupun informalitas, suasana serius atau senda gurau pastilah akan berbeda suasana komunikannya. Komunikasi yang berlangsung di tempat pesta berbeda dengan di tempat orang berduka cita, yang satu suasana gembira, yang lainnya suasana sedih.
Contoh : Pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, abad sebelum masehi, abad pertengahan, masa pencerahan, abad modern, masa kini dan sebagainya.
Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari sebelum berangkat kerja untuk berkomunikasi dengan keluarganya.
Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Contoh Seseorang yang berjanji datang jam 7 malam (konteks temporal) terlambat, keterlambatannya dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan menjadi permusuhan (konteks sosial-psikologis) dan kemudian dapat mengakibatkan kedekatan fisik yang berubah karena pemilihan rumah makan untuk makan malam (lingkungan fisik.
Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adaah unsur gangguan (noise). Noise adalah ganguan dalm komunikasi yang mendistorsi pesan.  Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada suara dari selain komunikastor). Psikologis (pemikiran yang sudah ada di suara dari selain komunikan) serta ganguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29)
Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasikan hasil berfikirnya kepada orang lain. Kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur tidak dapat dilakukan apabila manusia tidak mempunyai kemampuan berbahasa. Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak di masa obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Melihat rumitnya proses komunikasi dan banyaknya unsur dalam komunikasi apabila didalami secara filosofis akan mengangkat esensi dari komunikan ini sendiri. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atau pernyataan dari hasil pemikiran seseorang.
Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang  pernyataan  manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian manusia.
 
DAFTAR PUSTAKA
Sumarno AP,Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti, Filsafat dan Etika Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007)
 
 

Cari Blog Ini