Senin, 11 Maret 2013

perspektif teori sosiologi untuk komunikasi massa_Susi Aryani_pertemuan ke-1

Perspektif Teori Sosiologi untuk Komunikasi Massa
       I.            PENDAHULUAN
            Kata sosiologi berasal dari kata sofie,  yaitu bercocok tanam, berkembang menjadi socius, dalam bahasa latin yang berarti hewan, kawan. Dan berkembang lagi menjadi sosial yang berarti berteman, bersama, berserikat[1]. Menurut Hassan Shadily (1993) sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku, serta kesiannya.  
           
Komunikasi massa menurut McQuail (1992:6) adalah komunikasi yang berlangsung pada masyarakat luas dan menggunakan medis massa seperti, pers, tv, radio, film dan lain-lain.
            Menurut Soerjono Soekanto sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling timbal-balik antara para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok.
    II.            METODE STUDI
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan metode riset pustaka dan pemaparan deskriptif. Riset Pustaka adalah metode pengambilan data yang dilakukan dengan mengambil data dari perpustakaan dengan bahan sumber buku. Pemaparan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran dan penjelasan tentang suatu keadaan secara objektif.
 III.            ANALISIS ISI
A.    Sosiologi
            Kata sosiologi berasal dari kata sofie,  yaitu bercocok tanam, berkembang menjadi socius, dalam bahasa latin yang berarti hewan, kawan. Dan berkembang lagi menjadi sosial yang berarti berteman, bersama, berserikat[2]. Menurut Hassan Shadily (1993) sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku, serta kesiannya.  
            Menurut August Comte (1798-1853) ilmu sosiologi merupakan ilmu positif . Suatu ilmu pengetahuan bersifat positif apabila ilmu tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan kongkrit tanpa adanya halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya[3].
            August Comte juga merupakan bapak Positivisme. Positivisme menurut Comte merupakan penerapan metode empiris dan ilmiah. Serta sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dengan kepastian ilmu pasti (eksakta)[4], dan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang paling kompleks dan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte menafsirkan masyarakat pada tiga tipe tahap perkembangan intelektual, yaitu :
a)      Tahap Teologis, bahwa nasib manusia diatur oleh kekuatan-kekuatan ketuhanan, dari sejak awal peradaban manusia hingga lahirnya reformasi protestan,
b)      Tahap Metafisika, merupakan zaman yang bersifat kritis dan zaman pemberontakan yang berpuncak pada revolusi Prancis,
c)      Tahap Positif atau Ilmiah, merupakan zaman kontemporer ketika pengetahuan tentang manusia dan alam menggantikan ketidaktahuan, takhayul, dan ilusi yang ada pada tahap-tahap sebelumnya.
            Sedangkan  sosiologi menurut Pitirin Sorokin[5] yaitu bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
·         hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial.
·         hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial.
·         cirri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
            Sosiologi menurut Roucek dan Warren yaitu bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
            Sosiologi menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff  bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
             Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi juga merupakan ilmu sosial yang berdiri setelah memenuhi ciri-ciri utama, yaitu:
·         Sosiologi bersifat Empiris bahwa ilmu pengetahuan ini didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat.
·         Sosiologi bersifat Teoritis bahwa ilmu pengetahuan ini berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
·         Sosiologi bersifat Kumulatif bahwa teori sosiologi dibentuk atas dasar teori yang sudah ada.
·         bersifat non-etis bahwa yang dipersoalkan bukanlah buruk-baiknya fakta, melainkan tujuan dalam menjelaskan fakta.
B.     Komunikasi Massa
            Komunikasi massa menurut McQuail (1992:6) adalah komunikasi yang berlangsung pada masyarakat luas dan menggunakan medis massa seperti, pers, tv, radio, film dan lain-lain. Ciri-ciri utama komunikasi massa [6]yaitu:
·         sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah profesional,
·         pesannya beragam dan dapat diperkirakan,
·         pesan diproses dan distandarisasikan,
·         pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan makna simbolik,
·         hubungan antar komunikan dan komunikator berlangsung satu arah,
·         bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif.
C.     Sosiologi Komunikasi
            Menurut Soerjono Soekanto sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling timbal-balik antara para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok.
            Sejarah sosiologi komunikasi ditempuh melalui dua jalur. Dimana Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton menyumbang pemikiran paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural- fungsional. Sedangkan Karl Marx dan Habermas menyumbang paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi[7].
            Sejak awal sosiologi telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang berhubungna dengan interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain. Berdasarkan pemikiran "Social Dynamic" oleh Comte, "Kesadaran kolektif" oleh Durkheim, "Interaksi sosial" oleh Marx, serta " Tindakan Komunikatif" dan "teori komunikasi" oleh Habermas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif strukturak-fungsional maupun dalam perspektif konflik.
            Manusia adalah objek yang tak pernah habis dibahas dari berbagai aspek dan sudut pandang, baik dalam konteks mikro maupun makro, konteks fisik maupun metafisika, bahkan dalam konteks spiritualnya.


[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 27
[2] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 27
[3] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 32-33.
[4] Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi:Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Stategis,  (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 51.
[5] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 19.
[6] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 33
[7] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini