Senin, 20 Oktober 2014

Arif Syahrizal 1112051000133

Nama               : Arif Syahrizal      
NIM                : 1112951000133
Tugas               : ke 4
 
FILSAFAT KOMUNIKASI
            Sebagai mana diutarakan, pengetahuan ilmu yang terdiri dari ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial datangnya dari pengetahuan juga. Pengetahuan adalah hasil pesentuhan objek (alam) dengan panca indra. Karena itu, objek pengetahuan ilmu harus ada, setidaknya gejalanya ada, dan karenanya fakta bisa dikumpulkan untuk dilakukan pengujian terhadapnya.
            Terdapat jenis pengetahuan yang kebenarannya diterima atas otoritas, rasa percaya, dan karenya di sebut jugakepercayaan, yakni pengetahuan ketuhanan dan pengetahuan agama yang di sebutjuga sebagai teologi. Kebenaran dalam teologi tidak dipersoalkan lagi bagi penganutnya, tidak ada sanksi terhadapnya. Dalam teologi fakta bisa juga bersifat empirik transedental. Artinya, ia bersifat abstrak, suprarasional dan supranatural. Objeknya mungkin ada, tanpa harus teruji kebenarannya. Misalnya kehidupan setelah kematian.
            Pengetahuan ilmu, ia mencari sebab. Namun, sebab yang dicarinya tidak terbatas: sebab yang di cari adalah yang sedalam-dalamnya, sebab dari segala sebab. Seperti ilmu, objeknya ada;ah yang ada. Lebih seperti teologi, objeknya juga mungkin ada atau transedental, tidak empirik sensual semata. Pengetahuan ini diberi nama filsafat, ia mencari sebab yang sedalam-dalamnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat mencari kebenaran melalui relung relung pemikiran manusia. Karenanya, ia mengakui empirik logik. Bahkan, etika budi pun merasakan dan dapat memberi penilaian, membutnya mengakui empirik empirik etika. Karenanya, ada yang menyatakan bahwa batas filsafat adalah akal budi manusia itu sendiri.
            Filsafat mempertanyakan segala sesuatu, tentang sesuatu, ada dan mungkin ada. Apabila filsafat  dalam pengetahuannya tersusun secara objektif, sistematis, metodis dan universal- intinya memenuhi syarat ilmu- bisa saja dinamai sebagai ilmu filsafat.
 
Komunikasi sebagai ilmu telah dipelajari dan telah ditunjukan ciri-cirinya pada kegiatan sebelumnya. Sekarang sampailah pada pengertian filsafat komunikasi. Filsafat sebagai cara berfikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya, artinya kita mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.
Onong U. Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi  mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstchen) secara fundamental, metodologis sistematis, analitis kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Proses komunikasi dengan ketujuh dimensinya telah di bahas pada kegiatan belajar 1. Begitu rumit dan kompleks proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan lima unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan, dan lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :
a.)    Dimensi Fisik
b.)    Dimensi Sosial-psikologis
c.)    Dimensi Temporal (waktu)
Dimensi Fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Contoh : Dalam ruangan (bangsal) baik ruang rapat, ruang sekolah (kelas), ruang keluarga atau di luar ruangan baik di taman, di jalan dan sebagainya.
Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, di mana komunikasi berlangsung. Apapun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
Dimensi Sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komikator dan komunikan.
Contoh : Status pendidikan, status ekonomi, norma agama, norma budaya, rasa persahabatan, rasa permusuhan, rasa gembira, rasa duka dan sebaginya.
Dimensi Sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunakasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Suasana Formalitas maupun informalitas, suasana serius atau senda gurau pastilah akan berbeda suasana komunikannya. Komunikasi yang berlangsung di tempat pesta berbeda dengan di tempat orang berduka cita, yang satu suasana gembira, yang lainnya suasana sedih.
Contoh : Pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, abad sebelum masehi, abad pertengahan, masa pencerahan, abad modern, masa kini dan sebagainya.
Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari sebelum berangkat kerja untuk berkomunikasi dengan keluarganya.
Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Contoh Seseorang yang berjanji datang jam 7 malam (konteks temporal) terlambat, keterlambatannya dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan menjadi permusuhan (konteks sosial-psikologis) dan kemudian dapat mengakibatkan kedekatan fisik yang berubah karena pemilihan rumah makan untuk makan malam (lingkungan fisik.
Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adaah unsur gangguan (noise). Noise adalah ganguan dalm komunikasi yang mendistorsi pesan.  Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada suara dari selain komunikastor). Psikologis (pemikiran yang sudah ada di suara dari selain komunikan) serta ganguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29)
Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasikan hasil berfikirnya kepada orang lain. Kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur tidak dapat dilakukan apabila manusia tidak mempunyai kemampuan berbahasa. Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak di masa obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Melihat rumitnya proses komunikasi dan banyaknya unsur dalam komunikasi apabila didalami secara filosofis akan mengangkat esensi dari komunikan ini sendiri. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atau pernyataan dari hasil pemikiran seseorang.
Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang  pernyataan  manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian manusia.
 
 

PAPER SOSIOLOGI PERKOTAAN

abitu rohmansyah kpi 5c

FILSAFAT KOMUNIKASI

A.    Pengertian filsafat komunikasi

Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.

            Telaah   filsafat komunikasi berkaitan erat  dengan   ontology, epistemology dan aksiologi. Ontologi berarti studi tentang arti "ada" dan "berada", tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri.

B.     Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis terhadap komunikasi

1.     Ontologis

            Ontologi berarti studi tentang arti "ada" dan "berada", tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.

            Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

-          Apakah ilmu komunikasi?

-          Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi?

-          Apakah objek kajiannya?

-          Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?

            Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.

2.     Epistemologis

            Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, "what can we know, and how do we know it?" (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi "belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting".

            Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

-          Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?

-          Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya?

-          Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi?

-          Apa yang dimaksud dengan kebenaran?

-          Apakah kriteria kebenaran dan logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?

            Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu.

            Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

            Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu.

3.     Aksiologis

            Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.

            Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

-           Untuk apa ilmu komunikasi itu digunakan?

-          Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

-          Bagaimanakah kaitan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan-pilihan moral?

-          Bagaimana kaitan antara operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan profesional?

            Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.

 

Tugas 4, Filsafat Komunikasi_Sukmana Galih Maulana KPI 5C

Nama             : Sukmana Galih Maulana
NIM                 : 1112051000088
Prodi/kelas    : KPI/5C

FILSAFAT KOMUNIKASI

             Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Kata ini terdiri dari kata philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu timbul usaha untuk mencapai yang dicintai atau diinginkan itu. Sophia artinya kebijaksanaan, kepandaian, atau pengertian yang mendalam. Secara sederhana, menurut arti harfiahnya, filsafat boleh diartikan: cinta kepada kebijaksanaan. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Sedangkan Komunikasi menurut Raymond Ross adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
    Filsafat komunikasi menurut para Ahli :
1.    Richard Lanigan
            Didalam karyanya yang berjudul "Communication Models in Philosophy, Review and Commentary" membahas secara khusus "analisis filsafati mengenai komunikasi". Richard Lanigan mengatakan ; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
 -  Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
 -  Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
 -  Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
 -  Apakah aku benar ? (Am I right ?)
Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap : Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan  Logika.
2.      Prof. Onong Ucahana Efendy, MA,
            Menurut Prof. Onong Ucahana Efendy, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya,tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya.
3.      Fisher
          Filosofis ilmu komunikasi menurut Fisher (1986:17) adalah ilmu yang mencakup segala aspek dan bersifat eklektif yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963:2) sabagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.
4.      Rosengreen
          Menurut Rosengreen (1983), setidaknya ada tiga paradigma besar yang melatar belakangi perkembangan teori dan penelitian studi komunikasi,  antara lain :
1.      Paradigma klasik—yang menyangkut positivisme dan post-positifisme
Paradigma klasik percaya bahwa realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perspektif positivisme dapat diartikan sebagai penyamarataan suatu ilmu  dengan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan post-positifisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme.
2.      Paradigma kritis
Paradigma kritis dalam menangkap suatu hal tidak hanya mau menjelaskan,melainkan juga akan mempertimbangkan, merefleksikan, menata realitas sosial dan berfikir kritis berdasarkan teori-teori yang telah ada.
3.      Paradigma konstruktifis.
Paradigma konsruktifis adalah penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.
5.  Laurie Ouellette Chair & Amit Pinchevski
          Menurut Laurie Ouellette Chair dan Amit Pinchevski, Filsafat Komunikasi secara luas peduli dengan masalah teoritis,analitis,dan politik yang melintasi batas-batas yang terjadi begitu saja untuk di analisa dalam studi komunikasi. 
          Dari berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
Daftar Pustaka
Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.
Mulyana, Deddy.  Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2001.
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1994.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008.

Tugas 4_ Wita Eka Sucita (1112051000126) KPI 5E

Salah satu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia adalah komunikasi. Manusia diciptakan untuk bersama-sama melalui interaksi dengan sesamanya. Dengan komunikasi yang baik, interaksi yang terjadi semakin lancar dan dapat membangun hubungan yang baik. Pada dasarnya kehidupan manusia dalam melakukan interaksi sesamanya selalu berkomunikasi, karena segala aspek dalam aktivitas kehidupannya ada hubungannya dengan komunikasi, bahkan beberapa pakar memperlakukan komunikasi sebagai sentral, sementara yang lain melihat sebagai pelengkap, namun komunikasi perlu disana.
Adapaun kata komunikasi dalam buku Filsafat dan Etika Komunikasi, Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudi "komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin, communis yang berarti sama. Istilah pertama communis paling sering disebut sebagai asal-usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip, sehingga komunikasi disebut sebagai proses sharing di antara pihak-pihak yang melakukan aktivitas komunikasi tersebut" (27:2010). Menurut Lewis, komunikasi adalah proses yang menunjukan bahwa seseorang mengarungi ketidakpastian mengenai penyimpangan dengan mendeteksi isyarat yang diberikan padanya agar menjadi relevan terhadap penyimpangan tersebut (Lewis,1963).
Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan ini pesannya kepada manusia lain (Hoeta Soehoet). Menurut Berger dan Chaffe dalam bukunya Handbook of Communication Science, ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem, tanda, dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem dan lambang-lambang.
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Filsafat jika merujuk eksistensinya dalam berinteraksi, dan karena itu teori-teori komunikasi yang banyak dipengaruhi bidang filsafat yaitu tentang retorika, yang diperkenalkan oleh Aristoteles dianggap identik dengan ilmu komunikasi. Bahkan dalam merujuk pengelompokan group and public communication, Griffin melihat kontribusi pada teori; The Rhetoric (Aristoteles), Dramatism (Burke), dan Narrative Paradigm (Fisher).
Filsafat komunikasi adalah "Disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fudamental,metodologis, sistematis, analisis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi. Filsafat komunikasi mencoba menelaah secara mendalam pemahaman (verstehen) seseorang atau kelompok dalam berkomunikasi, baik berkaitan dengan metodologi, sistematika, analisis, tingkat kekritisannya, dan keuniversalannya (Onong U. Effendy). Menurut Richard Lanigan, filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan: (1) apa yang kamu ketahui?, (2) bagaimana aku mengetahuinya?, (3) apakah aku yakin?, (4) apakah aku benar?.
Referensi:
Aang Ridwan, Filsafat Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2013

Mutia Soleha KPI 5D
1112051000099
Tugas 4 Etikandan Filsafat Komunikasi

FILSAFAT KOMUNIKASI
 
         Filsafat komunikasi adalah suatu displin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology:
Etika dan Filsafat Komunikasi
        Ada 2 penilaian mengenai etika dan filsafat komunikasi, pertama, filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mengkaji teori pengetahuan karenanya menjadi bagian epistemology. Etika terkait dengan penggunaan ilmu sehingga disebut "etika dan filsafat ilmu komunikasi". Kedua, penilaian bahwa hakikat filsafat ilmu komunikasi sebagai epistimologi ilmu komunikasi.
Filsafat Ilmu Komunikasi
  1. Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manujsia lain.
  2. Filsafat adalah suatu ilmu yang mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
  3. Filsafat ilmu mencari jawaban dan hakikat ilmu
  4. Filsafat ilmu komunikasi mencari jawaban mengenai hakikat dari ilmu komunikasi
  5. Filsafat hidup adalah kesatuan nilai-nilai yang menurut manusia pemiliknya mempunyai derajat yang paling agung dan kalau diwujudkan ia yakin akan memperoleh kebahagiaan.
Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
 
Daftar Pustaka
Kriyantono, Rachmat. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Malang: UB Press.
 
 

Jauza Hibatulloh Majiid_KPI5C_Filsafat Komunikasi


Jauza Hibatulloh Majiid
1112051000066
 
Menurut Prof. Onong Uchana Efendy, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya,tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya.
Jisep A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :

1. Dimensi Fisik. Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, apapun bentuk tempat tersebut pasti ada pengaruh tertentu atas kandungan pesan.
 
2. Dimensi Sosial-Psikologis. Dimensi ini artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi ini berkaitan dengan suasana komunikasi berlangsung. Suasana pada diri komunikator maupun komunikan, akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan. Suasana formalitas maupun informalitas.
 
3. Dimensi Temporal (waktu). Dimensi ini mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung.
 
Bidang komunikasi meliputi komunikasi sosial , organisasional, bisnis, politik, internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan, tradisional dan lain-lain.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi, meliputi meliuti intrapribadi , antarpribadi, kelompok, masa dan media.

Tujuan komunikasi bisa terdiri bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan menididik, mempengaruhi.

Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informative, persuasif, pervasive, koersif, intrukstif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.




 

tugas4_LuthfiAchmadAlfarisi_1112051000073_kpi5c

Luthfi Achmad Alfarisi
1112051000073
KPI 5C

FILSAFAT KOMUNIKASI

Filsafat dalam bahasa inggris yaitu Philosophy, adapun dalam bahasa Yunani Yunani yaitu Philosophia, yang berarti " cinta kepada pengetahuan " dan terdiri dari dua kata philo dan sophia; Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; sophia artinya kebijakan yang berarti pandai, Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut "philosopos atau Filusuf" dalam bahasa arab "falsafah". Cinta kepada pengetahuan adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai jalan hidupnya, dengan katan lain orang yang mengabdikan dirinya untuk pengetahuan.

Komunikasi tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari - hari, karena komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan penerimaan lambing-lambang (pesan) yang  mengandung arti atau makna antara komunikator dan komunikannya agar terwujudnya kesamaan makna dan kebersamaan. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Dengan adanya komunikasi berarti adanya interaksi antar manusia. Interaksi terjadi pabila ada dua orang yang melakukan aksi dan interaksi. Kemudian Filsafat komunikasi menurut Onong Ucahana Efendy adalah uatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis,kritis, dan holistik tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensinya.Lalu menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan:Apa yang aku ketahui Bagaimana aku mengetahuinya ,Apakah aku yakin, Apakah aku benar. Filsafat komunikasi merupakan suatu studi
dengan objek formal filsafat, sedangkan objek materialnya adalah komunikasi, yang tak lain adalah "pernyataan antar manusia baik secara langsung maupun tidak langsung". Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi merupakan kajian reflektif secara mendalam hingga menyentuh hal-hal esensial, berbagai fenomena dalam proses komunikasi, baik itu unsur komunikasi, prinsip komunikasi hingga model-model komunikasi. Pada hakikatnya komunikasi menjadi suatu kajian yang penting, mengingat berbagal permasalahan sering muncul dalam proses komunikasi antar manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu erat kaitannya dengan kodrat manusia yang menjadi makhluk sosial, dimana tiap dari individu manusia membutuhkan keberadaan orang lain dan hidup bersama orang lain dalam sosialitasnya. Perbedaan adalah satu hal yang tidak dapat dielakkan, sehingga diperlukan suatu komunikasi untuk menyamakan persepsi, pengertian dan pemahaman antara
satu orang dengan orang lain. Dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mutlak bagi keberlangsungan proses sosialisasi manusia. Hakikat komunikasi tidak lain adalah proses pernyataan dan pemaknaan antar manusia. Peryataan tersebut baik berupa pikiran dan perasaan yang kemudian dikomunikasikan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Para ahli sepakat bahwa landasan dari ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari ethos, pathos, dan logos berdasarkan teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi.
Retorika sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek. Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah pesan. Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan. Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk memahami
komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif.

SUMBER :
Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,  Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Cari Blog Ini