Selasa, 05 Mei 2015

dimas pratio, rafi fajrin azhari, milva susanti d putri_ tugas ke 4_laporan penelitian desa semplak barat




LAPORAN PENELITIAN LAPANGAN


"DESA SEMPLAK BARAT, KECAMATAN KEMANG, BOGOR"

 

       I.            Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki banyak sekali desa. Desa merupakan komponen penting bagi suatu Negara, terutama di Indonesia. Desa dengan segala karakter khusus dan keunikan sumber daya serta adat istiadatnya juga merupakan salah satu faktor penting dalam percepatan laju pembangunan nasional. Dalam era otonomi daerah, pemerintah pusat telah berusaha untuk memberikan otoritas kepada daerah untuk mengelola potensi daerah mereka masing-masing, secara tersurat hal ini masuk dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tentang pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola potensi daerahnya. Sayangnya, terkadang realisasi dari usaha tersebut tidak seperti yang diharapkan, begitu banyak kasus menunjukkan bahwa pembangunan pedesaan berjalan kurang optimal karena berbagai kendala seperti dana pembangunan, infrastruktur pedesaan masih terpusat, kurangnya aparat pemerintah lokal yang berperan dengan benar dan kondisi daerah desa itu sendiri.

Salah satu faktor penyebab permasalahan-permasalahan desa yang disebutkan sebelumnya yaitu dari segi pendanaan. Oleh karena itu menjadi catatan penting bahwa pemberian dana desa perlu diikuti dengan pelaksanaan prinsip good governance dan pendampingan dari masyarakat, pemerintah, serta non-governmental organization (NGO). Pembangunan desa pun tidak hanya perlu dititikberatkan pada pembangunan infrastruktur tapi juga pembangunan sumber daya insani mengingat untuk menciptakan perubahan dalam pembangunan. Untuk melaksanakan itu semua, masyarakat tentu harus dilibatkan.

Berbicara tentang desa, ada sebuah desa menarik di daerah bogor yang menjadi objek penelitian kami selaku tim peneliti dan tim penulis saat ini, desa tersebut bernama desa Semplak Barat. Semplak Barat adalah desa yang terletak di kecamatan kecamatan Kemang. Kabupaten Bogogr, Jawa Barat, Indonesia.. Desa Semplak Barat cukup terkenal dengan wilayahnya yang dekat dengan Lanud Atang Sendjaja. Desa Semplak Barat juga terkenal dengan home industry pengahasil dodol rangginang yang pemasarannya sudah menembus hingga ke Negara Hong Kong.

Awalnya kami selaku tim peneliti berniat untuk meneliti Desa Cibanteng di daerah Bogor sebagai objek penelitian terbaru kami dalam matakuliah antropologi budaya ini, namun dalam perjalanan menuju Desa Cibanteng kami menemukan desa Semplak Barat yang menurut kami lebih menarik untuk di teliti karena desa ini tidak lagi didominasi oleh lahan pertaniannya melainkan sudah didominasi oleh industri rumahan yang menjadi ciri khas tersendiri bagi desa Semplak Barat ini.

Fokus kami dalam penelitian terbaru ini adalah tentang pengaruh otonomi daerah terhadap desa dan semua perkembangannya dilihat dari segi pola pencarian nafkah, tokoh-tokoh yang berpengaruh, kelompok-kelompok social yang ada di desa dan nilai-nilai yang berlaku dalam perilaku masyarakat desa.

 

    II.            Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dimana peneliti menganalisa data hasil observasi dan wawancara secara langsung,  selanjutnya dinarasikan sedemikianrupa sehinngga menjadi sebuah cerita tanpa melakukan penambahan ataupun pengurangan data konkret (fakta lapangan).

A.    DATA LAPANGAN

1.      Sumber Data

a.       Data Primer

Data yang diambil langsung, tanpa perantara atau langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dari wawancara langsung yang dilakukan peneliti (Milva, Rafi, dan Dimas sebagai mahasiswa PMI) kepada beberapa narasumber seperti bapak Abdur Rahman (Kepala desa Semplak Barat), bapak Abdul Ghofar (ketua Rt.03 Rw. 01), bapak A. Firdaus (ketua Rt.01 Rw.01), ibu Usha dan Ibu Juju (pengusaha home industry dodol rangginang) dan beberapa warga lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.  .

b.      Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer melalui studi kepustakaan (library research) yang berhubungan dengan penelitian.

2.      Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a.       Wawancara kepada beberapa narasumber secara langsung baik di kantor desa, rumah ketua Rt, rumah warga dan juga di beberapa industry rumahan (home industry) milik warga.

b.      Studi pustaka (library research), yaitu mencari informasi tentang informasi yang mendukung data lapangan di berbagai media seperti buku, website, dan blog.

 

 III.            Gambaran Umum


                      


Desa Semplak Barat berdiri pada tahun 1984 dan merupakan pemekaran dari Desa Semplak. Awalnya kantor desa Semplak Barat bertempat di sekitar wilayah Rw 05, kemudian berjalan beberapa tahun pindah ke wilayah rw 03 hingga akhirnya menetap di salah satu lahan hibahan dari warga yang terletak di daerah Rw 01, tepatnya di depan pintu masuk Perumahan Green Land daerah Semplak Barat. Menurut peta wilayah yang kami lihat dihat di kantor desa, Semplak Barat berbatasan langsung dengan Lanud Atang Senjaja, Desa Bojong kecamatan Kemang, desa Bantar Sari kecamatan Kemang dan Desa Bantar Jaya kecamatan Ranca Bungur.


                                   

Desa Semplak Barat terbilang desa yang berpenduduk padat, menurut catatan akhir kantor desa yang update, hingga bulan April 2015 jumlah penduduk desa Semplak Barat adalah 7.304 jiwa dengan rincian 3.722 laki-laki dan 3.582 perempuan. Desa ini memiliki 7 RW dan 25 RT dengan rincian wilayah yang terbagi atas beberapa perkampungan sebagai berikut: Caringin I, Semplak Kaum, Kampung Patambran, Kampung Kandang, Kampung Anyar dan Kampung Lumbung.

 

 IV.            Hasil Penelitian



                 


Perjalanan kami di hari penelitian pertama dimulai dari mendatangi kantor desa semplak barat yang tepatnya berada di depan gerbang Perumahan Green Land Semplak Barat, Bogor. Setelah itu kami bersama sama menelusuri jalan raya dan jalan kecil di sekitar wilayah semplak barat hingga melewati Desa Bantar Jaya. Dengan memutar balik arah sepeda motor yang kami gunakan, kami kembali lagi ke wilayah desa semplak barat dan kembali melakukan penelusuran. Disempanjang jalan banyak kami temui truk-truk besar yang memuat beberapa barang melewati desa semplak barat menuju ke daerah tanggerang. Selain itu kami juga melihat bebrapa ruko kaki lima yang menjual makanan khas semplak barat yakni dodol rangginang, ada juga kaki lima yang menjual camilan-camilan ringan, cincin batu hingga penjual baju dan kaki lima lainnya.


                           

Masuk ke sebuah jalan yang berada dipersimpangan ojek, kami melihat banyak sekali tanaman sayuran, singkong, cabe dan lain-lainnya, namun trnyata wilayah itu bukan lagi merupakan wilayah desa semplak barat melaikan merupakan wilayah Desa Bojong. Kembali kami berbalik arah dengan menggunakan motor yang kami gunakan sebagai alat bantu dalam mempercepat perjalanan, kami kembali menelusuri beberapa wilayah semplak barat dan bertanya pada beberapa warga.

Keesokan harinya kami kembali lagi mengunjungi desa semplak barat untuk mengantarkan surat permohonan izin penelitian yang sudah ditandatangani dosen pembimbing kami. Alhamdulillah kami disambut hangat oleh sekretaris desa yang saat itu sedang menggantikan kepala desa yang sedang bertugas ke luar. Sama ramahnya dengan kepala desa, bapak sekretaris desa inimenjelaskan beberapa hal tentang desa yang dipimpinnya. Dia juga segera mengutus staff kantor untuk mengantarkan kami ke beberpa titik yang bias menjadi sumber informasi bagi penelitian kami ini. Kami menemui beberapa ketua Rt dan juga warga desa.


                      



                                   

Hari ketiga kami mengunjungi home industry di sekitar desa. Aktivitas warga menjemur rengginang di tampah-tampah pada halaman rumah, atau pada atap, banyak terlihat di Kampung Anyar di Desa Semplak Barat. Wilayah ini dikenal sentra usaha dodol dan rengginang di Bogor. Rata-rata penduduk Kampung Anyar memang giat dalam usaha sebagai perajin maupun produsen dodol (dan aneka camilan lainnya) di rumah masing-masing. Salah seorang produsen dodol dan rangginang, Intah Sutiawan, mengatakan, awalnya usaha dirintis baru oleh beberapa penduduk  setempat pada tahun 1980-an, tapi sudah mulai berkembang di tahun 1990. Kemudian semakin pesat sejak 2004. Desa Semplak menjadi identik dengan sentra dodol.

Para warga pun mengakui bahwa bisnis di level UKM inilah yang telah menjadi nadi bagi kehidupan di Kampung Anyar, Desa Semplak. Bila dikuantifikasi, kini mungkin sekitar 80 persen penduduk kampong ini yang melakoni usaha ini untuk mata pencaharian mereka.Intah sendiri, telah menyalurkan hasil industri rumahannya ke beberapa daerah di Jabodetabek, dan bahkan ada yang diekspor sampai ke luar negeri, yakni ke Hong Kong. Intah Sutiawan menekuni usaha pembuatan dodol di Kampung Anyar. Usaha berlangsung sejak 1983.

Menurut penuturan Intah, bisnis pembuatan dodol dan rengginang yang diberi nama "Karya Mandiri" miliknya tersebut sudah ada sejak 1983. Ia merupakan generasi kedua yang melanjutkan usaha keluarga turun-temurun. Selain dodol dan rengginang, ada pula makanan-makanan kecil khas lain seperti noga, geplak, dan teng-teng. Kalau pesanan sedang meningkat, Intah mengaku bisa berproduksi dodol hingga 2,5 kuintal per hari. Ia mengoperasikan enam buah tungku di mana adonan diaduk, secara nonstop.

"Sistemnya dikerjakan aplus (bergantian). Pagi sampai petang, dan semalaman tidak tidur membuat dodol. Misalnya mendekati hari raya Idul Fitri, seperti, H-10 jelang hari raya pesanan akan amat meningkat," ungkapnya sambil tersenyum. Di samping dodol, produksi rengginang juga dapat mencapai 100 kilogram per hari.

Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan warga desa Semplak Barat berprofesi atau mencari nafkah dengan mendirikan home industry dodol, rangginang dan makanan ringan khas bogor lainnya. Selain itu warga desa Semplak Barat juga banyak yang berprofesi sebagai karyawan baik di instansi negeri maupun swasta. Dan ada juga beberapa warga desa yang mencari nafkah dengan memanfaatkan lahan pertanian. Pertanian di desa ini didominasi oleh pertanian sayur dan buah seperti sawi, papaya, singkong dan sebagainya.


                           

Menurut cerita bapak Abdur Rahman selaku Kepala Desa Semplak Barat, usaha dodol rangginang ini sendiri awalnya merupakan usaha kecil dengan modal awal yang kecil yang dibina desa untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat desa. Bahkan kebanyakan warga awalnya membuka usaha dodol rangginang dengan uang pribadi. Namun seiring berjalan waktu sejak mulai adanya otonomi daerah sehingga desa mulai mempunyai pendanaan tersendiri untuk mengambangkan desanya, usaha dodol rangginang di Semplak Barat makin berkembang pesat hinnga sekarang. Bahkan saat ini home industry dodol rangginang sudah mulai dilirik pihak swasta seperti bank swasta dan perusahaan lainnya sehingga mereka mau meminjamkan dana dengan jumlah yang besar untuk menambah usaha dodol rangginang khas Semplak Barat yang pemasarannya sudah mencapai ke luar negri.

Desa Semplak Barat juga merupakan desa yang nyaman dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Di desa ini ada banyak tokoh yang cukup berpengaruh diantaranya yaitu tokoh masyarakat seperti kepala desa, sekretaris desa, para perangkat desa, ketua rw, ketua rt dan tokoh agama seperti kyai, ustadz dan imam masjid. Sejauh wawancara yang kami lakukan, warga di desa ini masih terbilang warga yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, hal ini terbukti oleh masih banyaknya pengajian dan peringatan hari-hari besar Islam yang dilakukan oleh para warga desa. Fakta tersebut juga membuktikan bahwa warga desa Semplak Barat menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang luhur.

Selain itu warga desa Semplak Barat juga rajin bergotong royong membersihkan wilayah RT maupun desa. Di setiap kampung ataupun wilayah RT memiliki jadwal gotong royong atau kerja bakti yang berbeda-beda. Masyarakat di desa ini juga sudah terbilang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang mereka tempati, hal ini menunjukkan bahwa warga desa masih memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan, nilai sosial serta nilai moral yang baik.

Dari segi infrastruktur, jalan-jalan aspal di desa ini terbilang buruk. Karena sepanjang penelusuran yang kami (tim peneliti) lakukan, banyak sekali kami temui jalan-jalan berlubang yang menghambat perjalanan para pemakai jalan dan juga menimbulkan polusi seperti debu yang cukup tebal hingga membuat para pemakai jalan harus mengenakan masker ketika melewatinya. Jika dihubungkan dengan pengaruh otomi daerah bagi desa, menurut analisis kami sebagai tim penulis, infrastruktur jalan ini harusnya menjadi sorortan utama bagi pemerintah Kabupaten Bogor. Karena desa Semplak Barat ini menghubungkan beberapa desa lain untuk menuju langsung ke daerah Parung dan daerah lainnya. Karena factor jalan rusak juga bisa menyebabkan banyak terjadinya kecelakaan dan juga dapat memboros waktu perjalanan bagi pengguna jalan. Menurut penulis, perbaikan jalan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah Kabupaten Bogor, tetapi juga merupakan tanggung jawab perangkat desa dan warga desa setempat untuk membuat wilayahnya sendiri menjadi nyaman. Misalnya warga sebenarnya bias bergotong royong menimbun lubang-lubang jalan dengan batu-batu kerikil, anggaran desa mungkin seharusnya bias dialokasikan untuk penambalan bagi beberapa jalan yang rusak, sambil menunggu perbaikan jalan seutuhnya dari pemerintah kabupaten yang terlalu lama untuk memulainya.

Di desa Semplak Barat ini juga terdapat beberapa kelompok sosial baik kelompok formal maupun noformal. Kelompok formal yang ada desa ini yaitu koperasi (baru ada di wilayah Rw 02), kelompok karang taruna, dan juga kelompok pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Hampir di tiap Rt jadwal pengajiannya berbeda-beda sebagai contoh yaitu di wilayah Rt 01 Rw 01 yang dipimpin oleh pak A. Firdaus  memiliki jadwal pengajian anak-anak setiap hari dari magrib sampai isya, kemudian jadwal pengajian remaja tiap malam jum'at dan pengajian bapak-bapak tiap malam minggu.

Kelompok pengajian di desa Semplak Barat ini merupakan kelompok yang paling aktif dari pada kelompok lainnya. Hal ini terbukti dari setiap Rt memiliki jadwal pengajiannya tersendiri minimal satu hari dalam seminggu. Sedangkan kelompok remaja seperti karang taruna dan remaja masjid di desa ini terbilang kurang aktif. Dari wawancara yang kami lakukan kepada beberapa warga, kelompok karang taruna di desa ini memang sudah tidak kelihatan aktif sejak beberapa tahun terakhir karena tidak ada penggeraknya. Menurut mereka, remaja di sekitar desa ini sekarang sibuk dengan kegiatan sekolah, kegiatan ekstrakuliler dan kegiatan lainnya termasuk beberapa diantara merka sibuk bekerja. Sehingga tidak banyak remaja yang bias aktif dalam kelompok remaja di desa. Hal ini membuat kami para tim peneliti cukup prihatin, karena tonggak penggerak sebuah desa adalah pemudanya, namun jika pemudanya saja malas memikirkan desa nya bagaimana nasib desa ini kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini