Selasa, 05 Mei 2015

Trs: TUGAS UTS_Nely_Nisa_Sifa



Pada Selasa, 5 Mei 2015 22:53, Nely Lailatul <nely_lailatul@yahoo.com> menulis:


TUGAS UTS    : SOCIAL MAPPING (Laporan Penelitian Kualitatif)
Mata Kuliah    : Metodologi Penelitian Kualitatif
Jurusan            : BPI/6
Fokus pembahasan penelitian "KEHIDUPAN MASYARAKAT PEMULUNG DI PEMUKIMAN CIPUTAT MOLEK III"
Nama anggota kelompok:
1.      Hoirunnissa                            (1112052000009)
2.      Nely Lailatul Maghfiroh        (1112052000013)
3.      Sifa Fauziah                           (1112052000025)

BAB I
PENDAHULUAN

A.             A. Latar Belakang
Pemulung dipandang sebagai strata sosial paling bawah di dalam masyarakat kita. Hal ini mungkin dikarenakan pekerjaan mereka yang langsung berhadapan dengan sampah. Mungkin hanya beberapa orang diantara kita yang menyadari betapa besar peran pemulung dalam pengumpulan dan pengelolaan sampah. Apa yang dilakukan olehnya merupakan salah satu bentuk nyata dalam pengurangan sampah di lingkungan hidup kita. Sampah-sampah yang diambil oleh pemulung merupakan sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang lagi seperti kertas bekas, koran, kardus bekas, botol plastik, bekas aqua gelas, dan lain sebagainya. Barang-barangnya ini kemudian mereka bersihkan untuk disetorkan kepada bos mereka untuk dijual dan hasilnya untuk menyambung hidup mereka.
Namun, keberadaan para pemulung terkadang dianggap mengganggu masyarakat. Di mana lingkungan mereka yang kumuh dan penuh dengan barang-barang hasil mencari mereka, yaitu barang bekas yang mereka cari di sampah. Melihat fenomena tersebut, penelti tertarik untuk menggali lebih dalam berbaur dan berkunjung secara langsung ke pemukiman pemulung yang berada di wilayah Jl. Ciputat Molek III.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul "Kehidupan Masyarakat Pemulung di Pemukiman Ciputat Molek III" sebagai penelitian kami. Alasan kami memilih daerah tersebut karena pemukiman pemulung itu berada di lokasi yang dekat dengan kampus kami sehingga mudah untuk di jangkau dan mempermudah penelitian kami.
 
B.              B.   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Ingin mengetahui tentang kehidupan kalangan bawah, khususnya pemulung
2.    Ingin mengetahui mengapa mereka harus mencari nafkah dengan cara memulung.
3.    Ingin mengetahui harapan mereka, apakah ingin menjadi pemulung secara terus menerus atau hanya untuk sementara.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A.             A.   Subjek Penelitian
Istilah subjek penelitian merujuk pada orang atau individu yang akan kita teliti. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitiannya disebut narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah pemukiman pemulung di Jl. Ciputat Molek III kelurahan Pisangan,  Ciputat Timur. Jumlah pemulung di tempat ini 141 orang. Adapun subjek dalam penelitian ini memfokuskan pada 2 keluarga mewakili 141 orang yang berada di wilayah tersebut.
 
B.                 B. Waktu dan Tempat penelitian
Waktu penelitian kami mentargetkannya dalam satu minggu yang dimulai pada hari Senin tanggal 27 April 2015 sampai tanggal 04 Mei 2014. Adapun tempat penelitian kami yaitu di Kantor Kelurahan Pisangan untuk memperoleh data secara umum. Kemudian dilanjutkan penelitian di pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek III untuk memperoleh data penelitian yang kami fokuskan.
 
C.                C. Teknik pengumpulan dan Penggalian Data
1.        Observasi
Teknik pengumpulan data kami yang pertama adalah observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang di selidiki. Observasi kami yang pertama, yaitu di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pada hari tanggal lupa. Dengan tujuan untuk mengetahui potensi wilayah Pisangan, Ciputat Timur. Setelah mengetahui potensi wilayah di Kelurahan Pisangan, maka kami memutuskan untuk fokus pada mata pencaharian penduduk yang berpenghasilan rendah, yaitu memulung.
2.        Wawancara
Sebelum peneliti melalukan wawancara, kami melakukan observasi terlebih dahulu keberadaan pemukiman pemulung yang bearad di wilayah Pisangan, Ciputat Timur. Setelah kami obesrvasi, pada hari itu juga, tepatnya hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015. Kunjungan wawancara kami yang pertama. Kami memulai perjalanan dari titik nol kilometer di Kelurahan Pisangan. Kami berjalan menuju tempat lokasi yang berjarak sekitar 2 KM. Kami menuju lokasi tersebut dengan berjalan kaki. Sebenarnya lokasi yang kami tuju sangat dekat dengan kelurahan, tetapi ketika kami ingin memulai perjalanan, kami bertemu dengan seorang tukang ojek dan kami bertanya lokasi pemukiman pemulung tersebut dan ternyata mereka sudah direlokasi dari yang tadinya di gang jambu, gang yang sangat dekat dengan kelurahan tepatnya 10 meter dari kelurahan. Para pemulung sekarang direlokasi di belakang pom bensin ciputat di bawah sotet listrik. Tepatnya di Jl. Ciputat molek III. Perjalanan nol kilometer kami dari kelurahan dimulai setelah bapak tukang ojek memberikan arahan perjalanan kami. Dari kelurahan, kami mengambil arak ke barat mengkuti jalan hingga kami tiba di pertigaan BBS, di jalan legoso raya. Panasnya matahari siang dan jalanan ramai dan berdebu menyelimuti perjalanan kami. Sebelum sampai di pertigaan BBS, kami melewati sebuah sekolah SMK Nusantara kurang lebih 500 m sebelum BBS. Setelah kami sampai di perrtigaan BBS, kami mengambil arah kiri kemudian jalan lurus sekitar 500 KM dan kami sampai di bertigaan masuk ke komplek ciputat molek. Kami ambil arah ke komplek tersebut masuk ke dalam jalan lurus 500 m. Kemudian belok kanan 100 m, belok kiri, setelah itu belok kanan sekitar 50 meter. Belok kiri, kemudian lurus saja hingga kami samapi di pemukiman pemulung, yaitu di lapangan yang cukup luas dan langsung terlihat jika di situ terdapat pemukiman yang cukup terbilang kumuh.
Pada  wawancara kami yang kedua, kami berangkat dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada pukul 14:00 setelah jam   perkuliahan selesai menuju titik 0km penelitian kami yaitu di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Kami berangkat  dengan menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan kami mulai dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari depan gerbang pintu keluar  kampus kami  mengambil jalur kanan, karena kami ingin berputar arah. Setelah  memutar arah, disebelah kiri jalan terdapat rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan disampingnya terdapat Masjid Fatullah. Kemudian  kami mengikuti jalan lurus, lalu kami belok ke kiri ke jalan Legoso  dan di samping jalan tersebut ada Polsek Ciputat. Dari jalan Legoso, kami lurus terus kemudian terdapat pertigaan BBS, lalu kami belok kiri. Kemudian terdapat SMK Nusantara disebelah kanan jalan. Tidak jauh dari SMK tersebut, akhirnya kami sampai ke Kelurahan Pisangan , Ciputat Timur. Itulah perjalanan kami menuju titik 0 km  yaitu Kelurahan Pisangan tersebut.
Sesampainya di Kelurahan, kami memulai mengaktifkan rekaman suara di handphone untuk menceritakan keadaan sekitar selama diperjalanan menuju lokasi  penelitian yaitu pemukiman pemulung, tepatnya di jalan Molek III atau di belakang pom bensin Ciputat. Kami memulai perjalanan dengan memutar arah dari Kelurahan Pisangan. di depan kantot kelurahan terdapat toko penjual kusen dan di sebelah kanan jalan, terdapat lapangan yang lumayan luas, tetapi sudah tertutup dengan rumput-rumput yang sudah meninggi. Di sebrang lapangan banyak terdapat toko-toko dagangan di pinggir jalan. Perjalanan kami di sianghari yang cukup panas dan lucunya kami untuk bekerjasama. Kami mengendarai satu motor untuk 3 orang, yaitu kami sekelompok. Satu orang memandu jalan, satu orang merekam suara melalui hanphone guna menjelaskan kondisi lingkungan selama kami berjalang menuju lokasi penelitian, satu orang menyetir motor dan fokus.  Tidak lama kemudian terdapat pertigaan BBS dan kami  mengambil jalur kiri. Sepanjang jalan banyak terdapat toko-toko  baju, warnet  dan fotocopyan. Kami masuk ke Jalan Molek IV yang terdapat di jalur kanan. Kami masuk ke komplek Ciputat Molek dan langsung disambut dengan gedung klub olahraga janting sehat yanga dinaungi oleh yayasan jantung Indonesia. Setelah jalan lurus terdapat Musolah As-Salam dan didepan Musolah tersebut ada lapangan Voly. Kemudian  kami belok ke kanan ke Jalan Molek III , mengikuti jalanan dan terlihat jalan yang begitu sempit dilewati untuk motor, mobil, anak-anak maen sepeda yang menjadikan jalanan menjadi semakin sempit. Sepanjang jalan juga terlihat selokan yang sudah  tercemar, air yang tidak mengalir, dan dipenuhi sampah. Sepanjang jalanan ini juga banyak warung makanan dan toko jasa percetakan.
Setelah kami menyusuri pertokoan, kami memasuki lapangan bola yaitu lokasi pemukiman pemulung tempat tujuan penelitian kami.

BAB III
GAMBARAN UMUM

Kelurahan Pisangan merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah kecamatan Ciputat Timur. Adapun potensi wilayah Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pertahun 2012 adalah sebagai berikut:
A.            A.    Potensi Sumber Daya Alam
Sumber daya air
1.    Potensi sumber air bersih
Sumur gali 10 unit dengan kondisi baik
Sumur pompa 2500 unit dengan pemanfaat 6500 KK dengan kondisi baik
2.    Kualitas air minum
Mata air dengan kondisi berasa dan baik
Sumur pompa dengan kondisi baik
Depot isi ulang dengan kondisi baik
3.    Sungai
Jumlah sungai terdapat 2 buah dengan kondisi tercemar, keruh, dan biota sungainya berkurang
B.                B.  Bidang Pemerintahan
1.    Umum
a.    Luas desa/kelurahan 405 Ha
b.    Batas wilayah
1)   Sebelah utama kelurahan Cirendeu/DKI
2)   Sebelah selatan kelurahan pondok cabe
3)   Sebelah barat kelurahan cempaka putih
4)   Sebelah timur cirendeu depok/DKI
c.    Kondisi Geografis
1)   Ketinggian tanah dari permukaan laut 1000 m
2)   Banyak curah hujan 1000 mm/thn
3)   Suhu udara rata-rata 320  C
d.   Kependudukan
1)   Jumlah penduduk menurut:
a)    Jenis kelamin: laki-laki 15.035 orang
  Perempuan 14.744 orang
b)   Kepala keluarga (KK) 7000 KK
c)    Kepadatan penduduk 1000 per KM
2)   Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan:
a)    Lulusan pendidikan umum:
Taman kanak-kanak  1.550
Sekolah dasar            700
SMP                          1.255
SMA                         1.571
Akademi/D1-D3       320
Sarjana (S1-S3)         1.150
b)   Lulusan pendidikan khusus
Madrasah                              24
pendidikan agama                 58
sekolah luar biasa                  5
kursusu/keterampilan 17
3)   jumlah penduduk menurut mata pencaharian
a)    PNS                                       2.214
b)   Abri                                       21
c)    Swasta                                   3.540
d)   Wiraswasta                            3.414
e)    Petukangan                           2.170
f)    Pensiun                                  514
g)   Pemulung                              141
h)   Jasa                                        354
i)     Pedagang Keliling                 52
j)     Montir                                   10
k)   Dokter swasta                       5
l)     Bidan swasta                         5
m)  TNI                                      25
n)   Polri                                       10
o)   Notaris                                  5
p)   Pengacara                              5
q)   Arsitektur                              1
r)     Guru honorer                         25
s)    Artis                                      3
t)     Dosen swasta                        12
u)   Pembantu rumah tangga       132
v)   Perawat swasta                     10
 
4)   Jumlah penduduk berdasarkan agama
a)    Islam             25.255
b)   Kristen          3100
c)    Katholik        3100
d)   Hindu            0
e)    Budha           76
f)    Khonghucu   27
C.             C.   Lembaga Pendidkan
1.    Pendidikan Formal:
a.    Play group              10
b.    TK                          7
c.    SD                          4
d.   SMP                        3
e.    SMA                       3
f.     PTN                        1
g.    PTS                         2
h.    SLB                        0
i.      Akademi                 1
2.    Pendidikan Formal Keagamaan
a.    Roudlotul Athfal                1
b.    Ibtidaiyah                           2
c.    Tsanawiyah                         1
d.   Aliyah                                 1
e.    Pondok pesantren               1
f.     Perguruan Tinggi                3

BAB IV
TEMUAN LAPANGAN

A.                A. Narasumber Pertama
Pada penelitian ini, kami melakukan penelitian di sebuah pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek III, tepatnya di belakang pom bensin ciputat. Lokasi yang cukup jauh untuk dijangkau dari titik nol kilometer, yaitu kantor kelurahan Pisangan. Setelah melalui perjalanan yang sangat melelahkan (karena wawancara yang pertama kami berjalan kaki menuju lokasi penelitian), kami memutuskan untuk membeli es di sebuah warung di pemukiman tersebut. Warung di rumah yang terlihat sederhana, tetapi lengkap dengan jajanan beserta gorengan dan juga menjual aneka minuman dingin. Sambil menikmati segarnya air es, kami mencoba untuk berbincang-bincang dengan ibu yang punya warung tersebut. Kami penasaran dengan ibu itu, meskipun ibu itu tinggal di pemukiman tersebut. Beliau terlihat seperti orang yang berkecukupan dan sudah mempunyai karyawan, yaitu sepupunya sendiri yang baru datang dari kampung dan sudah tinggal di sini selama tiga bulan.
Awalnya, kami bertanya kepada mbak penjaga warung itu, sebut saja mbak Heni namanya. Kami bertanya, apakah mbak Heni asli orang ciputat atau dari mana?. Dan ternyata bukan, dia datang dari kampung, tepatnya dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Dia merantau ke Ciputat untuk ikut tantenya dan bekerja sebagai penjaga warung milik tantenya, yaitu ibu Dea. Kecurigaan kami bertambah. Ibu dea sang pemilik warung kok mampu memperkejakan penjaga warung, padahal beliau tinggal di pemukiman pemulung. Kami semakin penasaran dan seiring berjalannya waktu, kami berbincang-bincang dengan Bu Dea dan juga mbak Heni. Selang beberapa menit, kami dipersilahkan masuk ke rumah beliau. Kami melihat properti ynag lengkap seperti televisi dengan LCD yang cukup besar, peralatan timbangan duduk, motor, dan lain sebagainya. Kami bertanya mengenai kehidupan beliau yang sudah terbilang sukses di kalangan pemukiman tersebut.
Setelah kami berbincang-bincang dengan Bu Dea, akhirnya kami mendapatkan informasi bahwa beliau berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Dan sekarang ini beliau dan juga suaminya menjadi bos pemulung yang mempunyai 50 anak buah. Tetapi beliau (bu Dea) kurang memahami mengenai penyetoran barang, karena beliau hanya bertugas mencatat sedangkan suaminya bagian kerjasama dengan pabrik milik perusahaan ternama di daerah Tangerang dan Jakarta. Sehingga beliau meminta kami untuk bertanya lebih dalam kepada suaminya. Tetapi, ketika kami ingin melakukan wawancara kepada suaminya, ternyata beliau sedang sibuk di tempat kumpul para bos pemulung. Dan akhirnya kami memutuskan untuk membuat janji dengan beliau di sore hari. Bu Dea memberikan nomor Handphone kepada kami agar kami bisa menemui suami beliau di sore hari. Setelah itu, kami berpamitan pulang untuk menunggu sore hari.
Sebelum kami pulang dari pemukiman tersebut, kami memutuskan untuk melakukan wawancara kepada salah satu pemulung di wilayah tersebut. Akhirnya kami tertuju pada satu rumah yang berada di sebrang lapangan, rumah tersebut terlihat dengan pintu terbuka. Dan terlihat ada wanita dan laki-laki yang sedang duduk santai di dalam rumah itu. Sesampainya di rumah itu, kedatangan kami disambut baik oleh pemilik rumah itu. Ibu yang berkaca mata dan laki-laki yang terlihat letih beserta seorang nenek yang terlihat sangat kurus dan satu orang anak perempuan yang masih kecil.
Setelah kami memperkenalkan diri dengan keluarga tersebut, kami juga menjelaskan maksud dan tujuan kami berkunjung ke rumah tersebut yaitu memutuskan keluarga tersebut sebagai narasumber wawancara dari penelitian kami. Kemudian langsung dilanjutkan wawancara yang berlangsung secara santai dan mengalir apa adanya. Ibu yang kami wawancarai bernama Ibu Tarminah yang berusia 30 tahun dan suaminya bernama bapak Wakiadi yang berusia 32. Mereka dikaruniai dua orang anak. Anak yang pertama bernama Kiki yang berusia 13 tahun dan anak kedua bernama Ningsih yang berusia 7 tahun. Anaknya yang pertama berhenti sekolah pada saat masih menduduki bangku sekolah SD atau lebih tepatnya ketika bapak Wakiadi gagal bekerja di pelayaran. Sedangkan anak yang kedua, yaitu Ningsih. Sekarang menduduki kelas satu SD di SD 3 Pisangan.
Suasana wawancara berjalan santai dan menyenangkan. Bapak Wakiadi sambil menonton televisi sehingga bapaknya kurang fokus untuk menjawab pertanyaan dari kami. Akhirnya istrinya yang lebih banyak berbicara dibandingkan suaminya. Hasil wawancara yang kami peroleh yaitu, awalnya keluarga bapak Wakiadi dan juga pemulung yang bekerja pada bos sebut saja bos A adalah warga pemulung yang sudah direlokasi dari gang jambu yang lokasinya tidak jauh dari kantor kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Tetapi karena lahan yang mereka tinggali bukan tanah milik bosnya, sehingga mereka dan 17 keluarga lainnya direlokasi ke lapangan yang berada di Jl. Molek III belakang pom bensin Ciputat. Warga pemulung tersebut, berpindah ke tempat relokasinya yang baru karena mengikuti perintah bos. Bosnya memindahkan mereka ke lokasi tersebut dengan alasan karean di lokasi tersebut sudah ada sekitar 100 lebih pemulung yang tinggal di tempat tersebut.
Para pemulung tersebut dipindahkan dan sudah disediakan tempat tinggal yang temboknya terbuat dari papan bekas yang digabung-gabung dan juga dari seng bekas yang sudah berkarat, dan lantai yang beralaskan benner bekas yang digabung-gabung. Rumahnya yang sangat sederhana yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan untuk ruang tanu, ruang TV, kamar, ruang keluarga, dapur,dan kegiatan rumah tangga lainnya. Meskipun serba kekurangan dalam hal materi, keluarga mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis. Kami melihat keharmonisan di keluaga bapak Wakiadi, yaitu di dalam keluarga tersebut, semuanya saling terbuka dan saling mengkomunikasikan apabila ada suatu permasalahan. Misalnya, ketika kami mewawancarai bapak Wakiadi yang sedang libur untuk mencari sampah. Kami bertanya kepada beliau alasan kenapa beliau libur bekerja. Kemudian suaminya bercerita kalau ternyata ban gerobaknya bocor dan sekali nembel menghabiskan uang sebesar Rp.15.000,- sedangkan penghasilan perminggunya hanya sekitar Rp.200.000,-. Itupun masih dipotong untuk membayar biaya listrik bulanan dan mencicil penulanasan rumah yang dibuat oleh bosnya. Terkadang hanya tersisa uang Rp.20.000,- dalam satu minggu.
Keluarga bapak Wakiadi dan tetangganya baru saja menempati tempat relokasi barunya ini selama tiga bulan. Bapak Wakiadi dan juga istrinya adalah perantauan dari Brebes, Jawa Tengah. Alasan mereka ke Jakarta sebagai pemulung awalnya karena kegagalan bapak Wakiadi dalam bekerja di pelayaran. Karena pendidikan bapaknya yang terbilang rendah, sehingga mereka berpikir pekerjaan yang bisa suaminya lakukan yaitu sebagai pemulung di Kota Besar
Penghasilan dari memulung setiap seminggunya bapak Wakiadi mendapatkan kurang lebih Rp.200.000,-. Menurut kami penghasilan sebesar demikian itu tidak mencukupi untuk menghidupi kedua anak dan istrerinya. Sehingga ketika sudah tidak ada lagi uang sepeserpun, bapak Wakiadi meminta pinjaman uang kepada bosnya yang nantinya dibayar dengan cicilan setoran perminggunya. Namun, apabila bosnya tidak meminjamkan uang, maka istrinya langsung menghutang terlebih dahulu di warung langganannya untuk  memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Haripun semakin siang dengan ditandainya adzan dzuhur. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengakhiri wawancara hari ini dan kami berpamitan kepada keluarga tersebut. Setelah wawancara pertama kami selesai, kami bergegas pulan untuk menunaikan sholat dzuhur di musholla Assalam yang letaknya tidak jauh dari lokasi pemukiman tersebut.

B.             B.    Narasumber Kedua
Narasumber kedua dalam penelitian ini kami temui pada hari kedua wawancara, yaitu hari Senin, tanggal 04 Mei 2015. Kami bertemu pada ibu yang menurut kami wawasannya luas terlihat dari cara beliau menyampaikan pendapat. Sehingga kami tertarik untuk melakukan wawancara kepada ibu tersebut. Kamipun diajak berkunjung ke rumahnya untuk berbincang-bincang. Ternyata rumah narasumber kami yaitu Ibu Sumi di atas rumah narasumber kami yang pertama yaitu Ibu Tarminah. Sesampainya dirumah beliau, kami dipersilahkan duduk. Kami melihat keadaan rumah beliau tidak berbeda jauh dengan Ibu Tarminah, yaitu hanya ada dua petak kecil, petak yang pertama berisi kasur kecil, televisi, kipas angin ditempel didinding dan lemari. Sedangkan petak yang kedua terdapat kamar mandi dan dapur kecil. Kami mewawancarai beliau dengan santai. Pada hari itu, suami Ibu Sumi sedang tidak dirumah, melainkan sedang keluar mencari nafkah dengan cara memulung ke daerah-daerah yang banyak terdapat sampah-sampah kardus dan kertas ataupun barang-barang yang masih terlihat bagus. Maka dari itu, kami hanya dapat mewawancarai Ibu Sumi saja.
Ibu Sumi mempunyai satu anak laki-laki yang bernama Rizki yang berumur 7 tahun dan sekolah ditempat yang sama dengan anaknya Ibu Tarminah yaitu di SD 3 Pisangan. Ibu Sumi juga termasuk keluarga yang direlokasi dari gang Jambu. Penghasilan suami Ibu Sumi yang bernama Bapak Parmin yaitu Rp.300.000 selama seminggu.  Sebelum tinggal di Jakarta, keluarga mereka tinggal di kampung tepatnya di  Brebes, Jawa Tengah sebagai Petani. Mereka memutuskan untuk ke Jakarta, karena diajak tetangganya  ikut bekerja sebagai pemulung dan  diceritakan bahwa penghasilannya lumayan. Akhirnya merekapun mengikuti saran tetangganya tersebut. Pekerjaan Ibu Sumi adalah Ibu rumah tangga yang membantu suaminya membersihkan sampah-sampah sebelum di setor ke bos dan menjaga anaknya. Selama kami mewawancarai, anak Ibu Sumi yang bernama Rizki terlihat rewel dan membuat Ibu Sumi susah dan tidak terlalu fokus dalam berbicara denganu kami. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyudahkan wawancara kami yang kedua ini, karena kami merasa suasananya sudah tidak kondusif dan tidak memungkinkan untuk kami melanjutkan wawancara.  Kamipun berpamitan dengan Ibu Sumi dan melanjutkan perjalanan pulang.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Beradasarkan wawancara yang kami lakukan, kami menganalisis bahwa sebenarnya seseorang yang saat ini bekerja sebagai pemulung, mereka tidak meninginkannya. Mereka terpaksa memulung atau mencari sampah dikarenakan keadaan keadaan ekonomi yang mendeak dibarengi dengan minimnya kualitas pendidikan kepala keluarga. Selain itu juga, mereka mempunyai keinginan untuk kembali lagi ke kampung halaman mereka.
Selain dari perbedaan sisi latar belakang kehidupan yang menjadikan mereka memulung, terdapat perbedaan lain yaitu perbedaan penghasilan yang diperoleh. Narasumber yang pertama, berpenghasilan Rp. 200.000 perminggu. Sedangkan penghasilan narasumber yang kedua berpenghasilan Rp.300.000,-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini