Sarah Fauziah Audina
Rosa Juni Andri
Aditya Awaludin
PMI4
BAB I
Pendahuluan
a. Latarbelakang
Pada tugas kali ini kelompok kami memilih desa Buaran Jati, Kecamatan Suka Diri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kami memilih desa ini dikarenakan letak desa ini tidak terlalu jauh dari tempat kami yaitu Ciputat. Waktu yang di butuhkan untuk sampai ke desa ini pun tidak terlalu lama yaitu hanya 1 (satu) jam setengah.
Kami juga bisa menjangkau desa ini dengan menggunakan sepeda motor. Karena letak desa ini masih bisa di jangkau oleh sepeda motor mempermudah kami untuk mengumpulkan data dan datang kedesa itu langsung. Selama disana kami diantar oleh bapak Nabhan yang juga merupakan salah satu warga Buaranjati.
Fokus pembahasan masalah dalam laporan ini ialah kepada masalah pemekaran desa Buaran Jati. Karena desa ini merupakan desa hasil pemekaran yang kehidupan masyarakatnya pun kebanyakan sebagai petani. Desa Buran jadi merupakan hasil pemekaran dari desa Jati waringin.
BAB II
Metode
Metode pengambilan data dilakukan melalui penelitian kualitatif yakni penelitian yang menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang dapat diperoleh. Teknik yang digunakan diantaranya:
· Observasi
observasi adalah serangkaian pengamatan terhadap fakta dilapangan yang terjadi selama proses penelitian. Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang Desa Buaran Jati.
· Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan serta menggali informasi tentang sejarah Desa Buaran Jati serta masalah dan kemajuan yang ada di desa tersebut dengan cara Tanya jawab (tatap muka) antara peneliti dengan informan, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam
· Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui pendokumenan seperti fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, caatatan harian, foto, jurnal kegiatan dan sebagainya.
BAB III
Gambaran Umum
Desa buaran jati secara topografis letaknya memanjang dari Timur ke Barat dengan bentangan kurang lebih 3,75 km membujur dari Barat ke Timur. Desa Buaran Jati mempunyai luas wilayah 103,32 Ha yang setengahnya adalah merupakan lahan pertanian yang subur oleh karena itu pertanian merupakan salah satu sektor pencarian nafkah bagi warga desa Buaran Jati.
Dengan jumlah penduduk berdasarakan hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebanyak 8397 jiwa yang terdiri dari :
· Penduduk laki-laki 4123 jiwa
· Penduduk perempuan 4274 jiwa
Desa buaran jati dibagi menjadi beberapa RW yaitu
· RW 01 di kampung Talang dengan jumlah 3 RT
· RW 02 di kampung Jati Kidul dengan Jumlah 3 RT
· RW 03di kampung Sumur Bor dengan jumlah 3 RT
· RW 04 di kampung Lio/ Jombret dengan jumlah 5 RT,
· RW 05 di kampung Pabuaran Leutik dengan jumlah 2 RT
· RW 06 di kampung Kb kelapa dengan jumlah 4 RT
Desa buaran jati ini memiliki masjid sebanyak 5 unit dan Mushola 14 unit. Menurut kades, dan beberapa warga yang sudah kita wawancarai di desa ini terdapat beberapa sarana pendidikan dapat dilihat juga dari banyaknya sekolah-sekolah mulai dari TK, SD, SMP yang berdiri di desa ini dibandingkan dengan desa yang lain. Dengan jumlahnya sebagai berikut:
· TK 1 Unit
· SD 1 Unit
· SMP 2 Unit
Pola penyebaran penduduk ditingkat desa hanya bersifat alami, dan kecenderungan urbanisasi ke daerah-daerah lain dilakukan secara temporer atau karena alasan mencari pekerjaan ketika hasil pertanian kurang memuaskan. Keikut sertaan penduduk dalam mengikuti program transmigrasi pernah terjadi sekitar tahun 1982 s/d sekarang, tetapi dengan berbagai alasan banyak yang kembali lagi ketempat asalnya.
Bila dibandingkan dengan data demografi tahun-tahun sebelumnya, maka pertumbuhan penduduk desa Buaranjati tahun terakhir ini terjadi kecenderungan melambat, kondisi ini mungkin disebabkan karena perubahan sistem pencacahan jiwa atau karena keberhasilan program KB yang manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat secara luas. Pola jumlah anak sedikit sudah membudaya dimasyarakat terutama pasangan-pasangan muda yang lebih mementingkan karir dan pendidikan atau karena alasan belum siapnya ekonomi untuk menjadi pasangan suami istri.
Struktur umum penduduk terlihat cenderung kepada tingginya jumlah persentase penduduk usia muda terutama penduduk usia sekolah dan usia ketergantungan. Pada posisi ini beban keluarga akan semakin berat manakala ekonomi keluarga tidak stabil karena terdapat nya anggota keluarga yang menjadi beban kehidupan anggota kaluarga lainnya. Kenyataan seperti inilah yang perlu adanya suatu pembangunan dengan memeperhatikan faktor-fator demografi. Berikut di tampilkan table usia penduduk dan jumlahnya:
Umur | Jumlah | Umur | Jumlah |
< 1 | 12 orang | 30 | 89 orang |
1 | 32 orang | 31 | 107 orang |
2 | 41 orang | 32 | 117 orang |
3 | 112 orang | 33 | 91 orang |
4 | 144 orang | 34 | 81 orang |
5 | 56 orang | 35 | 82 orang |
6 | 72 orang | 36 | 99 orang |
7 | 81 orang | 37 | 112 orang |
8 | 97 orang | 38 | 104 orang |
9 | 79 orang | 39 | 108 orang |
10 | 96 orang | 40 | 101 orang |
11 | 111 orang | 41 | 80 orang |
12 | 104 orang | 42 | 93 orang |
13 | 98 orang | 43 | 107 orang |
14 | 69 orang | 44 | 93 orang |
15 | 87 orang | 45 | 117 orang |
16 | 81 orang | 46 | 107 orang |
17 | 72 orang | 47 | 91 orang |
18 | 121 orang | 48 | 93 orang |
19 | 116 orang | 49 | 81 orang |
20 | 112 orang | 50 | 86 orang |
21 | 99 orang | 51 | 89 orang |
22 | 88 orang | 52 | 95 orang |
23 | 124 orang | 53 | 90 orang |
24 | 82 orang | 54 | 72 orang |
25 | 116 orang | 55 | 65 orang |
26 | 97 orang | 56 | 71 orang |
27 | 86 orang | 57 | 82 orang |
28 29 | 104 orang 106 orang | 58 ≥ 58 | 69 orang 426 orang |
Jumlah total 4721 orang
Jumlah laki-laki 2370 orang
Jumlah perempuan 2351 orang
Desa ini masih sangat asri walaupun wilayah ini panas tetapi desa ini memiliki banyak pepohonan yang ada di sekitar wilayah ini.
BAB IV
Hasil Penelitian
A. Sejarah Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, berdasarkan asal usul istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Istilah Buaranjati ialah berasal dari kosakata yang memiliki arti dan makna yang diketauhi secara pasti, yaitu kata Buaran diambil dari nama kampung yang bernama "Buaran Leutik"dan kata Jati diambil dari kata "Jatiwaringin" yang pada waktu itu masih merupakan induk desa sebelum pemekaran. Pemekaran ini terjadi pada masa Desa Jatiwaringin di pimpin oleh Bapak Sadeli sebagai kepala desa yaitu pada tahun 1980. Dan setelah pemekaran tersebut Bapak Sadeli kembali menjabat sebagai kepala desa buaranjati untuk yang pertama kalinya.
Menurut bapak Edy Syuhadi yang juga merupakan Kasi Pembangunan, pemekaran dilakukan karena penduduk jatiwaringin yang semakin hari semakin banyak. Dahulu sebelum pemekaran desa ini bernama Desa Jati. Menurut bapak Edy ini dinamakan buaranjati karena dulu bernama jati, agar tidak hilang nama aslinya yaitu jati, maka dinamakan buaranjati karena disini terdapat buaran, semetara di dinamakan desa jatiwaringin karena ada pohon beringin didesa itu, begitu penuturan Bapak Edy Syuhadi.
bahasa sehari-hari yang digunakan di desa buaranjati ialah bahasa sunda. Menurut penuturan bapak hasan dahulu di desa ini masih menggunakan adat istiadat tetapi saat ini sudah mulai luntur. Menurut penuturan bapak Hasan "Disini adat istiadat mah udah mulai lunter de, kaya dulu kan kalo panen ada namanya sadekah bumi, ngasih hasil panen gitu sebagai rasa syukur tetapi mah sekarang udah gak ada lagi kaya gitu", begitu juga penuturan bapak Edy "disini udah mulai ilang nak adat istiadatnya kaya dulu kan kalo hajatan yang kondangan pada bawa masakan trus pulang dari hajatan diisi lagi, sekarang mah mereka udah pada make amplop udah gak ada lagi lah yang kaya dulu".
Saat ini penduduk tersebut berdomisili di area kurang lebih 45 Ha lahan pekarangan yang menyebar di RW 01, 02, 03, 04, 05, dan 06. Tingkat kepadatan penduduk dibandingkan dengan area domisili rata-rata 12,4 m2/ jiwa, dengan demikian ada wilayah-wilayah tertentu yang penduduknya padat seperti di RW02 dan RW 03 dan ada juga daerah yang penyebarannya masih kurang terutama di RW 04.
Saat ini desa Buaranjati sudah jauh lebih maju dibandingkan pemimpin-pemimpin sebelumya. Sarana dan prasarannya pun juga udah mulai maju. Jalanan sudah mulai tertata rapih, sudah mulai di aspal dan rumah-rumah warga pun sudah lebih baik dari sebelumnya.
B. Tokoh
Sejarah pemerintahan desa sesudah berdirinya desa buaranjati mulai dari tahun 1980-2015 ialah :
No | periode | Nama kepala desa |
1 | 1980-1983 | Sadeli |
2 | 1983-1984 | Sanusi |
3 | 1984-1985 | Mayor Muchsin |
4 | 1985-1993 | Ozy Saeroji |
5 | 1993-1994 | Abdurahman Husin |
6 | 1994-2002 | H. Bahrudin |
7 | 2002-2003 | Drs. Suharto |
8 | 2004-2005 | Engkus Kuswara |
9 | 2005-2006 | Syamsul Rizal |
10 | 2006-2007 | M. Madhali |
11 | 2007-2013 | Agus Supahmi |
12 | 2013-2019 | Kuswara |
Perangkat desa Buaranjati ditunjuk oleh kepala desa dan sekertaris desa untuk mengisi struktur organisasi pemerinthan desa yang berpedoman kepada peraturan daerah dan kepmendagri. Dan pejabat desa yang menjabat untuk perode 2013-2019 ialah sebagai berikut:
Kepala Desa : Kuaswara
Sekertaris Desa : Muhamad Madhali
§ Kaur Umum : Maskuri
§ Kaur Perencanaan : Sabrawi
§ Kaur Keuangan : Samsul Rizal
Kasi Pemerintahan : Ahmad Sururi
Kasi Pembangunan : Edy Syuhadi, S.Ag
Kasi Kesra : Ina Sutrisna
Kasi Trantib : Ribut Sutrisno
Kepala Dusun I : Muhamad Jamil
Kepala Dusun II : Nurjaya
Kepala Dusun III : Tajhudin Hasan
Kepala Dusun IV : Masku
Kepala Dusun V : Janjan Safari
Kepala Dusun VI : Sarwan Obe
Menurut penuturan bapak Hasan dan bapak Nabhan pemilihan kepala desa dilakukan memalui pemilihan umum (PEMILU) yang diselenggarankan di lingkungan setempat, sementara itu jajaran yang lain di pilih langsung oleh kepala desa sesudah terpilihnya kepala desa.Saat ini tokoh masyarakat yang ada di desa buaranjati ialah bapak H. Rais yang juga merupakan ketua MUI.
C. Pola Pencarian Nafkah
Melihat kondisi lahan yang datar desa buaranjati mempunyai luas wilayah 103.32 Ha yang setengahnya adalah merupakan lahan pertanian yang subur dan teknis terutama lahan pertanian padi, oleh karena itu pertanian merupakan salah satu andalan pencarian nafkah masyarakat yang telah ditekuni selama ini mereka bekerja sebagai petani dan buruh tani. Irigasi untuk pertanian juga baik karena terdapat kali Cisadene barat yang memotong desa berfungsi juga untuk sebagian besar area persawahan warga. Cara yang mereka gunakan pun masih sangat tradisional dengan menggunakan kerbau untuk menggarap sawah mereka. Tetapi saat ini menurut bapak Kuswara selaku Kepala Desa para petani sudah mendapatkan bantuan berupa mesin untuk menggarap sawah sehingga tidak perlu lagi menggunakan kerbau.
Selain sebagai petani mereka juga ada yang bekerja sebagai peternak hewan diantaranya kerbau, ayam, bebek, dan kambing. Mereka juga ada yang berjualan. Namun pada lima tahun terakhir ini sumber mata pencahariannya mulai bergeser beriringan dengan tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan industri dan perdagangan dan beberapa kecamatan terdekat seperti Sepatan, Pakuhaji, Mauk, dan Rajeg untuk beralih menjadi buruh pabrik dan berusaha di bidang jasa dan perdagangan.
Dampak dari hal tersebut ialah dibeberapa rumah warga mulai tumbuh pengrajin-pengrajin indistri rumahan yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar seperti home industri, konveksi, sablon, sandal dan pengrajin rajut.
Perdagangan dan jasa telah mulai bermunculan di jalan raya Mauk mulai dari pertokohan, rumah makan, warnet, supermarket, dan kegiatan perdagangan dan lainnya. Kondisi seperti ini lah yang mulai nampak saat ini, namun demikian pertanian dan pertenakan masih tetap menjadi mata pencarian utama masyarakat.
Munculnya supermarket atau pasar swalayan uang berkapital besar semakin memperparah usaha-usaha perdagangan yang dilakukan masyarakat yang semula sebagai pedagang sembako, dan warung untuk kebutuhan warga di lingkungannya masing-masing manjadi bangkrut karena persaingan permodalan dan sistem pelayanan yang terjadi selama ini dan sekaligus semakin merusak tatanan perekonomian di pedesaan. Kondisi ini menjadi tantangan untuk pemerintahan agar dapat memberikan perlindungan atau stimulus permodalan agar masyarakat kecil , pedagang kecil, pelaku ekonomi kecil tetap hidup untuk menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Tetapi untungnya pembangunan sumpermarket dan lain-lainnya tidak berdiri persis di wilayah desa buaranjati. Mereka berdiri di desa sebelah.
Menurut penuturan bapak Kuswara selaku kepala desa, di desa ini belum ada minimarket ataupun swalayan yang berdiri di desa buaranjati ini. Beliau berkata "didesa ini mah neng belum ada kerja sama dengan mini market kaya alfa, indomeret soalnya saya masih mikirin gimana nanti nasib warga yang jualan dan yang bertani kalo lahannya ajah gak ada, mau makan apa mereka?, makannya saya belum mau ngadain kerja sama".
D. Nilai-Nilai Umum Di Masyarakat
Sikap dan perilaku masyarakat desa buaranjati kesehariannya tidak jauh berbeda dengan masyarakat sekitarnya, tradisi, adat istiadat, orientasi budaya timur masih merupakan pegangan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Semangat gotong royong pun masih tetap nampak dalam berbagai kegiatan walupun frekuensinya sudah mulai menurun seiring kemajuan teknologi informasi baik melalui dunia maya atau jalur-jalur transformasi lainnya yang semakin berpengarug terhadap perubahan sikap mental dan moralitas masyarakat.
Semangat gotong royong diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan seperti: kerja bakti, kesehatan lingkungan dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Menurut bapak Nabhan "disini neng masih rutin ada kerja bakti sebulan sekali, bersihin lingkungan, bersihin makam". Menurut bapak Kuswara "disini juga rutin ada kegiatan keagamaan kaya isra mi'raj pengajian bulanan setiap senin di rumah salah satu warga neng buat bapak-bapak kalo ibu-ibunya hari rabu neng, kalo buat anak-anak mah disini banyak pengajian TPA, kan disini juga ada pesantren".
Olahraga tradisional masih tetap terjaga kelestariannya, seperti pancak silat tetap hidup dan ada di masyarakat, dengan media tersebut yang tidak kalah pentingnya dengan bentuk media-media pembangunan lainnya dan juga untuk mempersatukan warga desa buaranjati.
Kehidupan sosial masyarakat di bidang politik berjalan cukup demokratis, hak-hak politik masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan aspirasinya masing-masing. Tidak ada kekuatan mayoritas yang dapat mempengaruhi hak-hak politik sehingga pelaksanaan pemilu atau pemilukada dapat dilaksanakan tanpa hambatan yang berarti, ini suatu bukti bahwa perilaku etika politik masyarakat sudah menjadi pegangan.
Kehidupan beragama dirasakan sangat kondusif, upaya saling mengahargai antara sesama umat beragama berjalan cukup baik, mayoritas penduduk desa Buaranjati 99,99% berpegangan pada akidah islam, sementara kegiatan ronda pun tetap ada sesuai dengan penuturan bapak Kuswara "disini tetap ada ronda neng udah adah jadwalnya, dan terus berjalan ampe sekarang".
E. Kelompok Sosial
Di desa Buaranjati ini selain lembaga pemerintahannya desa ini juga terdapat beberapa kelompok sosisal baik yang bersifat formal maupun non formal. Desa Buaranjati terdapat beberapa lembaga formal seperti karang taruna, remaja masjid dan lain sebagainya. Kelompok sosial karang taruna di desa ini sudah berdiri sejak tahun 1985. Tetapi menurut bapak Edy karang taruna di daerah ini kurang bekerja sama dengan para pemerintahan desa. "disini karang tarunanya kurang aktif juga neng soalnya disini juga belum ada lapangan sepak bola, ya paling kalo ada turnamen di desa sebelah kita ngirim, Cuma emang belum aktif si de karang tarunanya mah".
Sedangkan kelompok sosial remaja masjid saat ini sangat berperan aktif berbeda dengan karang taruna. Remaja masjid selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan selalu bekerja sama dengan pemerintahan yang ada di desa tersebut. "Disini remaja masjidnya aktif banget de setiap hari-hari besar islam kaya maulid nabi, isra mi'raj remaja masjid rutin ngadain perayaan, ya kerja sama juga sama pondok pesantren yang ada di desa ini de" ujar bapak Kuswara selaku kepala desa.
Di desa ini tidak terdapat kelompok sosial yang bersifat non formal. Warga di desa ini sangat berbaur satu sama lain tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang miskin. Baik itu petani, buruh tani maupun pedagang. Menurut bapak Edy "didesa ini alhamdulillah ya de ga ada pengelompokan antra yang kaya ama yang miskin, semuanya berbaur ajah gitu. Kaya kalo lagi ada kerja bakti semua ikut ngebantu, atau kalo lagi ada acara semua warga berbaur ikut ngebantu".
F. Potensi dan Masalah
Setiap manusia cenderung atau kebanyakan berkeinginan untuk melakukan perubahan dari kondisi saat ini kearah perubahan yang lebih baik (maju) dari pada masa sekarang kecenderungan tersebut dalam upaya mewujudkan kesejahteraan individu maupun kesejahteraan seluruh masyarakat yang ada di desa tersebut.
Banyak teori yang bisa menjadi pedoman untuk terjadinya proses perubahan, baik teori-teori klasik ataupun teori modern yang berkembang selama ini yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pada teori klasik untuk mencapai tujuan dapat berpedoman pada perencanaan, proses dan tujuan yang ingin dicapai, tetapi pada teori modern lebih menekankan kepada pencapaian tujuan melalui efisiensi dan efektifitas pencapaiannya. Oleh karena pencapaian tujuan yang dimaksud dengan pendekatan analisis serta melihat kekuatan, kelemahan peluang, hambatan serta manfaat yang ingin dicapai baik dari dalam maupun dari luar.
Adanya kekuatan, peluang, kelemahan serta hambatan itu adalah merupakan potensi dan masalah suatu organisasi untuk mecapai tujuannya yang perlu diperhatikan dan diidentifikasi secermat mungkin sehingga faktor tersebut menjadi satu kesatuan untuk mempermudah pencapaian tujuan pembangunan.
a) Potensi
Sumber kekuatan yang ada sebagai alat pendukung keberhasilan tujuan pembangunan adalah potensi yang tersedia terutama di lingkungan masyarakat itu sendiri. Sebagaimana dimaksud dalam potensi ini yang tersedianya sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia sebagai pelaku perubahan maupun sumber daya alam yang dapat dijadikan bahan atau modal dasar dalam rangka dilakukannya perubahan, serta sistem yang dapat dijadikan bahan acuan untuk mempersatukan kedua sumber daya tersebut.
Perubahan direcanakan dengan memperhatikan berbagai perkembangan yang sangat cepat dalam era reformasi dan globalisasi, ini yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan masyarakat yang prima dan lebih beragam. Untuk menginginkan adanya kepuasan melalui kajian dan analisa hasil identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta hambatan bahkan manfaat untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu memaksimalkan kekuatan dan peluang sebagai potensi dan meminimalkan kelamahan dan hambatan sebagai masalah agar terjadinya perubahan dengan resiko yang rendah dan hasil yang dicapai efektif dan efisien.
Seperti potensi yang ada didesa ini yang berupa sumber daya alam berupa pertanian yang luas dan subur serta irigasi yang baik. Kepala desa Buaranjati sampai saat ini belum mau melakukan kerjasama dengan berbagai jenis waralaba seperti alfamart, indomart maupun minimarket lainnya. Kepala desa tetap menjaga kelestarian sumber daya yang mereka miliki.
b) Masalah
Kelemahan dan hambatan merupakan masalah yang perlu diidentifikasi serinci mungkin untuk mengetahui apa yang terjadi, apa penyebabnya dan bagaimana pemecahannya. Sehingga pada penyusunan perubahan berikutnyatidak muncul masalah-masalah yang sama untuk menjadi bahan kajian.
Masalah yang muncul dikehidupan masyarakat sangat berkaitan dengan hajat hidup orang banyak seperti buruknya pada bidang sarana dan prasarana, di bidang pendidikan, bidang pertanian, kesehatan, ekonomi, kemiskinan, sosial, politik, dan hukum.
Masalah tersebut juga akan selalu muncul dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan sikap dan perilaku masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu identifikasi masalah harus terus digali dan dicermati untuk diupayakan bagaimana pola dan tahapan dalam melakukan pemecahannya
Faktor-faktor keberhasilan dalam melakukan pengenalan lingkungan :
1) Identifikasi masalah untuk lebih mendalam serta melakukan pengenalan lingkungan
2) Analisis masalah sebagai dasr proses penerimaan banyak manfaat.
BAB V
Kesimpulan
Jadi dari hasil wawancara yang kami lakukan di desa Buaran Jati, Kecamatan Suka Diri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari desa Jati. Walaupun desa ini merupakan hasil dari pemekaran tetapi desa ini tetap maju baik dari bidang perekonomiannya, maupun teknologinya dari tahun ke tahun.
Walaupun sebagian besar merekaa bekerja di bidang pertanian, tetapi perekonomian mereka tetap maju. Mereka memiliki lahan sendiri untuk di garap disekitar area rumahnya. Mereka mendapatkan penghasiln setiap 3 bulan sekali dan cukup untuk memenuhi kebutuhannya sampai musim panen selanjutnya tiba.
Walaupun desa ini hasil pemekaran tetapi mereka yang tinggal di desa ini kebanyakan merupakan warga asli. Pada tahun 1982 di desa ini pernah terjadi transmigrasi, tetapi mereka yang melakukan transmigrasi kembali lagi tinggal di Desa Buaranjati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar