Selasa, 05 Mei 2015

Tugas Observasi Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tanggerang Provinsi Banten

Nida ul yanah 1112052000020

Sofwatillah Amin 1112052000015

Ahriyani Silvia 1112052000001

BPI VI

Tugas Kualitatif  gathering data pada suatu wilayah/kelurahan

 

BAB I

A.    PENDAHULUAN

Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ) Indonesia diperingati setiap tahun pada tanggal   2 Mei. Pemerintah pertama kali menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari pendidikan Nasional  ( Hardiknas) pada tanggal 16 Desember 1959. Tanggal 2 Mei dipilih sebagai Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ) Indonesia karena pada tanggal tersebut lahir seorang pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara. Seperti yang kami baca dari sebuah artikel yang diposting oleh info news.com bahwa Ki hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan diberi nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang berasal dari keluarga di lingkungan kraton Yogyakarta.  Saat usianya genap 40 tahun ia berganti nama menjadi Ki Hajar  Dewantara. Sejak saat itu Ki Hajar Dewantara tak lagi menggunakan gelar kebangsawanan Raden Mas di depan namanya, hal ini bertujuan agar ia bisa bebas dekat dengan kehidupan rakyat tanpa dibatasi oleh ningrat dan darah biru kehidupan keraton.

Ki Hajar  Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun karena sakit ia tidak sampai tamat. Ia kemudian menjadi wartawan di beberapa surat kabar diantaranya Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer dan  Poesara.  Tulisan-tulisan Ki Hajar  Dewantara pada surat kabar tersebut sangat komunikatif dan tajam sehingga mampu membangkitkan semangat patriotik dan antikolonial bagi rakyat Indonesia saat itu.

Di usia yang masih terbilang muda disamping kesibukannya sebagai seorang wartawan Ki Hajar  Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Ia aktif melakukan propaganda pada organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 untuk mensosialisasikan serta menggugah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara kepada masyarakat Indonesia. Pada 25 Desember 1912 bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Karya-karya Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia diantara adalah kalimat-kalimat filosofis seperti "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri hadayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan" menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.

Ki Hajar  Dewantara pada masa era kolonialisme Belanda adalah seseorang yang berani mengkritik kebijakan pemerintah kolonial yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan.. beliaulah yang dianggap sebagai pahlawan yang memajukan pendidikan di Indonesia,berkat jasa beliau Perguruan Taman Siswa berdiri,suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Karena sifat beraninya dan semua jasa-jasanyalah seorang    Ki Hajar Dewantara disebut sebagai bapak pelopor pendidikan di Indonesia. Pendidikan dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara bukan tanpa perjuangan, ia pernah diasingkan ke negara Belanda karena pernah mengkritik kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Ini bukti bahwa untuk mempelopori pendidikan di Indonesia butuh perjuangan yang sangat besar juga  membuktikan bahwa pendidikan berperan penting dalam membangun dan memajukan bangsa di segala bidang.  

Standar Pendidikan di Indonesia diatur oleh seperangkat atau sistem rencana yang isinya mengatur pola pendidikan di Indonesia dan dijadikan sebagai pedoman seluruh pelajar di Indonesia yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum pendidikan di Indonesia acap kali mengalami perubahan seiring dengan bergantinya mentri Pendidikan, terus bergantinya kurikulum Pendidikan di Indonesia menyebabkan ketidak jelasannya standar mutu pendidikan yang mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013.

Permasalahan pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi PR bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya adalah tidak meratanya fasilitas dan sumber daya manusia yang menunjang pendidikan ke seluruh peloksok-peloksok negeri ini, pasalnya masih ada daerah-daerah yang belum tersentuh secara menyeluruh dalam hal pendidikan. Selain itu masih banyak anak/siswa yang putus sekolah di tengah jalan. Data yang kami kutip dari http://pdsp.kemdikbud.go.id/ ( Pusat Data Statistik Pendidikan ) menyatakan bahwa :

  • 7.732.280 anak usia 7-18 tahun tidak/belum bersekolah
  • Persentase angka putus sekolah:
    • 1,63% dari total pelajar SD & MI di Indonesia terpaksa putus sekolah
    • 2,22% dari total pelajar SMP & MTs di Indonesia terpaksa putus sekolah
    • 2,33% dari total pelajar SM & MA di Indonesia terpaksa putus sekolah
  • Persentase angka keberlangsungan sekolah:
    • 10,54% dari seluruh lulusan SD di Indonesia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
    • 13,66% dari seluruh lulusan SMP/MTs di Indonesia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
    • 35,65% dari seluruh lulusan SM/MA di Indonesia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
  • Masa keberlangsungan sekolah berdasarkan gender di Indonesia:
    • Rata-rata siswa laki-laki di Indonesia hanya menempuh pendidikan selama delapan tahun
    • Rata-rata siswa perempuan di Indonesia hanya menempuh pendidikan selama tujuh tahun
  • Rasio partisipasi sekolah berdasarkan usia:
    • hanya 54,6% siswa usia 16-18 tahun yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA

Permasalahan-permasalahan di atas adalah landasan pemikiran kami untuk melakukan penelitian / wawancara tentang taraf pendidikan setelah lulus SMA/sederajat di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tengerang Provinsi Banten. Diwilayah tersebut mempunyai taraf pendidikanya sangat rendah. Karena mayoritas tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi setelah lulus dari SMA/sederajat. Kami berpendapat demikian, karena pada awal kami berkunjung kesana kami langsung menemukan fakta yang diungkapkan oleh kelurahan yang kami datangi bahwa pada tahun 2014 dari 6000 orang yang mengenyam pendidikan di tingkat SMA/sederajat hanya 116 orang yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan yang kami temui di lapangan bahwa banyak anak-anak SMA/sederajat yang telah menyelesaikan ujian nasional  justru mereka bukan disibukan dengan  mencari perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan mereka, akan tetapi mereka lebih sibuk mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan yang mereka fikir lebih bermanfaat dibandingkan dengan meneruskan pendidikan diperguruan tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

1.      Langkah-langkah Observasi

Pada hari pertama, Senin 27 Mei 2015 kami terjun kelapangan menuju kelurahan Petir tanpa membawa surat pengantar dari fakultas, karena pada saat yang sama banyak permintaan surat dari Mahasiswa terkait tugas, jadi pihak TU butuh waktu sedikit lebih banyak untuk menyelesaikan semua permintaan surat Mahasiswa. hal itu sedikit menjadi hambatan bagi kami. Untungnya pihak kelurahan tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut. Di sana kami bertemu dengan Pak Hasanudin salah satu staff kelurahan Petir, dengan sedikit perbincangan dan basa-basi sopan santun kami berhasil membuatnya percaya akan tujuan dan iktikad baik kami, walhasil Pak Hasanudin menyambut kami dengan ramah. Dari hasil percakapan kami, pihak kelurahan menceritakan sedikit tentang gambaran mengenai kelurahan Petir. Seperti yang kami tuliskan di awal mengenai surt pengantar, maka kami belum bisa mendapatkan data tertulis secara resmi dari kelurahan demi ketertiban administrasi. Keesokan harinya pada tanggal 28 Mei kami datang kembali bersamaan dengan selesainya surat pengantar dari fakultas. Sesuai dengan apa yang kami harapkan, pihak kelurahan langsung memberikan data kelurahan yang kami butuhkan berupa profil kelurahan berikut jumlah data penduduknya.

2.      Informan

Setelah mendapatkan data base dari kelurahan mengenai tingkat pendidikan di kelurahan Petir, kami memutuskan untuk pergi kerumah ketua RT yang dekat dari para narasumber.

3.      Narasumber

Narasumber pada penelitian kali ini adalah para alumni SMA/Sederajat yang tinggal di Kelurahan Petir. Terdapat 65 RT dan kami mengambil 5 RT  (RT 06/10, RT 03/05, RT 05/03, RT 01/01 dan RT 09/10) yang setiap RT kami mewawancarai 3 orang jadi semuanya berjumlah 15 orang. Lima orang pertama(Ridho,Syifa,Ainun, dan Deden)

Ketika kami mewawancarai mereka lebih memilih untuk melanjutkan ke Universitas yang mreka inginkan. Bagi mereka kuliah itu penting, sebab pada zaman sekarang untuk mencari pekerjaan sangatlah menentukan berdasarkan dari mana mereka menempuh sekolah ke perguruan tinggi atau universitas.

Dan 11 orang (Arifin,Afifah,Nissa,Iqbal,Yuri,Rizky,Adit, dan Tika) lainnya memilih untuk bekerja, Sebab menurut mereka kuliah itu hanya membuang waktu dan menghabiskan banyak biaya. Bagi mereka kerja itu dapat menghasilkan uang dan uang yang mereka hasilkan dari hasil kerjanya itu sendiri bisa membuat mereka senang membeli banyak barang yang mereka suka. Berbeda jika mereka harus kuliah dan hanya belajar, tidak bisa menikmati hidup yang mereka sukai. 4 tahun kuliah bagi mereka sangat membuang-buaang waktu, lebih baik digunakan untuk bekerja dan menikmati masa muda mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

GAMBARAN UMUM KELURAHAN

Kelurahan Petir

Alamat                        : Jl. KH. Ahmad Dahlan Kec. Cipondoh - Tangerang

No. Telepon                : 021 - 5575507

Lurah                           :

Luas Wilayah              : 1, 28 km2

Jumlah Penduduk : 25.493

Jumlah RW                 : 10

Jumlah RT : 65

 

1.      Jumlah Penduduk Menurut

a.       Jenis Kelamin

1)      Laki-Laki              : 12.875 Orang

2)      Perempuan            : 12.618 Orang

Jumlah             : 25.493 Orang

 

b.      Kepala Keluarga (KK)      : 6.836 KK

 

c.       Kewarganegaraan

WNI :  Laki-laki          : 12.875 Orang

Perempuan      : 12.618 Orang

   Jumlah          : 25.493 Orang

 

WNA : Laki-laki         : -

            Perempuan      : -

                Jumlah         : -

 

2.      Jumlah Penduduk Menurut Mobilitas/Mutasi Penduduk

a.       Lahir

1)      Laki-laki                :  4

2)      Perempuan            :  5

Jumlah             :  9

 

b.      Mati

1)      Laki-laki                : 5

2)      Perempuan            : 8

Jumlah             : 13

 

c.       Datang

1)      Laku-laki               : 2

2)      Perempuan            : 2

Jumlah             : 4

 

d.      Pindah

1)      Laki-laki                : 9

2)      Perempuan            : 1

Jumlah             : 10

 

3.      Jumlah Penduduk Menurut Agama

a.       Islam                           : 23.148

b.      Keristen                       : 681

c.       Katolik                                    :1.664

d.      Budha                         :  -

e.       Hindu                          : -

Jumlah             : -

 

4.      Jarak Ibu Kota dengan Kelurahan

a.       Jarak dari Provinsi Kota ke Kelurahan           : 13 Km

b.      Jarak dari Ibu Kota ke Kelurahan                   : 24 Km

c.       Jarak dari Ibu Kota Provinsi Ke Kelurahan    : 62 Km

d.      Jarak dari Ibu Kota Negara Ke Kelurahan     : 20 Km

 

5.      Jumlah Penduduk Menurut Usia

a.       Kelompok Pendidikan

1)      00-05 Tahun    : 1.911 Orang

2)      06-11 Tahun    : 1.281 Orang

3)      12-17 Tahun    : 2.855 Orang

4)      18-Keatas        : 1720 Orang

 

6.      Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

a.       Lulusan Pendidikan Umum

1)      Taman Kanak-kanak   : 768 Orang

2)      Sekolah Dasar             : 3.228 Orang

3)      SMP/SLTP                  : 3.118 Orang

4)      SMA/SLTA                : 6.825 Orang

5)      SMK                           : 1.706 Orang

6)      Akademik/DT-D3        : 612 Orang

7)      Sarjana/S1-S3              : 116 Orang

 

b.      Lulusan Pendidikan Khusus

1)      Pondok Pesantren        : 85 Orang

2)      Madrasah Aliyah         : 912 Orang

3)      Pendidkan Keagamaan : -

4)      Sekolah Luar Biasa     : 3 Orang

5)      Kursus Ketrampilan    : 62 Orang

6)      Paket C                       : 17 Orang

 

 

 

7.      Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

a.       Karyawan                                : 3.506 Orang

b.      Wiraswasta/Pedagang             : 313 Orang

c.       Tani                                         : 285 Orang

d.      Pertukangan                            : 74 Orang

e.       Pensiun TNI/Polri/Sipil           : 132 Orang

f.       Pengusaha                               : 5 Orang

g.      Pemulung                                :  -

h.      Jasa                                          :  364 Orang

 

 

8.      Bentuk Gedung Kelurahan Tampak dari Depan :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9.Letak Peta Kelurahan Peti

BAB IV

HASIL TEMUAN

Setelah semua data yang kami inginkan telah kami peroleh dari pihak kelurahan, kemudian kami bertiga mendatangi rumah para narasumber yang kami dapatkan dari rekomendasi Pak Rt setempat. Dari para narasumber yang kami wawancarai kami menyimpulkan bahwa para lulusan SMA/sederajat di kelurahan Petir mengartikan kuliah hanyalah membuang-buang waktu saja, waktu 4 tahun untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan bagi mereka lebih baik dihabiskan untuk bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan melalui bekerja. Mereka mengatakan hal itu dengan sangat yakin dan antusias, bagi mereka bekerja sedini mungkin adalah  jalan terbaik untuk menata masa depan yang cemerlang. Kuliah bukan lagi menjadi prioritas utama bagi mereka. Bekerja dan bekerja adalah tujuan utama bagi para lulusan SMA/sederajat di kelurahan Petir. Dari 15 orang yang kami wawancarai 11 orang lebih memilih bekerja dan 4 orang lainnya memilih kuliah.

Harapan kami semoga keinginan untuk mengenyam pendidikanlebih tinggi semakin meningkat seirng dengan perkembangan zaman yang sangat pesat. Majunya negara berbanding lurus dengan taraf pendidikan masyarakatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini