Selasa, 05 Mei 2015

Nurul Andani_Jamillah_Chairul Bahri_PMI 4_Laporan Penelitian Desa Pasirgaok

Ø Latar Belakang.

Dalam penyelesaian tugas kali ini, kami akan memaparkan sejarah tentang suatu desa yang terletak di kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten bogor, Provinsi jawa Barat. Selain karena tempatnya yang cukup terjangkau, pemilihan desa ini juga didasari oleh daya Tarik desa ini sendiri.

Apakah daya Tarik dari desa ini???? Yang sangat menarik dari desa ini adalah hubungan antar masyarakat. Hubungan bertetangga, bersaudara, dan hubungan-hubungan yang bersifat emosional lainnya. Meskipun desa ini terbilang dekat dengan kota, namun nilai-nilai yang terkandung dalam suatu desa yang lumrah terjadi tidak hilang. Dalam Desa ini, hubungan antar tetangga dan lainnya masih sangat terjalin dengan bagus. Berbeda dengan hubungan bertetangga yang berada di kota.

Focus dalam penelitian ini adalah kepada bagaimana hubungan yang terjadi antara sesama masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan orang luar. Serta mata pencaharian warga yang berada di desa ini.

 

Ø  Metode Penelitian

Dalam proses pencarian data. Pertama-tama kami mendatangi kantor kepala desa untuk menemui bapak kepala desa. Namun, dikarenakan bertepatan dengan rapat besar. Jadilah kami tidak dapat berjumpa dengan bapak kepala desa. Melainkan kami hannya bertemu dengan Wakil kepala desa yang bernama Bapak Efendi.

Kami menjelaskan apa tujuan kami datang ke desa tersebut. dan dari beliaulah kami mendapatkan beberapa keterangan mengenai warga-warga serta kegiatan-kegiatan yang ada di kawasan Desa Pasir Gaok. Bpk. Efendi juga sekaligus merupakan juru kunci kami karena beliau memberikan informasi serta memberi data mengenai warga Desa Pasir gaok. Juga memberikan surat izin berkelanjutan untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat apabila ada yang sedikit keberatan atau tidak percaya. Kami sedikit banyak mendapatkan infomasi mengenai Desa Pasir gaok secara grafis.

Setelah dirasa cukup menanyakan beberapa garis besar sejarah mengenai Desa Pasir Gaok. Dengan bermodalkan data dan izin yang kami pegang. Akhirnya kami memilih untuk melanjutakn pencarian data dengan cara langsung bertanya dengan warga-warga yang tinggal di Desa Pasir Gaok.

Ø  Gambaran Umum

Desa ini bernama Desa Pasir Gaok. Pasir artinya (tinggi), sedangkan Gaok sendiri artinya (burung gagak). Karena pada zaman dahulu di atas dataran desa Pasir Gaok terdapat banyak Burug Gaok atau burung Gagak. Maka jadilah desa ini dinamakan desa Pasir gaok.

Desa Pasir gaok sudah lama terbentuk. Namun setelah menanyakan kepada beberapa sumber, ternyata warga sekitar juga masih belum dapat memastikan apa yang menyebabkan Desa Pasir gaok ini terbetuk. Karena sudah sangat lama.

Desa Pasir Gaok sangat luas cangkupannya. Namun pada tahun 2005, berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama. Akhirnya Desa Pasir Gaok mengalami pemekaran desa. Yang saat ini Desa dari pemekaran Pasir Gaok itu bernama Desa Cimulang. Pemekaran desa Pasir Gaok ini disebabkan oleh kurangnya aparat dan pelayanan pemerintahan desa, sehingga sulit menjangkau seluruh masyarakat desa Pasir gaok. Oleh karena itu akhirnya Desa Pasir Gaok menjadi berpiah dengan desa Cimulang.

Desa Pasir Gaok merupakan desa yang aman. Luas desa ini sekitar 342 ha. Terdiri dari 3 kepala dusun, 31 RT dan 6 RW. Cukup padat karena ini merupakan desa yang memang cangkupannya cukup luas.

Desa pasir gaok sudah berganti kepala desa sebanyak 3 kali.

Yang pertama adalah Hj. Karta (1995-2000). Ketika kami mewawancarai penduduk. Kami bertanya mengapa bapak Hj. Karta dapat terpilih menjadi kepala desa yang pertama? Lantas beberapa warga menjawan dengan jawaban yang hampir sama. Rata-rata warga mengatakan bahwa beliau merupakan orang yang baik, sopan, terpandang dan memiliki wibawa yang bagus di Desa tersebut. sehingga dirasa cukup pantas untuk menjadi kepala desa Pasir Gaok. Namun sayang saat ini Bapak Hj. Karta sudah meninggal dunia sehingga kami tidak dapat langsung berjumpa dengannya.

Kepala desa ke-Dua bernama Bpk Hj. Asirin (2000-2005). Karena masa jabatan bapak Hj. Karta sudah habis masanya. Akhirnya warga beramai-ramai dan bermusyawarah siapa yang pantas untuk menjadi kepala desa selanjutnya. Sama halnya dengan Hj. Karta, Hj. Asirin juga terpilih karena beliau terkenal dengan kepribadian yang baik, ramah, dan lain nya.

Kepala desa yang ke-Tiga adalah Bpk. Hj. Otong (2005-2010). Beliau merupakan anak dari Kepala desa ke-Dua, yaitu Hj. Arsirin. Namun, bukan karena keturunan yang mempengaruhi ia dapat terpilih menjadi kepala desa. Melainkan beliau juga terkenal dngan keramahan dan baik hatinya. Selama masa jabatannya, warga menilai banyak perubahan-perubahan yang terjadi, seperti misalnya pembangunan wc umum untuk kebutuhan bersama, pembangunan bangunan-bangunan lain yang dapat dimanfaatkan oleh kepentingan bersama oleh warga Pasir Gaok.

Dan yang terakhir adalah Bpk Hj. Samsudin, yang merupkan cucu dari Hj. Arsirin. Beliau juga merupakan pribadi yang baik dimata masyarakat pasir gaok. Banyak bantuan-bantuan yang masih menjamah desa Pasir Gaok.

Karena mayoritas penduduk pasir gaok berprofesi sebagai petani, maka biasanya pemerintah memberikan bantuan berupa Pupuk. Yang diberikan selama 2 tahun sekali, mesin yang untuk membajak (saya lupa namanya). Jadi dapat dikatakan pemerintah tidak acuh terhadap desa ini. Warga mengakui bahwa bantuan atau keperdulian pemerintah pun tidak semata-mata karena kasihan. Melainkan karena desa Pasir Gaok merupakan salah satu desa yang aktif dalam suatu organisasi atau kelompok sehingga pemerintah mengaggap bahwa orang-orang pasir Gaok aktif dan tidak akan sia-sia apabila memberikan bantuan.

Pada Tahun 80-an. Desa Pasir Gaok memiliki ciri khas, yakni papaya California atau warga sekitar lebih mengenalnya dengan (Selebor) California Bogor. Pada masa itu banyak sekali orang yang berganti dari petani jagung ke petani papaya. Karena 1 kotak saja papaya tersebut panen, maka si pemilik akan dapat langsung naik haji. Namun, dikarenakan sebuah firus (yang tidak tahu namanya) akhirnya lambat laun papaya tersebut mulai punah.

Banyak warga yang berusaha untuk kembali menananm papaya tersebut, namun sia-sia. Virus tersebut terlalu ganas dan tidak dapat / belum dapat di netralisir hingga saat ini. Padahal sudah sempat di bawa ke ITB namun pihak ITB pun menyerah untuk menangani virus tersebut. hingga akhirnya sekarang papaya tersebut sangat jarang ditemukan, bahkan di desar Pasir gaok sendiri.

 

 

Ø Hasil Penelitian.

Hasil dari penelitian yang kami kerjakan. Desa Pasir gaok masih sangat memegang erat tali persaudaraan. Bahkan antar tetangga. Hampir semua pensusuk di Desa pasir Gaok tersebut saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Dan ketika ada seorang kerabat atau tetangga yang sedang dalam kesusahan. Maka tanpa diminta pun warga akan segera menolongnya.

Warga desa Pasir Gaok hingga saat ini masih kental dalam kebudayaan beragama. Para bapak masih ada pengajian mingguan setiap minggu malam yang diroling antar RT sehingga tetap menjalin tali silaturahmi dengan warga sekitar.

Para ibu pun demikian. Para ibu masih sering mengadakan pengajian mingguan yang diadakan pada hari kamis malam yang juga dilakukakn roling dengan rt tetangga.

Desa Pasirgaok memiliki kelompok tani yang sangat terkenal. Kelompok tani tersebut terbentuk pada saat masa kejayaanya. Pada tahun 80 an Desa Pasirgaok terkenal dengan Pepaya California. Pepaya tersebut sangat enak dan sangat laku di pasaran, dan pepaya tersebut sering di ekspor ke luar negri. Akan tetapi, Pepaya California tersebut tidak bertahan lama. Pepaya tersebut terjangkit suatu virus sehingga menyebabkan para petani gagal panen. Masyarakat sekitar telah melaporkan ke dinas pertanian, akan tetapi virus tersebut tidak dapat dihilangkan. Sehingga semakin lama pepaya california sudah jarang di jumpai sampai saat ini. Seiring hilangnya pepaya california, kelompok tanipun semakin sedikit anggotanya. Sehingga kelompok tani tersebut vakum hingga beberapa tahun. Pada tahun 2010 salah seorang petani, memiliki inisiativ kembali untuk mengaktifkan kelompok-kelompok tani. Hingga sekarang terdapat  3 kelompok tani, di antaranya

·         Subur Tani (yang di ketuai oleh bapak Sami'an)

·         Tani Caringin (yang diketuai oleh bapak ( H. Asman)

·         Tani Makmur ( yang di ketuai oleh bapak Ucup Isnan)

Kelompok-kelompok tani tersebut, telah membangun saluran air, parit-parit untuk dapat dia alirkan ke ladang-ladang petani.

            Kehidupan masyarakat desa pasirgaok sangat damai, para warganya dominan adalah petani. Hasil pertaniannya meliputi palawija, kacang-kacangan padi dsb. Para petani tersebut hidup makmur. Hubungan antar wargapun patut di acungi jempol. Karena, warga desa pasirgaok memiliki tingkat kepedulian yang tinggi. Dari segi bermasyarakat serta lingkungan. Akan tetapi permasalah lingkungan tak kunjung dapat terselesaikan. Warga desa pasirgaok kebingungan untuk pembuangan sampah desa dan infrastrutur yang sangat kurang memdai. Di beberapa tempat di saluran air, terdapat sampah-sampah yang menghalangi air untuk mengalir serta jalan menuju desa tersebut sangatlah rusak. Sehingga panasnya globalisasi di tambkan debu jalanan membuat daerah di kecamatan Rancabungur terlihat panas dan gersang. Padahal, jika kita masuk ke pelosok-pelosok desa, kita dapat menemukan keindahan alam yang sangat terjaga.

Desa Pasirgaok sangat melestarikan budaya-budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu, salah satunya ketika salah satu warga desa pasirgaok ada yang terkena musibah, msayarakat desa pasirgaok dengan sukarela pergi berbondong-bondong untuk membantu masyarakat tersebut dan mengihubru agar tidak larut dalam kesedihan. Tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berepengaruh di desa adalah tokoh tokoh agama. Warga desa pasirgaok yang memiliki ilmu yang tinggi dan ibadah yang kuat harus di hormati. Karna derajat orang yang berilmu lebih tinggi dibanding yang tidak berilmu. Maka dari itu, warga desa pasirgaok sangat peduli terhadap ilmu apalagi ilmu-ilmu agama.

Jadi sangat jelas tergambar, meskipun berdiri ditengah kawasan yang sudah kebanyakan kota. Namun, desa pasir gaok tidak terpengaruh dan masih tetap menganut atau menjalankan kehidupan yang sama seperti dahulu. Hannya saja perbedaannya terletak pada infrastruktur bangunan yang mana sudah mulai banyak sawah yang digantikan oleh rumah-rumah warga.

Desa pasir gaok juga sangat ramah terhadap tamu. Misalnya seperti saat kami memutuskan untuk berbincang-bincang dengan warga. Mereka antusias dan dengan senang hati menyambut kami. Dengan sangat hangat kami disambut. Desa tersebut juga sudah cukup sering di teliti oleh mahasiswa/wi ITB, bahkan unversitas-universitas yang berada di Kalimantan pun pernah meneliti disana. namun, khusus untuk meneliti mengenai pertanian.

 

Ø  Penutup.

Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa desa Pasirgaok adalah sebuah desa yang indah, tentram, aman dan nyaman. Desa ini masih sangat ramah terhadap masyarakatnya juga terhadap alam nya. Hal ini dapat dibuktikan dari hubungan antar warga nya yang masih sangat terjaga dan terjalin dengan erat. Sehingga ketika salah satu warganya terkena musibah, tanpa perlu diminta maka masyarakat akan langsung datang dan membanu.

Keramahan desa ini terhadap alamnya dapat dibuktikan dengan masih banyaknya sawah-sawah atau tanaman lain yang masih banyak beredar. Meskipun terdapat beberapa sawah yang saat ini sudah tergantikan dengan bagunan-bangunan rumah masyarakat.

 

Nurul Andani_Jamillah_Chairul Bahri_PMI4_Laporan Antropologi Budaya Desa PasirGaok, RancaBungur, Bogor.


Ø Latar Belakang.
Dalam penyelesaian tugas kali ini, kami akan memaparkan sejarah tentang suatu desa yang terletak di kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten bogor, Provinsi jawa Barat. Selain karena tempatnya yang cukup terjangkau, pemilihan desa ini juga didasari oleh daya Tarik desa ini sendiri.
Apakah daya Tarik dari desa ini???? Yang sangat menarik dari desa ini adalah hubungan antar masyarakat. Hubungan bertetangga, bersaudara, dan hubungan-hubungan yang bersifat emosional lainnya. Meskipun desa ini terbilang dekat dengan kota, namun nilai-nilai yang terkandung dalam suatu desa yang lumrah terjadi tidak hilang. Dalam Desa ini, hubungan antar tetangga dan lainnya masih sangat terjalin dengan bagus. Berbeda dengan hubungan bertetangga yang berada di kota.
Focus dalam penelitian ini adalah kepada bagaimana hubungan yang terjadi antara sesama masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan orang luar. Serta mata pencaharian warga yang berada di desa ini.
 
Ø  Metode Penelitian
Dalam proses pencarian data. Pertama-tama kami mendatangi kantor kepala desa untuk menemui bapak kepala desa. Namun, dikarenakan bertepatan dengan rapat besar. Jadilah kami tidak dapat berjumpa dengan bapak kepala desa. Melainkan kami hannya bertemu dengan Wakil kepala desa yang bernama Bapak Efendi.
Kami menjelaskan apa tujuan kami datang ke desa tersebut. dan dari beliaulah kami mendapatkan beberapa keterangan mengenai warga-warga serta kegiatan-kegiatan yang ada di kawasan Desa Pasir Gaok. Bpk. Efendi juga sekaligus merupakan juru kunci kami karena beliau memberikan informasi serta memberi data mengenai warga Desa Pasir gaok. Juga memberikan surat izin berkelanjutan untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat apabila ada yang sedikit keberatan atau tidak percaya. Kami sedikit banyak mendapatkan infomasi mengenai Desa Pasir gaok secara grafis.
Setelah dirasa cukup menanyakan beberapa garis besar sejarah mengenai Desa Pasir Gaok. Dengan bermodalkan data dan izin yang kami pegang. Akhirnya kami memilih untuk melanjutakn pencarian data dengan cara langsung bertanya dengan warga-warga yang tinggal di Desa Pasir Gaok.
Ø  Gambaran Umum
Desa ini bernama Desa Pasir Gaok. Pasir artinya (tinggi), sedangkan Gaok sendiri artinya (burung gagak). Karena pada zaman dahulu di atas dataran desa Pasir Gaok terdapat banyak Burug Gaok atau burung Gagak. Maka jadilah desa ini dinamakan desa Pasir gaok.
Desa Pasir gaok sudah lama terbentuk. Namun setelah menanyakan kepada beberapa sumber, ternyata warga sekitar juga masih belum dapat memastikan apa yang menyebabkan Desa Pasir gaok ini terbetuk. Karena sudah sangat lama.
Desa Pasir Gaok sangat luas cangkupannya. Namun pada tahun 2005, berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama. Akhirnya Desa Pasir Gaok mengalami pemekaran desa. Yang saat ini Desa dari pemekaran Pasir Gaok itu bernama Desa Cimulang. Pemekaran desa Pasir Gaok ini disebabkan oleh kurangnya aparat dan pelayanan pemerintahan desa, sehingga sulit menjangkau seluruh masyarakat desa Pasir gaok. Oleh karena itu akhirnya Desa Pasir Gaok menjadi berpiah dengan desa Cimulang.
Desa Pasir Gaok merupakan desa yang aman. Luas desa ini sekitar 342 ha. Terdiri dari 3 kepala dusun, 31 RT dan 6 RW. Cukup padat karena ini merupakan desa yang memang cangkupannya cukup luas.
Desa pasir gaok sudah berganti kepala desa sebanyak 3 kali.
Yang pertama adalah Hj. Karta (1995-2000). Ketika kami mewawancarai penduduk. Kami bertanya mengapa bapak Hj. Karta dapat terpilih menjadi kepala desa yang pertama? Lantas beberapa warga menjawan dengan jawaban yang hampir sama. Rata-rata warga mengatakan bahwa beliau merupakan orang yang baik, sopan, terpandang dan memiliki wibawa yang bagus di Desa tersebut. sehingga dirasa cukup pantas untuk menjadi kepala desa Pasir Gaok. Namun sayang saat ini Bapak Hj. Karta sudah meninggal dunia sehingga kami tidak dapat langsung berjumpa dengannya.
Kepala desa ke-Dua bernama Bpk Hj. Asirin (2000-2005). Karena masa jabatan bapak Hj. Karta sudah habis masanya. Akhirnya warga beramai-ramai dan bermusyawarah siapa yang pantas untuk menjadi kepala desa selanjutnya. Sama halnya dengan Hj. Karta, Hj. Asirin juga terpilih karena beliau terkenal dengan kepribadian yang baik, ramah, dan lain nya.
Kepala desa yang ke-Tiga adalah Bpk. Hj. Otong (2005-2010). Beliau merupakan anak dari Kepala desa ke-Dua, yaitu Hj. Arsirin. Namun, bukan karena keturunan yang mempengaruhi ia dapat terpilih menjadi kepala desa. Melainkan beliau juga terkenal dngan keramahan dan baik hatinya. Selama masa jabatannya, warga menilai banyak perubahan-perubahan yang terjadi, seperti misalnya pembangunan wc umum untuk kebutuhan bersama, pembangunan bangunan-bangunan lain yang dapat dimanfaatkan oleh kepentingan bersama oleh warga Pasir Gaok.
Dan yang terakhir adalah Bpk Hj. Samsudin, yang merupkan cucu dari Hj. Arsirin. Beliau juga merupakan pribadi yang baik dimata masyarakat pasir gaok. Banyak bantuan-bantuan yang masih menjamah desa Pasir Gaok.
Karena mayoritas penduduk pasir gaok berprofesi sebagai petani, maka biasanya pemerintah memberikan bantuan berupa Pupuk. Yang diberikan selama 2 tahun sekali, mesin yang untuk membajak (saya lupa namanya). Jadi dapat dikatakan pemerintah tidak acuh terhadap desa ini. Warga mengakui bahwa bantuan atau keperdulian pemerintah pun tidak semata-mata karena kasihan. Melainkan karena desa Pasir Gaok merupakan salah satu desa yang aktif dalam suatu organisasi atau kelompok sehingga pemerintah mengaggap bahwa orang-orang pasir Gaok aktif dan tidak akan sia-sia apabila memberikan bantuan.
Pada Tahun 80-an. Desa Pasir Gaok memiliki ciri khas, yakni papaya California atau warga sekitar lebih mengenalnya dengan (Selebor) California Bogor. Pada masa itu banyak sekali orang yang berganti dari petani jagung ke petani papaya. Karena 1 kotak saja papaya tersebut panen, maka si pemilik akan dapat langsung naik haji. Namun, dikarenakan sebuah firus (yang tidak tahu namanya) akhirnya lambat laun papaya tersebut mulai punah.
Banyak warga yang berusaha untuk kembali menananm papaya tersebut, namun sia-sia. Virus tersebut terlalu ganas dan tidak dapat / belum dapat di netralisir hingga saat ini. Padahal sudah sempat di bawa ke ITB namun pihak ITB pun menyerah untuk menangani virus tersebut. hingga akhirnya sekarang papaya tersebut sangat jarang ditemukan, bahkan di desar Pasir gaok sendiri.
 
 
Ø Hasil Penelitian.
Hasil dari penelitian yang kami kerjakan. Desa Pasir gaok masih sangat memegang erat tali persaudaraan. Bahkan antar tetangga. Hampir semua pensusuk di Desa pasir Gaok tersebut saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Dan ketika ada seorang kerabat atau tetangga yang sedang dalam kesusahan. Maka tanpa diminta pun warga akan segera menolongnya.
Warga desa Pasir Gaok hingga saat ini masih kental dalam kebudayaan beragama. Para bapak masih ada pengajian mingguan setiap minggu malam yang diroling antar RT sehingga tetap menjalin tali silaturahmi dengan warga sekitar.
Para ibu pun demikian. Para ibu masih sering mengadakan pengajian mingguan yang diadakan pada hari kamis malam yang juga dilakukakn roling dengan rt tetangga.
Desa Pasirgaok memiliki kelompok tani yang sangat terkenal. Kelompok tani tersebut terbentuk pada saat masa kejayaanya. Pada tahun 80 an Desa Pasirgaok terkenal dengan Pepaya California. Pepaya tersebut sangat enak dan sangat laku di pasaran, dan pepaya tersebut sering di ekspor ke luar negri. Akan tetapi, Pepaya California tersebut tidak bertahan lama. Pepaya tersebut terjangkit suatu virus sehingga menyebabkan para petani gagal panen. Masyarakat sekitar telah melaporkan ke dinas pertanian, akan tetapi virus tersebut tidak dapat dihilangkan. Sehingga semakin lama pepaya california sudah jarang di jumpai sampai saat ini. Seiring hilangnya pepaya california, kelompok tanipun semakin sedikit anggotanya. Sehingga kelompok tani tersebut vakum hingga beberapa tahun. Pada tahun 2010 salah seorang petani, memiliki inisiativ kembali untuk mengaktifkan kelompok-kelompok tani. Hingga sekarang terdapat  3 kelompok tani, di antaranya
·         Subur Tani (yang di ketuai oleh bapak Sami'an)
·         Tani Caringin (yang diketuai oleh bapak ( H. Asman)
·         Tani Makmur ( yang di ketuai oleh bapak Ucup Isnan)
Kelompok-kelompok tani tersebut, telah membangun saluran air, parit-parit untuk dapat dia alirkan ke ladang-ladang petani.
            Kehidupan masyarakat desa pasirgaok sangat damai, para warganya dominan adalah petani. Hasil pertaniannya meliputi palawija, kacang-kacangan padi dsb. Para petani tersebut hidup makmur. Hubungan antar wargapun patut di acungi jempol. Karena, warga desa pasirgaok memiliki tingkat kepedulian yang tinggi. Dari segi bermasyarakat serta lingkungan. Akan tetapi permasalah lingkungan tak kunjung dapat terselesaikan. Warga desa pasirgaok kebingungan untuk pembuangan sampah desa dan infrastrutur yang sangat kurang memdai. Di beberapa tempat di saluran air, terdapat sampah-sampah yang menghalangi air untuk mengalir serta jalan menuju desa tersebut sangatlah rusak. Sehingga panasnya globalisasi di tambkan debu jalanan membuat daerah di kecamatan Rancabungur terlihat panas dan gersang. Padahal, jika kita masuk ke pelosok-pelosok desa, kita dapat menemukan keindahan alam yang sangat terjaga.
Desa Pasirgaok sangat melestarikan budaya-budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu, salah satunya ketika salah satu warga desa pasirgaok ada yang terkena musibah, msayarakat desa pasirgaok dengan sukarela pergi berbondong-bondong untuk membantu masyarakat tersebut dan mengihubru agar tidak larut dalam kesedihan. Tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berepengaruh di desa adalah tokoh tokoh agama. Warga desa pasirgaok yang memiliki ilmu yang tinggi dan ibadah yang kuat harus di hormati. Karna derajat orang yang berilmu lebih tinggi dibanding yang tidak berilmu. Maka dari itu, warga desa pasirgaok sangat peduli terhadap ilmu apalagi ilmu-ilmu agama.
Jadi sangat jelas tergambar, meskipun berdiri ditengah kawasan yang sudah kebanyakan kota. Namun, desa pasir gaok tidak terpengaruh dan masih tetap menganut atau menjalankan kehidupan yang sama seperti dahulu. Hannya saja perbedaannya terletak pada infrastruktur bangunan yang mana sudah mulai banyak sawah yang digantikan oleh rumah-rumah warga.
Desa pasir gaok juga sangat ramah terhadap tamu. Misalnya seperti saat kami memutuskan untuk berbincang-bincang dengan warga. Mereka antusias dan dengan senang hati menyambut kami. Dengan sangat hangat kami disambut. Desa tersebut juga sudah cukup sering di teliti oleh mahasiswa/wi ITB, bahkan unversitas-universitas yang berada di Kalimantan pun pernah meneliti disana. namun, khusus untuk meneliti mengenai pertanian.
 
Ø  Penutup.
Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa desa Pasirgaok adalah sebuah desa yang indah, tentram, aman dan nyaman. Desa ini masih sangat ramah terhadap masyarakatnya juga terhadap alam nya. Hal ini dapat dibuktikan dari hubungan antar warga nya yang masih sangat terjaga dan terjalin dengan erat. Sehingga ketika salah satu warganya terkena musibah, tanpa perlu diminta maka masyarakat akan langsung datang dan membanu.
Keramahan desa ini terhadap alamnya dapat dibuktikan dengan masih banyaknya sawah-sawah atau tanaman lain yang masih banyak beredar. Meskipun terdapat beberapa sawah yang saat ini sudah tergantikan dengan bagunan-bangunan rumah masyarakat.
 

tugas ke-4

Nama Anggota :

1.      Ahmad Ali Nidaulhaq

2.      M Fahmi Nurdin

3.      Nur Syamsiyah

Jurusan : PMI 4

TUGAS MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA

 

BAB 1

 

Latar Belakang

Mengapa Desa itu dipilih?

Desa yang kami pilih kali ini berada di ujung pulau jawa yakni berada di jajaran pesisir  pantai yang terletak didaerah Kampung Petir Pandeglang Banten. Desa Bojong Nangka adalah desa yang kami pilih. Di desa Bojong Nangka ini banyak masyarakatnya yang membuat emping melinjo dan sangat banyak keindahan-keindahan yang terdapat di desa Bojong Nangka.

Selain mempunyai pemandangan yang indah desa Bojong Nangka ini tidak mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya tidak memiliki sekolah dasar didesa tersebut dan tidak memiliki infrastruktur yang baik seperti jalanan yang sangat rusak untuk menuju ke desa Bojong Nangka ini. Dari alasan ini yang membuat kami memilih desa Bojong Nangka menjadi objek kami.

Selain alasan tersebut mengapa kami memilih desa Bojong Nangka tersebut karena banyak dari teman-teman kami memutuskan untuk pergi mencari desa di wilayah Bogor. Dan untuk wilayah Pandeglang ini sendiri sebenarnya merupakan wilayah yang tidak asing bagi kami. Karena, kebetulan kami sering mendatangi desa ini untuk sekedar menghabiskan waktu liburan atau menikmati indahnya alam pedesaan dengan sejuta pemandangan yang masih alami.

Selain itu ada salah seorang kerabat kami yang tinggal di daerah tersebut, itu juga merupakan faktor pendukung yang kuat bagi kami untuk melakukan observasi lapangan di wilayah tersebut. Dengan adanya teman kami tersebut perizinan untuk memasuki wilayah-wilayah desa yang akan kami teliti akan lebih mudah karena ada beberapa sanak saudara dari teman kami ini yang menjabat sebagai pemerintah desa.

 

 

Fokus Penelitian?

Untuk fokus kami pada penelitian kami kali ini adalah para pembuat emping dan meninjo yang merupakan mata pencaharian masyarakat desa Bojong Nangka. Setelah kami mengetahui fakta mengapa mereka menekuni usaha emping meninjo tersebut yang sudah ada sejak zaman dahulu itu. Dikarenakan nenek moyang mereka sudah menekuninya sejak dahulu.

Selain memfokuskan kepada mata pencaharian masyarakat desa Bojong Nangka, kami juga memfokuskan kepada sarana prasarana yang tidak mendukung untuk kesejahteraan desa Bojong Nangka. Selain sarana dan prasarana Infrastruktur menjadi fokus kami juga karena jalan-jalan yang berada di desa Bojong Nangka ini sangat tidak layak dilewati, karena banyak lobang-lobang yang bisa dibilang seperti kolam renang.

Di desa Bojong Nangka ini selain pembuat emping melinjo banyak juga petani yang menggarap padi. Yang menarik dari petani disana adalah mereka tidak menjual hasil panen mereka ke pasar ataupun kepada para tengkulak. Akan tetapi mereka lebih memilih untuk makan sendiri hasil panen mereka yang berupa beras.

Menurut kami hal itu sangat menarik dan sangat berpotensi diteliti lebih dalam. Untuk ke-4 fokus tersebut kami sudah menyiapkan beberapa narasumber yang cukup kompeten untuk diwawancarai masalah ke-4 hal tersebut.Walaupun desa yang kami teliti itu terihat cukup terbelakang didalam beberapa bidang akan tetapi itu semua tidak terlihat terlalu buruk, masih banyak hal-hal baik yang kami lihat dari desa itu, diantaranya adalah solidaritas yang cukup kuat antar warganya dan beberapa hal tentang pengairan dan irigasi sangat diperhatikan dan cukup baik disana, kami juga mendapati informasi bahwa sawah-sawah yang berada disana sudah cukup banyak di beli oleh orang kota, dan warga asli desa tersebut hanya menjadi penggarapnya saja, sungguh miris memang melihat kenyataan yang terjadi disana akan tetapi itulah kenyataannya.

Oleh karena itulah kami mengambil empat titik fokus didalam melakukan observasi pada kali ini, semoga nantinya apa yang kami bahas didalam penelitian kami ini bisa menjadi salah satu gambaran kita semua, bahwa sebagai mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam kita tidak dapat menutup mata akan realita dan kenyataan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita.

 

 

 

 

BAB II

PENGAMBILAN DATA

Penelitian yang kami lakukan menggunkan metode penelitian kualitatif. Selain kami mengamati kami pun langsung terjun ke lapangan mewawancarai kepala desa terkait. Setelah mewawancarai kami melakukan pengamatan kepada desa yang kami pilih yakni desa Bojong Nangka.

Untuk mendapatkan data yang akurat dibutuhkan beberapa proses yang cukup panjang, diantaranya kami dituntut untuk berkeliling wilayah desa Bojong Nangka mencari beberapa informan-informan kunci yang dapat menunjang untuk proses pencarian data pada tugas kali ini, setelah menemukan beberapa informan kami akan melakukan beberapa proses wawancara dan menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah kami list dan kami siapkan sebeum tugas ini dimulai.  

Setelah semua proses itu kami lakukan barulah kami terjun langsung ke lapangan untuk melihat secara sebenarnya bagaimana kondisi Desa Bojong Nangka yang telah diceritakan oleh beberapa informan yang telah kami pilih, sebenarnya pada intinya proses penggalian data kami menggunakan proses wawancara atau interview secara langsung dengan para narasumber, proses wawancara yang kami lakukan dengan cara yang santai agar apa yang kami obrolkan dapat dicerna dengan baik dan apa-apa yang disampaikan oleh para informan kami dapat kami simpulkan dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

GAMBARAN UMUM

Sejarah Desa

Desa Bojong Nangka adalah desa yang terletak di daerah Pandeglang Kecamatan Petir. desa Bojong Nangka merupakan desa pemekaran dari desa Padasuka. Desa Padasuka adalah desa yang sudah cukup lama berada dikawasan Kecamatan Petir. Desa Padasuka memang sangat besar dari wilayah maupun warga masyarakatnya. Desa Padasuka adalah desa tua yang sudah ada pada jaman Belanda dulu.

Awal tahun 1950-an  Banten termasuk daerah yang paling terkebelakang. Suatu hal yang cukup ironis mengingat di bekas Kesultanan itu awalnya termasuk kawasan maju di Nusantara pada abad ke 16-17. Namun keberadaan VOC dilanjutkan kolonialisme Belanda memporakporandakan peradaban ini. Sekalipun praktis sudah ditaklukan dengan  kesultanan dihapuskan pada 1832, bukan berarti kawasan ini mau begitu saja damai pada pemerintah Kolonial.

Sepanjang abad ke 19 hingga akhir penjajahan Belanda daerah ini tersohor karena suka memberontakan dan semangat keagamaannya tinggi. Yang paling besar dan menakutkan bagi orang Eropa ialah Pemberontakan Cilegon 1888 dan Pemberontakan PKI 1926. Menurut Michael C. Williams kebanyakan pemimpin pemberontakan adalah para ulama, keturunan sultan dan bangsawan ulama yang tersisih. Pemerintah Kolonial juga merekrut para pangreh praja dari luar Banten yang kurang dihormati oleh penduduk setempatnya. Selama masa revolusi Banten menjadi daerah wild-wild west di  Pulau Jawa yang enggan dimasuki tentara Belanda.

Secara keseluruhan Banten sejak abad ke 19 secara ekonomis dan politis memang terpencil.  Penduduk kota Serang pada abad ke 19 sekitar 10 ribu jiwa. Hingga tahun 1950-an Banten bagian Utara yang relatif sudah dibangun  sejak masa Kesultanan hingga masa Kesultanan,  tetap tertinggal dibanding bagian lain di  Jawa Barat.

Ketertinggalan yang menyolok adalah  pada infrastruktur. Setelah lama mendapatkan desakan dari rakyat dan instansi di Banten Selatan pada 1 Januari 1953 Dinas Perhubungan  membuka jalur angkutan umum yang diselenggarakan oleh DAMRI. Perhubungan sangat penting artinya bagi perekonomian rakyat. Trayek yang dijalani antara lain Saketi-Malamping pulang-pergi sejauh 60 Km., Malimping-Bajah 36 Km.

Untuk mengembangkan perekonomian di Banten, sejumlah kawasan di Banten Utara seperti Kramatwatu di Kabupaten Serang dan Banjar di Kabupaten Pandeglang diberdayakan menjadi lokasi transmigrasi penduduk dari Priangan Timur dan Cirebon.  Mereka umumnya petani  untuk membuka persawahan.

Kawasan Banten Selatan lebih menyedihkan. Sekalipun  di sejumlah daerah terdapat berbagai komditi pertanian, perkebunan pertembangan dan perikanan laut yang  potensial.  Namun imbasnya pada masyarakat Banten Selatan tak terasa. Di bidang perkebunan, potensi  yang paling kuat ialah perkebunan karet di kawasan Pandeglang  seluas 3879,71 Ha dengan hasil 1880.00/kg pada 1952. Jumlah ini meningkat pada 1952 sebanyak 2824,50 kg.

Area persawahan diperluas terutama pada 1954. Kawasan Curugrame, Lebak  dibangun sebuah dam yang mampu mengairi sawah-sawah seluas 1700 Ha. Biayanya sebesar Rp325.000 ditanggung Kantor Penempatan tenaga. Perluasan sawah juga terjadi di Cilangkahan (juga di Lebak) dengan pembangunan dam  yang mampu mengairi 5000 Ha sawah.  

Menurut keterangan kepala desa Bojong Nangka di desa Padasuka udah terjadi 5 periode pergantian kepengurusan itu yang beliau tau saja. 1 periode 8 tahun menjabat dan ada yang dua kali menjabat jadi total dari 5 periode usia desa Padasuka 45 tahun. Dimulai dari Abah Mahmud 1 periode

Bapak Muhammad Zen 1 periode

Bapak Kanra 2 periode,

Bapak Harun 1 periode, dan kini dijabat oleh Bapak Mohammad Assan

.

Desa Bojong Nangka adalah desa yang paling jauh tempatnya dari titik kantor kepala desa Padasuka, jadi banyak warga, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang mempunyai inisiatif untuk memisahkan diri dari desa Padasuka. Rencana tersebut disambut baik oleh kepala desa pada saat itu yaitu bapak Harun.

 

Memang letak Desa Bojong Nangka yang sangat jauh dari kantor kepala desa, jadi warga masyarakatnya tidak ter-urus seperti tidak dianggap. Kalau ada program-program pun Desa Bojong Nangka ini sering terlupakan. Selain itu Desa Bojong Nangka sulit dipantau oleh keamanan dari Desa Padasuka.

Dari alasan inilah kepala Desa Padasuka Bapak Harun menyetujui pemekaran dilakukan. Selain itu para tokoh anggota masyarakat dan tokoh agama mengajukan rencana pemekaran ke kecamatan dan pada akhirnya disetujui oleh pihak kecamatan.

Nama Bojong Nangka itu sendiri diambil dari kampung terbesar yang berada di wilayah Bojong Nangka. Atas persetujuan inilah Bojong Nangka di ambil menjadi nama desa.

Gambaran umum desa Bojong Nangka memiliki 3 RW terdiri dari 11 RT. Desa Bojong Nangka merupakan pecahan atau anak dari desa Padasuka. Desa Bojong Nangka ini merupakan desa baru. Tahun 2013 desa Bojong Nangka dibentuk 1 tahun pengurusan sementara, dan tahun 2014 desa Bojong Nangka di sahkan menajadi desa yang diakui.

 

Keindahan alam di desa Bojong Nangka sangat indah banyak sawah-sawah yang berada di wilayah desa tersebut. Akan tetapi selain mempunyai kekayaan alam yang bagus desa Bojong Nangka pun masih banyak mempunyai kekurangan. Baik di bidang sarana prasarana, Infrastruktur, dan pendidik yang masih agak ketinggalan. Desa Bojong Nangka mempunyai masjid sebanyak 3, mempunyai musholah sebanyak 10, dan mempunyai posyandu hanya 1.

 

Kelompok sosial di desa Bojong Nangka ini sangat banyak, diantaranya karang taruna, ibu pkk, dan kegiatan majelis ta'lim yang rutin. Menurut sekdes desa memang desa Bojong Nangka ini desa baru tapi masyarakatnya bersama-sama membangun desa ini, dengan cara banyaknya gotong royong ketika ada kegiatan. Mengadakan maulid Nabi setiap tahunnya, dan mengadakan pengajian setiap malam dari musholah 1 ke musholah lainya.

Desa Bojong Nangka baru dibentuk pada tahun 2013 dan di sahkan pada tahun 2014, desa Bojong Nangka baru sekali mengalami kepengurusan. Sekali periode itu selama 8 tahun menjabat.

Di desa Bojong Nangka banyak sawah dan pohonan. Banyak petani, petani disana menggarap padi di sawahnya. Dan hasil dari panen tersebut tidak di jual melainkan dinikmatin sendiri, tidak di jual kepada tengkulak maupun ke kota. Di desa Bojong Nangka ini yang menajdi sorotan kami adalah selain jalanan yang sangat buruk, desa Bojong Nangka pun tidak memiliki SD.

Jadi menurut keterangan kepala desa sebetulnya desa Bojong Nangka ini memiliki SD, akan tetapi SD tersebut berada di perbatasan desa Bojong Nangka dan desa Sanding. Kalo dari peta wilayah SD tersebut berada di wilayah Bojong Nangka, tapi pada kenyataanya SD tersebut dimiliki oleh desa Sanding. Jadi anak-anak dari desa Bojong Nangka harus penempuh 6 kilo perjalanan untuk sampe ke SD tersebut.

 

Pengertian masyarakat desa

Desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama; tinggal bersama sebanyak-banyak beberapa ribu orang, yang gampir semua saling mengenal. Kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, pertanian dan sebagiannya. Usaha-usaha sangat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak-kehendak alam. Dalam tempat tinggal itu terdapat ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial. Jiwa keagamaan yang tumbuh dengan kuatnya, buat sebagian disebabkan oleh perasaan tergantung pada alam.

 

Mengapa warga desa dalam hubungan sosialnya demikian erat hingga kenal satu dengan yang lain sampai dengan nama seseorang. Hal ini disebabkan mereka hidup dalam tempat tinggal terbatas. Pada mereka belum terdapat birokrasi dan spesialisasi, sehingga hampir semua kebutuhan yang memerlukan kerja berat mereka lakukan secara bersama-sama. Seperti membangun rumah, mengatur pembagian air, menyelenggarakan upacara perkawinan, selamatan dan lain sebagianya. Semua itu diwujudkan dengan gotong royong bersama-sama.

 

Sesuai dengan letak geografis desa adalah bukan tempat persimpangan dan pertemuan aktivitas perdagangan yang memberi pengaruh dalam perekonomian dagang. Warga desa sangat tergantung pada sawah dan ladang- padanya mata pencariannya bergantung.

 

Oleh karena itu antara warga desa terdapat hubungan akrab, sebab mereka sama-sama petani, senasib dalam mencari nafkah pada sawah dan ladang. Mereka saling terbuka dan saling memberi informasi tentang bagaimana meningkatkan hasil. Ritme alam menuntun mereka dalam irama hidup sampai apa yang mereka makan pun disesuaikan dengan hasil panen.

 

Atas dasar alasan ini ada sementara pendapat yang berspekulasi bahwa warga desa rata-rata lebih sehat dan usia pun lebih panjang dan kehidupannya lebih gembira.

Kolektivisme di masyarakat desa sangat dominan. Mereka menghormati kaidah-kaidah  sosial yang ada. Melanggar atau menyimpang dari kadiah sosial yang ada berarti menentang kolektivisme, si pelanggar akan dipergunjingkan orang, bahkan dapat dikucilkan. Dikucilkan di masyarakat desa berarti penderitaan batin. Sebab dalam banyak hal orang tersebut tidak akan mendapat simpati dan sulit mendapat bantuan. Menentang adat berarti hidupnya akan mengalami kesulitan.

 

Para warga yang setia pada adat dan kaidah sosial dinilai sebagai warga yang baik. Antara mereka terjalin keakraban perasaan-dekat, dan saling merasa sebagai warga yang baik. Jadi ikatan kekeluargaannya dekat. Ada perasaan "we feeling".

 

Jiwa keagamaan warga desa lebih kuat. Kalau dimaksud jiwa keagamaan disini adalah rasa ketuhanan maka tampaknya adalah benar. Warga desa disini insyaf betul tentang apa arti nasib. Mereka selalu berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mendapatkan hasil pertanian yang maksimal. Tetapi diluar kekuasaan mereka, kadang-kadang justru akibat sesuatu hal mereka tidak mengalami panen yang baik.[1]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

Letak Geografis Kabupaten Serang berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa, dan Kota Serang di utara, Kabupaten Tangerang di timur, Kabupaten Lebak di selatan, serta Kota Cilegon di barat.

 

Semenjak otonomi daerah tanggal 2 November 2007, Kabupaten Serang terbagi atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah kelurahan. Salah satunya yakni kecamatan Petir. Menurut data yang dihasilkan dari penelitian yang telah kami lakukan kami mendapat kesimpulan bahwa apa yang ada, apa saja yang terjadi, apa saja yang tersedia sampai tidak tersedianya di desa ini akan kami simpulkan. Bahwa, desa ini merupakan pemekaran dari desa Padasuka. Yang di PJS kan tahun 2014 bulan November. Dimana rata-rata pencaharian warga adalah sebagai produsen emping melinjo, ada juga yang sebagai petani dan buruh.

 

Kegiatan rutin yang ada didesa ini ada pengajian rutin yang diadakan secara keliling desa, tidak seperti desa sebelah yang dapat mengadakan pengajian rutin yang tempatnya menetap di balai desa. Karena keterbatasan fasilitas dan baru merintisnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Keinginan warga yang sangat ingin memajukan desanya sangat terasa sehingga banyak upaya-upaya warga dan BPD untuk menutupi kekurangan-kekurangan di desa. Adanya sarana ibadah seperti 3 unit masjid, 10 unit musholah, dan 1 unit posyandu. Yang secara garis besar dapat menunjang kegiatan warga. Namun, tidak seperti di kota yang terkordinasi dengan baik. Tidak adanya DKM, seperti masjid-masjid di kota yang menonjol. Adalagi kelompok sosial yakni RISMA, atau sering disebut Remaja Islam Masjid. Namun, masih kurang karena tidak adanya wadah kordinasi. Adanya karang taruna yang aktif menambah nilai plus untuk desa ini. Mengapa? Karena karang taruna yang aktif sehingga dianggkat ke tingkat kecamatan. Dimana mayoritas anggota karang tarunanya adalah remaja tanggung.

 

            Salutnya lagi baru tahun pertama BPD ada, sudah ada koperasi yang didirikan yang dapat menujang kebutuhan masyarakat desa. Namun, kebutuhan infrastruktur sangatlah tidak mendukung keseharian masyarakat desa. Karena jalan yang ada hancur berbatu, terputus dari penerangan seperti di kota. Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat.  Menurut narasumber ada lagi kendala di desa ini, yakni sarana mck yang kurang memadai dan sulit mendapatkan air bersih. Tanah yang subur tidaklah cukup untuk menghidupi masyarakat sekitar jika air bersih sulit didapatkan.

 

            Perjuangan BPD sangatlah memprioritaskan untuk perbaikan infrastruktur, demi menujang pertumbuhan dari segala aspek masyarakat. Selain itu, pada sektor pendidikan di desa ini sangatlah minim, ketidak tersedianya Sekolah Dasar yang mengharuskan para siswa sekolah dasar yang tinggal di desa Bojong Nangka melewati perjalanan sejauh 6 km.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian kami di desa Bojong Nangka, kami menemukan kesenjangan yang terjadi antara kota tempat kami tinggal dan desa tempat kami melakukan penelitian. Begitu jauh perbedaan yang terjadi, mulai dari sarana dan prasarana desa, infrastruktur jalan, dan lembaga pendidikan yang ada didesa tersebut, sangat jauh berbeda sekali dengan kota tempat kami tinggal.

Akan tetapi banyak juga keistimewaan yang kami temukan dan hal tersebut jarang sekali kami dapatkan di daerah perkotaan tempat kami tinggal. Seperti ladang persawahan yang hijau dan amat sejuk dipandang mata, pohon – pohon besar yang memayungi desa, yang menjadikan sejuk udara sekitar. serta sungai – sungai yang bersih airnya, sungguh hal yang sulit ditemukan didaerah perkotaan.

 Didesa tempat kami meneliti banyak sekali kekurangan yang dimiliki, seperti pada awal penulis katakan, mulai dari sarana desa yang kurang memadai, hal ini kami lihat dari kantor desa yang sangat sederhana, penerangan jalan yang minim. Kekurangan yang terasa didesa tersebut juga pada infrasrtuktur jalan yang bisa dibilang tidak layak untuk dilewati kendaraan. Dan disini juga kami menemukan minimnya lembaga pendidikan yang ada didesa tersebut, ketika kami melakukan wawancara, kepala desa didesa tersebut sangat mengharapkan sekali mahasiswa membantu mendirikan sarana pendidikan didesa tersebut, karena didesa tersebut tidak ada sekolah, ada sekolah akan tetapi terletak didesa sebelah yang jarak nya lumayan jauh dari desa Bojong Nangka.

Dari penelitian yang kami lakukan ini, terketuk hati kami sebagai mahasiswa yang sebetulnya inilah peran kami sebagai mahasiswa, bagaimana melakukan pengembangan desa yang terbelakang menjadi setara dengan kota – kota besar yang menjadi pusat. Paling tidak, setara sumber daya manusia nya dan setara sarana yang dimilikinya. Sehingga pembangunan perkotaan dan pedesaan bisa saling bersinergi, sehingga pembangunan indonesia bisa serempak, dalam arti tidak hanya didaerah perkotaan saja. Dan hal ini juga bisa membangkitkan perekonomian indonesia, karena keadaan bangsa indonesia yang saat ini sangat konsumtif terhadap barang produksi asing, dikarenakan belum baiknya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Jika sumber daya alam yang berada didesa bojong nangka dapat dimanfaatkan oleh orang indonesia sendiri, dan bisa di distribusikan ke kota – kota besar yang ada di indonesia, bukan tidak mungkin akan terjadi kemajuan didesa bojong nangka, karena adanya keuntungan bagi masyarakat sekitar, dan menjadi keuntungan bagi negara indonesia sendiri karena terjadinya pembangunan yang merata.

Cari Blog Ini